SAUH BAGI JIWA
Ben-Oni Versus Benyamin
Bacaan Alkitab Harian –
“Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas – sebab ia mati kemudian – diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin” (Kejadian 35:18)
“Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas – sebab ia mati kemudian – diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin” (Kejadian 35:18)
Saudara-saudari yang terkasih, bagi kita yang sudah berkeluarga dan dikaruniai seorang anak, tentu kita masih ingat sebuah proses di mana kita mencarikan nama untuk anak-anak kita. Beberapa umat Kristiani mencari-cari nama dari Alkitab atau mencari nama-nama yang berbau Kristen. Beberapa orang lainnya juga mungkin dapat mencarinya melalui internet. Selain itu, ada masih cara-cara lainnya yang dapat kita gunakan untuk mencarikan nama untuk buah hati kita.
Namun jika kita bandingkan di dalam Alkitab, penentuan nama seorang anak mempunyai proses yang berbeda. Pemberian nama seorang anak dalam Alkitab dapat berhubungan dengan peristiwa yang terjadi atau yang akan terjadi, sehingga nama tersebut memiliki pesan tersendiri. Hal inilah yang terjadi dalam pemberian nama Benyamin, anak bungsu Yakub. Awalnya Rahel memberi nama anak tersebut Ben-Oni, tapi kemudian Yakub mengganti namanya menjadi Benyamin.
Ben-Oni, nama yang diberikan oleh Rahel, dalam bahasa Ibrani memiliki arti ‘anak kesulitan’ atau ‘anak kesedihan’. Nama ini berhubungan dengan proses persalinan yang dialami oleh Rahel. Dia mengalami proses persalinan yang sangat sukar, meskipun tidak dijelaskan secara detail kesukaran seperti apa yang dialami oleh Rahel. Tapi jika kita melihat bagaimana akhirnya, yaitu Rahel meninggal, tentu proses melahirkannya memang benar-benar berat dan sukar (Kej 35:16). Dengan memberikan nama Ben-Oni, tentu nama ini sangatlah tepat untuk mengingat kesulitan dan kesedihan yang dialami Rahel.
Tapi, kemudian Yakub memberikan nama yang lain, yaitu Benyamin. Nama ini dalam bahasa Ibrani memiliki arti “anak tangan kanan” atau “anak kesayangan”. Kita bisa melihat sebuah perubahan dari ‘kesulitan’ menjadi ‘kesayangan’.
Dari perubahan ini, ada satu hal yang boleh kita sama-sama renungkan: apakah kita mau menjadi seperti Rahel yang melihat sesuatu dengan berfokus pada kesulitannya atau menjadi seperti Yakub yang memandang sebuah kesulitan sebagai pijakan untuk langkah ke depan?
Dalam kehidupan kita sehari-hari, tentu kita dapat bertemu dengan kesulitan, entah di rumah, sekolah, tempat kerja, lingkungan pertemanan, atau yang lainnya. Namun, hari ini kita boleh bersama-sama mengingat tentang cara kita memandang kesulitan yang terjadi dalam kehidupan kita. Apakah kita mau melihat sebuah kesulitan dengan hanya berfokus pada titik kesulitannya? Atau apakah kita mau memandang sebuah kesulitan sebagai kasih sayang Tuhan, supaya kita dapat belajar dan menginsafi suatu pembelajaran dalam hidup? Apabila kita hanya berfokus kepada masalahnya, maka kita akan semakin terpuruk dalam kesedihan dan keputusasaan. Namun, jika kita memilih untuk melihatnya sebagai proses pembelajaran dari Tuhan, kita bisa menemukan makna di baliknya.
Misalnya, ketika kita mengalami kegagalan dalam pekerjaan, apakah kita langsung menyerah dan merasa tidak berharga? Atau ketika menghadapi konflik dalam keluarga, apakah kita hanya melihatnya sebagai beban atau sebagai kesempatan untuk lebih memahami dan mengasihi satu sama lain?
Kesulitan memang tidak dapat dihindari, tetapi bagaimana kita menyikapinya akan menentukan bagaimana kita bertumbuh. Marilah kita percaya bahwa Tuhan memiliki rencana yang indah di balik setiap peristiwa. Jangan biarkan kesulitan mendikte hidup kita, tetapi jadikanlah itu sebagai kesempatan untuk semakin dekat dengan Tuhan dan menjadi pribadi yang lebih kuat.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
16
Sesudah itu berangkatlah mereka dari Betel. Ketika mereka tidak berapa jauh lagi dari Efrata, bersalinlah Rahel, dan bersalinnya itu sangat sukar.
17Sedang ia sangat sukar bersalin, berkatalah bidan kepadanya: “Janganlah takut, sekali ini pun anak laki-laki yang kaudapat.”
18Dan ketika ia hendak menghembuskan nafas — sebab ia mati kemudian — diberikannyalah nama Ben-oni kepada anak itu, tetapi ayahnya menamainya Benyamin.
19Demikianlah Rahel mati, lalu ia dikuburkan di sisi jalan ke Efrata, yaitu Betlehem.
20Yakub mendirikan tugu di atas kuburnya; itulah tugu kubur Rahel sampai sekarang.
21Sesudah itu berangkatlah Israel, lalu ia memasang kemahnya di seberang Migdal-Eder.
22Ketika Israel diam di negeri ini, terjadilah bahwa Ruben sampai tidur dengan Bilha, gundik ayahnya, dan kedengaranlah hal itu kepada Israel.
(35-22b) Adapun anak-anak lelaki Yakub dua belas orang jumlahnya.
23Anak-anak Lea ialah Ruben, anak sulung Yakub, kemudian Simeon, Lewi, Yehuda, Isakhar dan Zebulon.
24Anak-anak Rahel ialah Yusuf dan Benyamin.
25Dan anak-anak Bilha, budak perempuan Rahel ialah Dan serta Naftali.
26Dan anak-anak Zilpa, budak perempuan Lea ialah Gad dan Asyer. Itulah anak-anak lelaki Yakub, yang dilahirkan baginya di Padan-Aram.
27Lalu sampailah Yakub kepada Ishak, ayahnya, di Mamre dekat Kiryat-Arba — itulah Hebron — tempat Abraham dan Ishak tinggal sebagai orang asing.
28Adapun umur Ishak seratus delapan puluh tahun.
29Lalu meninggallah Ishak, ia mati dan dikumpulkan kepada kaum leluhurnya; ia tua dan suntuk umur, maka Esau dan Yakub, anak-anaknya itu, menguburkan dia.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
