SAUH BAGI JIWA
Melihat Diri Melalui Pandangan Tuhan
“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yesaya 43:4a)
“Oleh karena engkau berharga di mata-Ku dan mulia, dan Aku ini mengasihi engkau” (Yesaya 43:4a)
Ketika kita melihat cermin, sebagian dari kita ada yang merasa puas, ada juga yang tidak. Setiap orang mempunyai pandangan terhadap diri sendiri yang berbeda-beda. Ada yang menganggap dirinya berhasil, ada juga yang menganggap dirinya gagal. Ada yang menganggap dirinya tampan dan cantik, ada juga yang menganggap dirinya buruk rupa. Semuanya itu bergantung pada penilaian diri sendiri dan penilaian orang lain.
Kita mungkin sering membandingkan suatu gambaran ideal dengan gambaran diri sendiri. Apabila gambaran ideal tersebut tidak tercapai atau berbeda jauh dengan gambaran diri sendiri, kita merasa diri kurang dan merasa rendah diri. Dengan begitu, kita merasa malu, stres, tidak bahagia, dan tertekan.
Bagaimana pandangan yang seharusnya kita miliki? Kejadian 1:26-27 mencatatkan bahwa Tuhan menciptakan kita menurut gambar rupa dan Allah. Ketika Tuhan menciptakan binatang, mereka bukanlah dari gambar dan rupa Allah. Itu berarti kita spesial dan diciptakan dengan sempurna oleh Tuhan.
Kita diciptakan dengan sempurna, tapi dosa membuat gambar itu rusak, yaitu saat manusia melanggar firman Tuhan. Dunia pun menjadi penuh dengan dosa. Meskipun gambar Allah hilang, manusia berpikir itu bukan masalah karena kesuksesan dianggap dapat menggantikan gambaran tersebut.
Kain membunuh adiknya sendiri, lalu melarikan diri dan menjadi semakin jauh dari Tuhan. Ia mendirikan kota dan menamainya sesuai nama anaknya. Semua aktivitas ada dalam kota itu. Ia adalah manusia pertama yang membuat kota. Bagaimana kira-kira pikiran Kain pada saat itu? Saat ini, sungguh luar biasa jika seseorang bisa membuat perusahaan sendiri karena mereka akan dianggap sebagai orang sukses–yang bisa melakukan semuanya sendiri. Mereka memakai pencapaian diri ini untuk menggantikan gambaran Tuhan yang hilang. Ini bukanlah pandangan yang benar. Jika hidup kita untuk pencapaian, kita pasti akan menjadi kecewa dan tetap merasa kosong.
Maka, cara kita memandang diri sendiri yang benar bukanlah dengan memakai kacamata diri sendiri maupun kacamata orang lain, tapi dengan melihatnya dari pandangan Tuhan. Bagaimana Tuhan memandang kita? Tuhan memandang kita bukan pada apa yang kita miliki. Tuhan melihat kita apa adanya. Ketika kita merasa minder, ingatlah bahwa Tuhan begitu mengasihi kita sampai Ia mati demi kita. Di mata manusia, kita mungkin tidak sempurna, tapi tidak demikian di mata Tuhan. Oleh karena itu, janganlah kita menggunakan standar dunia untuk memandang diri sendiri. Dunia melihat kita dari tampak luar, tapi Tuhan melihat kita dari hati (1 Sam 16:7b). Dengan demikian, daripada terus berusaha menyempurnakan tampak luar kita yang tiada habisnya, mari kita sempurnakan hati kita agar dapat layak di hadapan-Nya. Kiranya kita dapat menjadi semakin dekat dengan-Nya. Haleluya.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 23-24 Agustus 2025
- Bacalah renungan “MELIHAT DIRI MELALUI PANDANGAN TUHAN”
- Apakah Tuhan inginkan dari kita, sebagai orang-orang percaya, untuk kita raih dalam kehidupan kita? Mengapa hal tersebut berbeda dengan apa yang dikejar oleh kebanyakan orang? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pendapatnya.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.