SAUH BAGI JIWA
Jangan Turut Bujukan
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka” (Kisah Para Rasul 14:19a)
“Tetapi datanglah orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium dan mereka membujuk orang banyak itu memihak mereka” (Kisah Para Rasul 14:19a)
Setelah dari Ikonium, Paulus dan Barnabas pergi ke Listra. Di situ pun mereka memberitakan Injil. Selain itu, mereka pun mengadakan mukjizat, sehingga sejumlah besar orang banyak terkagum-kagum serta hendak mempersembahkan korban kepada mereka. Bahkan orang-orang di situ ada yang menganggap mereka sebagai dewa.
Tapi kemudian orang-orang Yahudi dari Antiokhia dan Ikonium datang dan membujuk orang-orang di situ untuk memihak mereka. Keadaan berbalik. Orang-orang yang semula memuja, sekarang malah membenci dan berikhtiar untuk membunuh mereka.
Mengapa mereka begitu cepat berubah? Itu karena sesungguhnya mereka tidak mengenal Allah dan tidak percaya kepada-Nya. Penerimaan mereka atas Paulus dan Barnabas semata-mata karena rasa kagum yang bersifat sementara. Mereka sama sekali tidak memiliki iman. Mereka tidak bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Oleh karena itu, mereka dengan mudah dihasut dan dibujuk. Mereka sama seperti Raja Ahab yang telah dibujuk oleh Izebel, istrinya, untuk berbuat jahat.
Berbeda dengan Yusuf. Istri Potifar terus membujuk Yusuf untuk tidur di sisinya, tapi Yusuf tidak mendengarkan bujukannya tersebut (Kej 39:10). Yusuf tidak turut pada bujukan istri Potifar karena dia adalah seorang yang takut akan Allah. Dia tahu bahwa itu adalah sebuah kejahatan besar dan dengan melakukannya, dia akan berdosa kepada Allah.
Demikian juga dengan Yesus ketika Ia menjadi manusia. Yesus dicobai oleh Iblis di padang gurun setelah berpuasa selama 40 hari. Iblis membujuk-Nya dengan tawaran untuk mementingkan diri sendiri, untuk membuktikan keilahian-Nya, dan untuk tunduk kepada Iblis demi mendapatkan seluruh dunia. Namun Yesus menolak setiap bujukan jahat tersebut dengan menggunakan firman Tuhan (Mat 4:1-11).
Dari sini kita dapat melihat betapa pentingnya pengenalan akan Allah. Pengenalan akan Allah membuat kita tahu akan kebenaran dan membuat kita takut untuk melakukan hal yang bertentangan dengan kehendak-Nya.
Amsal berkata bahwa permulaan hikmat adalah takut akan Tuhan. Jadi ketika rasa takut akan Tuhan ada pada diri kita, maka kita memiliki hikmat. Lebih lanjut Amsal 2:9 mengatakan bahwa hikmat akan membuat kita mengerti tentang kebenaran, keadilan, dan kejujuran, bahkan setiap jalan yang baik. Dengan demikian, dalam setiap keputusan dan tindakan, kita akan melakukan yang baik dan yang berkenan kepada-Nya. Kita tidak akan menuruti bujukan orang-orang fasik, sebagaimana dinasihatkan oleh Salomo, sebagai seorang yang paling berhikmat, “Hai anakku, jikalau orang berdosa hendak membujuk engkau, janganlah engkau menurut” (Ams 1:10).
Jadi, kita harus berwaspada agar tidak menuruti bujukan yang tidak benar seperti orang-orang di kota Listra. Kiranya kita dapat menjadi orang-orang yang berhikmat, yang memiliki rasa takut akan Allah, yang bisa membedakan benar dan salah. Dengan demikian, kita tidak jatuh ke dalam dosa dan dimanfaatkan oleh orang lain. Tuhan Yesus menyertai kita semua.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 2-3 Agustus 2025
- Bacalah renungan “WASPADA TERHADAP PERUBAHAN”
- Dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, apakah ada kemajuan (atau kemunduran) rohani yang Anda rasakan? Setiap anggota keluarga dapat berbagi.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar semakin hari, iman kita dapat terus bertumbuh.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.