SAUH BAGI JIWA
Pangkal Paha Yang Terpelecok
“Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing” (Kejadian 32:24)
“Lalu tinggallah Yakub seorang diri. Dan seorang laki-laki bergulat dengan dia sampai fajar menyingsing” (Kejadian 32:24)
Beberapa bulan lalu, saya terjatuh dan kaki saya terkilir ketika hendak mengerjakan sesuatu. Peristiwa tersebut awalnya mengesalkan karena saya menjadi kesulitan untuk berjalan dan beraktivitas seperti biasa. Namun, segala sesuatu terjadi atas kehendak-Nya dan ada pembelajaran rohani yang dapat saya ambil. Saya teringat akan kisah Yakub ketika ia bergumul dengan Allah, yang membuat pangkal pahanya terpelecok.
Sama seperti Yakub yang berjuang ingin lahir lebih dahulu dari Esau dengan memegang tumit kakaknya, di dalam kehidupan Yakub, ia merupakan seorang yang berjuang untuk lebih unggul. Sayangnya, ia sering kali menggunakan caranya sendiri untuk lebih unggul daripada orang lain, misalnya melalui penipuan. Ia pernah menipu kakaknya, Esau, dan sekarang ia takut karena hendak bertemu dengannya.
Sifat Yakub ini dapat kita temui juga dalam kehidupan kita sekarang. Sebagai manusia, baik dalam diri maupun keadaan sekitar, sering kali kita terdorong untuk menjadi lebih unggul dibandingkan orang lain. Contoh yang sering kita temui adalah dalam segi finansial, prestasi, dan karier. Persaingan di luar sana membuat kita ingin berlari lebih cepat, karena terlambat satu langkah dalam ‘pertandingan dunia’ akan dicap sebagai kegagalan.
Sebelum bertemu dengan Esau, Yakub tinggal seorang diri dan bergumul dengan seorang laki-laki sampai fajar. Laki-laki itu adalah Allah sendiri. Dalam bahasa asalnya, arti kata ‘bergumul’ jika diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris adalah ‘grapple (get dusty)’ atau ‘bedust’ yang artinya ‘menjadi berdebu’. Jadi, selain berkaitan dengan pergulatan dan pertarungan, ternyata kata ‘bergumul’ tersebut juga berhubungan dengan debu. Dalam sebuah pergulatan, kita melihat bahwa sang petarung sesekali mengunci kaki lawannya dengan erat dan terseret di tanah. Inilah yang membuat sang petarung menjadi kotor dan berdebu.
Ketika menghadapi permasalahan maupun memiliki suatu permohonan, dibandingkan kita mengambil langkah dengan pemikiran kita sendiri, nyatanya kita harus tinggal seorang diri dan mempergumulkan hal itu di hadapan Tuhan. Seperti Yakub, kita perlu merendahkan diri kita sampai ke tanah dan menjadi berdebu, serta menggenggam kaki Tuhan untuk meminta pertolongan dari-Nya. Kita harus datang kepada-Nya untuk menerima pertolongan Tuhan pada waktunya (Ibr 4:16).
Jadi, pangkal paha yang terpelecok menjadi sebuah tanda pengingat bagi Yakub dan bagi kita semua. Pada dasarnya, berlari untuk menggapai sesuatu di dunia ada batasnya. Manusia memiliki kelemahan dan dalam kelemahan itulah terkadang kita baru menyadari bahwa manusia tidak memiliki kendali penuh atas hidupnya. Namun, Allah memiliki kuasa atas segala sesuatu, termasuk atas hal-hal yang terjadi dalam kehidupan kita. Maka, dibandingkan berlari dengan segenap kekuatan kita sendiri, datanglah kepada Tuhan dalam doa. Bergumullah di hadapan-Nya untuk meminta kekuatan dan penyertaan-Nya. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 26-27 April 2025
- Bacalah renungan “KENAPA KAMU KHAWATIR?”
- Belakangan ini, adakah hal yang membuat Anda khawatir? Setiap anggota keluarga dapat berbagi.
- Berdoalah bersama-sama.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.