SAUH BAGI JIWA
Memiliki Perkataan Yang Dapat Dipercaya
Bacaan Alkitab Harian –
“Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Bersyeba, karena kedua orang itu telah bersumpah di sana” (Kejadian 21:31)
“Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Bersyeba, karena kedua orang itu telah bersumpah di sana” (Kejadian 21:31)
Dengan perkembangan zaman yang terjadi, ada hal-hal yang tampaknya lebih baik, tapi di sisi lain juga menunjukkan penurunan moral yang terjadi. Jika melihat dari sisi hukum, hukum dapat menjadi hal yang menjaga kehidupan bermasyarakat agar dapat berjalan dengan baik. Namun di sisi lain, penurunan moral terjadi sehingga perlu dibuat hukum baru yang mengatur perihal tersebut. Jika moral meningkat, semestinya hukum tidak akan terus bertambah.
Pada hari ini surat perjanjian sudah menjadi hal yang sangat krusial. Surat ini berfungsi untuk memastikan perjanjian yang diucapkan menjadi hal yang mengikat dua belah pihak yang membuat perjanjian. Di satu sisi, hal ini tentu adalah hal yang baik, tapi di sisi lain hal ini menunjukkan bahwa bobot ucapan seseorang menjadi semakin hilang, sehingga membutuhkan surat perjanjian untuk meneguhkan ucapannya.
Berbeda pada zaman Abraham. Perjanjian yang dilakukan pada saat itu hanya dilakukan secara lisan. Kita dapat melihatnya dalam Kitab Kejadian 21:22-24:
“Pada waktu itu Abimelekh, beserta Pikhol, panglima tentaranya, berkata kepada Abraham: ‘Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan.
Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi Allah, bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada anak-anakku, atau kepada cucu cicitku; sesuai dengan persahabatan yang kulakukan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada negeri yang kautinggali sebagai orang asing.’
Lalu kata Abraham: ‘Aku bersumpah!’”
Dalam peristiwa perjanjian antara Abraham dan Abimelekh, mereka hanya melakukan perjanjian secara lisan. Meskipun tanpa ada surat perjanjian yang mengikat mereka, keduanya dapat saling percaya dan memegang perjanjian itu. Dari hal ini, kita dapat melihat bahwa meskipun tanpa surat perjanjian, sebuah kesepakatan tetap dapat dipercayai dan dipegang oleh kedua belah pihak. Ini tentu disebabkan oleh perkataan seseorang pada zaman itu yang memiliki bobot yang kuat, maka perjanjian secara lisan pun dapat tetap menjadi perkataan yang kuat.
Untuk menjadi seseorang yang memiliki perkataan yang dapat dipercayai pada zaman ini bukanlah sebuah hal yang mudah. Seseorang dapat memiliki perkataan yang dapat dipercayai tentu karena reputasi yang selama ini dibangun oleh orang tersebut. Orang tersebut senantiasa memegang dan bertanggung jawab atas setiap perkataan yang diucapkan–termasuk atas setiap janji yang diucapkan, pasti ia tepati.
Sebagai orang yang percaya kepada Yesus, tentu kita diharapkan untuk menjadi orang yang memiliki perkataan yang dapat dipercayai. Hal ini dapat kita mulai dengan memikirkan setiap perkataan yang hendak kita katakan. Dapatkan kita bertanggung jawab atas perkataan itu? Jika sepertinya tidak, maka kita dapat belajar untuk tidak mengatakannya.
Kita juga dapat senantiasa bertanggung jawab atas setiap perkataan yang sudah keluar dari mulut kita. Kita tidak boleh lari dari tanggung jawab atas perkataan itu. Kita harus berusaha memenuhi perkataan yang kita telah katakan. Jika pada akhirnya kita tidak sanggup untuk bertanggung jawab atas perkataan kita, maka kita pun harus dengan rendah hati mengakui kelalaian kita. Kita pun perlu meminta maaf atas ketidaksanggupan kita dalam menjalankan perkataan itu.
Kiranya kita dapat belajar untuk menjadi pribadi yang memiliki perkataan yang dapat dipercayai. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
22
Pada waktu itu Abimelekh, beserta Pikhol, panglima tentaranya, berkata kepada Abraham: “Allah menyertai engkau dalam segala sesuatu yang engkau lakukan.
23Oleh sebab itu, bersumpahlah kepadaku di sini demi Allah, bahwa engkau tidak akan berlaku curang kepadaku, atau kepada anak-anakku, atau kepada cucu cicitku; sesuai dengan persahabatan yang kulakukan kepadamu, demikianlah harus engkau berlaku kepadaku dan kepada negeri yang kautinggali sebagai orang asing.”
24Lalu kata Abraham: “Aku bersumpah!”
25Tetapi Abraham menyesali Abimelekh tentang sebuah sumur yang telah dirampas oleh hamba-hamba Abimelekh.
26Jawab Abimelekh: “Aku tidak tahu, siapa yang melakukan hal itu; lagi tidak kauberitahukan kepadaku, dan sampai hari ini belum pula kudengar.”
27Lalu Abraham mengambil domba dan lembu dan memberikan semuanya itu kepada Abimelekh, kemudian kedua orang itu mengadakan perjanjian.
28Tetapi Abraham memisahkan tujuh anak domba betina dari domba-domba itu.
29Lalu kata Abimelekh kepada Abraham: “Untuk apakah ketujuh anak domba yang kaupisahkan ini?”
30Jawabnya: “Ketujuh anak domba ini harus kauterima dari tanganku untuk menjadi tanda bukti bagiku, bahwa akulah yang menggali sumur ini.”
31Sebab itu orang menyebutkan tempat itu Bersyeba, karena kedua orang itu telah bersumpah di sana.
32Setelah mereka mengadakan perjanjian di Bersyeba, pulanglah Abimelekh beserta Pikhol, panglima tentaranya, ke negeri orang Filistin.
33Lalu Abraham menanam sebatang pohon tamariska di Bersyeba, dan memanggil di sana nama TUHAN, Allah yang kekal.
34Dan masih lama Abraham tinggal sebagai orang asing di negeri orang Filistin.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
