SAUH BAGI JIWA
Tempat Perhentian Sejati
“…pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini“ (Kejadian 50:25b)
“…pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini“ (Kejadian 50:25b)
Menjelang ajalnya, Yakub berpesan kepada anak-anaknya bahwa setelah mati, dia ingin dikubur di sisi nenek moyangnya, yaitu di dalam gua di ladang Makhpela, di sebelah timur Mamre, di tanah Kanaan. Maka Yusuf dan saudara-saudaranya memenuhi permintaan itu dan menguburkan dia di tanah Kanaan.
Hal yang sama juga dilakukan oleh Yusuf. Menjelang ajalnya, Yusuf pun berpesan kepada anak-anak Israel. Yusuf menyuruh mereka bersumpah bahwa mereka harus membawa tulang-tulangnya keluar dari Mesir untuk dikuburkan di tanah Kanaan. Karena itu, setelah Yusuf mati, mayatnya tidak langsung dikuburkan, melainkan dirempah-rempahi dan ditaruh dalam peti mati di Mesir. Pesan Yusuf akhirnya digenapi ketika bangsa Israel keluar dari Mesir, dan tulangnya dikuburkan di Sikhem (Yos 24:32).
Yusuf mati pada waktu berumur seratus sepuluh tahun. Jadi, sebagian besar waktu hidupnya ada di Mesir. Walaupun demikian, hatinya tidak terikat di Mesir.
Sebagai seorang yang sangat berkuasa dan berpengaruh di Mesir, Yusuf tentu sangat disegani dan dihormati oleh orang-orang Mesir. Jadi, bukan hal yang mustahil jika upacara penguburannya dilakukan secara besar-besaran. Namun, Yusuf tidak berpikir demikian. Dia tetap menghendaki dan memandang tanah Kanaan sebagai tujuan akhirnya, tempat perhentian sejatinya. Oleh karena itu, dia sungguh-sungguh meminta agar mayatnya dikuburkan di sana.
Jika tokoh-tokoh Perjanjian Lama menganggap tanah Kanaan sebagai negeri perjanjian dan sekaligus tempat perhentian mereka, bagaimana dengan kita yang hidup di Perjanjian Baru? Di manakah tempat perhentian sejati kita?
Sebagai orang-orang yang telah mengenal Allah dan memahami kebenaran-Nya, seharusnya kita tahu di mana tempat perhentian sejati kita. Allah telah menjanjikan tempat perhentian kekal di surga bagi orang-orang yang percaya kepada-Nya, yaitu suatu tempat yang indah dan bahagia, tanpa penderitaan atau air mata. Seindah-indahnya dunia, itu hanya bersifat sementara. Sebab di dunia ini, kita hanya singgah sementara. Pada waktu-Nya, kita akan meninggalkan dunia ini. Maka, kita harus menetapkan hati dan mengarahkan pandangan kita hanya kepada perhentian sejati kita di surga. Segenap hati, pikiran, dan kekuatan harus kita gunakan untuk mencapai satu tujuan, yaitu surga.
Ibrani 4:3 berkata, “Sebab kita yang beriman, akan masuk ke tempat perhentian seperti yang Ia katakan: ‘Sehingga Aku bersumpah dalam murka-Ku: Mereka takkan masuk ke tempat perhentian-Ku,’ sekalipun pekerjaan-Nya sudah selesai sejak dunia dijadikan.” Di sini dikatakan bahwa hanya orang-orang beriman yang dilayakkan untuk masuk ke tempat perhentian Allah. Oleh karena itu, selama kita hidup di dunia ini, kita harus berusaha untuk memiliki iman dan mengusahakan agar iman tersebut berakar kuat dan tidak tergoyahkan sampai akhir (Kol 1:23a).
Yakub dan Yusuf merupakan contoh orang yang imannya bertahan sampai akhir. Walaupun mereka berada di Mesir, iman mereka kepada Allah tidak berubah dan sampai akhir hidup mereka tetap percaya pada janji-Nya. Hendaknya kita pun bisa meneladani kesetiaan iman mereka agar kita bisa masuk ke tempat perhentian kita di surga. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 24-25 Mei 2025
1. Bacalah renungan “TEMPAT PERHENTIAN SEJATI”
2. Hal seperti apakah yang dapat kita lakukan, untuk membantu pandangan kita tetap terarah kepada kerajaan surga? Bagikan pengalaman Anda.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar dalam menjalani kehidupan di dunia ini, mata kita tetap terarah kepada kerajaan surga.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.