SAUH BAGI JIWA
Remah-Remah yang Jatuh dari Meja
“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Matius 15:28)
“Maka Yesus menjawab dan berkata kepadanya: ‘Hai ibu, besar imanmu, maka jadilah kepadamu seperti yang kaukehendaki.’ Dan seketika itu juga anaknya sembuh” (Matius 15:28)
Ada suatu pepatah yang mengatakan “kasih anak sepanjang jalan, kasih ibu sepanjang masa”. Artinya, kasih seorang ibu terhadap anaknya yang ada sejak anak itu dikandungnya, dilahirkan, sampai dibesarkan tidak akan pernah pudar. Kasih seorang ibu memang tulus pada anaknya, bagaimanapun kondisi anak tersebut: baik sehat atau sakit, sukses atau gagal, bahagia atau berduka.
Adalah seorang perempuan Kanaan yang mendengar bahwa Yesus, anak Daud sedang berada di wilayah Tirus dan Sidon. Perempuan ini memiliki anak yang kerasukan setan dan sangat menderita, maka dia berseru-seru kepada Yesus, memohon belas kasihan-Nya untuk menyembuhkan anak perempuannya. Walaupun Yesus tidak menjawabnya, bahkan murid-murid-Nya pun meminta Yesus untuk mengusirnya, tekadnya untuk memohon kesembuhan bagi anak perempuannya tidaklah padam.
Menanggapi permohonan perempuan itu, Yesus berkata, ”Tidak patut mengambil roti yang disediakan bagi anak-anak dan melemparkannya kepada anjing” (Mat 15:26). Sesungguhnya tidak ada manusia di dunia ini yang mau disamakan derajatnya dengan binatang, apa pun jenis binatangnya. Sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, menyamakan status seseorang dengan hewan merupakan suatu hinaan yang dapat sangat melukai perasaan.
Namun jawaban Yesus ini pun tidak menyurutkan tekadnya untuk memohon belas kasihan-Nya bagi kesembuhan anaknya. Dia bahkan tidak merasa direndahkan dan dengan iman, perempuan itu menjawab, “Benar Tuhan, namun anjing itu makan remah-remah yang jatuh dari meja tuannya” (Mat 15:27).
Bagaimana cara perempuan Kanaan tersebut bersikap atas perkataan Yesus ternyata menunjukkan kerendahan hati yang luar biasa. Mungkin dia juga menyadari bahwa ada batasan-batasan yang jelas antara bangsa Yahudi dan non-Yahudi saat itu. Tapi baginya, kesembuhan anak perempuannya di atas segala-galanya, maka dia terus bertekun memohon pertolongan Yesus. Selain itu, sikapnya juga menyatakan betapa besar imannya kepada Yesus. Pada akhirnya, Tuhan memuji iman perempuan tersebut dan anaknya pun menjadi sembuh.
Sesungguhnya bukan Yesus mengajarkan kita untuk merendahkan orang lain atau membeda-bedakan suku bangsa tertentu. Malahan, Tuhan Yesus ingin kita sebagai anak-anak-Nya memberitakan Injil keselamatan kepada semua orang, tanpa membedakan suku atau ras tertentu (Mat 28:19). Jadi, perkataan Yesus kepada perempuan tersebut adalah untuk melihat seberapa dalam iman perempuan tersebut dan bagaimana kerendahan hatinya untuk datang kepada-Nya.
Adakah kiranya kita memiliki kerendahan hati seperti perempuan tersebut? Adakah iman kita juga sebesar imannya? Di tengah berbagai pergumulan hidup, saat doa-doa kita belum dijawab, atau ketika seolah-olah Tuhan diam, apakah kita tetap percaya dan datang dengan rendah hati kepada-Nya?
Kiranya kita dapat belajar dari perempuan tersebut untuk memiliki iman yang teguh dan hati yang merendah ketika memohon di hadapan Tuhan. Tuhan Yesus memberkati kita semua.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 7-8 Juni 2025
- Bacalah renungan “Remah-Remah yang Jatuh dari Meja”
- Pikirkan contoh bagaimanakah sikap seseorang yang rendah hati. Setiap anggota keluarga dapat berbagi.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita semua dapat menjadi orang-orang yang rendah hati.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.