SAUH BAGI JIWA
Ikuti Kata Hatimu
“Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.” (Hakim-Hakim 17:4)
“Tetapi orang itu mengembalikan uang itu kepada ibunya, lalu perempuan itu mengambil dua ratus uang perak dan memberikannya kepada tukang perak, yang membuat patung pahatan dan patung tuangan dari pada uang itu; lalu patung itu ditaruh di rumah Mikha.” (Hakim-Hakim 17:4)
‘Follow your heart’ adalah sebuah kalimat yang mungkin sering kita pakai. Arti dari kalimat itu adalah agar kita mengikuti apa kata hati kita dan apa yang kita sebenarnya ingin lakukan. Ketika kita berada di sebuah dilema–pilih A atau B, biasanya orang akan berkata, “Ikuti kata hatimu.” Dengan demikian, diharapkan kita bisa memilih apa yang tepat.
Tapi, benarkah demikian? Apakah mengikuti apa kata hati itu selalu benar?
Kitab Hakim-Hakim pasal 17 menceritakan tentang seseorang yang bernama Mikha. Di awal perikop, ia mengaku kepada ibunya bahwa ia telah mengambil uang milik ibunya dan ia mengembalikannya kepada ibunya. Namun kemudian ibunya berniat untuk menggunakan uang tersebut untuk membuat patung pahatan dan patung tuangan. Setelah itu, patung tersebut ditaruh di rumah Mikha. Dimulailah penyembahan berhala dalam tempat tinggal seseorang yang bernama Mikha ini.
Dengan jelas, Allah memerintahkan, “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apa pun” (Kel. 20:4). Bangsa Israel juga pernah membuat patung anak lembu emas dan menganggapnya sebagai Allah mereka yang telah menuntun mereka keluar dari Mesir. Hal ini tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Kali ini, Mikha dan ibunya membuat patung. Baik patung tersebut bermaksud untuk menggambarkan wujud Tuhan atau bukan, hal ini tetap melanggar perintah Tuhan. Namun memang, dituliskan dalam Hakim-Hakim 17:6 bahwa, “Pada zaman itu tidak ada raja di antara orang Israel; setiap orang berbuat apa yang benar menurut pandangannya sendiri.” Mikha dan ibunya berbuat demikian karena mereka pikir apa yang mereka perbuat itu benar. Mereka tidak memeriksanya apakah hal tersebut sesuai dengan kehendak Tuhan atau tidak.
Pada hari ini, kita boleh belajar untuk tidak berbuat seperti apa yang dilakukan oleh Mikha dan ibunya, yaitu mengandalkan penilaian pribadi semata tanpa mengujinya pada firman Tuhan terlebih dahulu. Terkadang, apa yang menurut kita benar ternyata tidak benar menurut firman Tuhan. Misalnya, seseorang merasa benar dalam melakukan balas dendam karena menurutnya itu hanya pembelaan diri. Atau seseorang merasa benar ketika berbohong dalam hal ‘kecil’ karena menganggap hal itu demi kebaikan. Tapi apa kata firman Tuhan? Kita harus mengasihi sesama (Im. 19:18) dan kita tidak boleh bersaksi dusta (Kel. 20:16).
Kita mungkin melihat suatu pilihan baik atau benar, tapi jika pilihan tersebut bertentangan dengan firman Tuhan, maka itu bukanlah pilihan yang benar. Ketika kita hanya mengikuti kata hati tanpa menimbangnya dengan kebenaran firman Tuhan, kita bisa terjebak sama seperti Mikha, yaitu hanya memuaskan hati sendiri tapi mengecewakan Tuhan.
Oleh karena itu, kalimat yang tepat bukanlah ‘ikuti kata hatimu’, tapi ‘ikuti kata Tuhan’. Acuan perilaku yang benar bukanlah diri sendiri, tapi perkataan Tuhan. Kiranya setiap keputusan yang kita buat diuji terlebih dahulu dengan memohon pimpinan-Nya dalam doa dan membandingkannya dengan firman Tuhan. Dengan demikian, apa yang kita lakukan bukan hanya benar menurut kita, tapi sungguh-sungguh benar di mata Tuhan. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 20-21 September 2025
1. Bacalah renungan “HIKMAT ORANG MISKIN”
2. Berikan sebuah contoh dalam kehidupan sehari-hari atau dalam kehidupan bergereja, bagaimanakah kita bersikap tidak memandang muka? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pendapatnya.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita tidak memandang muka.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.