“Kepadamu dan kepada keturunanmu akan Kuberikan negeri ini yang kaudiami sebagai orang asing, yakni seluruh tanah Kanaan akan Kuberikan menjadi milikmu untuk selama-lamanya; dan Aku akan menjadi Allah mereka”

(Kejadian 17:8)

Setelah tiga belas tahun berlalu sejak Ismael dilahirkan, TUHAN Allah kembali menampakkan diri-Nya kepada Abram dan mengingatkan akan perjanjian-Nya. TUHAN berjanji akan membuatnya beranak cucu sangat banyak dan raja-raja akan berasal dari padanya. Dan dalam perjanjian-Nya, TUHAN berkata bahwa Ia akan menjadi Allah mereka. 

Jika kita melihat dalam Kitab Imamat 26:45, juga ditekankan oleh penulis: “… Aku akan mengingat perjanjian dengan orang-orang dahulu yang Kubawa keluar dari tanah Mesir di depan mata bangsa-bangsa lain, supaya Aku menjadi Allah mereka.” Di sini Tuhan pun kembali menekankan akan perjanjian-Nya dengan Abraham, bahwa Ia akan menjadi Allah mereka. 

Lalu apa maksudnya “Ia akan menjadi Allah mereka”? 

Nabi Yeremia menjelaskan, “… Aku akan menaruh Taurat-Ku dalam batin mereka dan menuliskannya dalam hati mereka; maka Aku akan menjadi Allah mereka dan mereka akan menjadi umat-Ku” (Yer 31:33). Dari sini kita bisa memahami, bahwa dengan kita menyimpan Taurat Tuhan di dalam hati kita, lalu kita berjalan menurut ketetapan-ketetapan-Nya, hidup sesuai kehendak-Nya, demikianlah kita menjadi umat Tuhan, dan Dia menjadi Allah kita.

Jadi jika kita mengakui TUHAN sebagai Allah kita, maka sebagai umat-Nya, kita pun harus tunduk pada perintah-perintah-Nya dan dengan setia memegang peraturan-Nya. Untuk bisa melakukan perintah-Nya, kita perlu mengukir segala perintah-Nya itu dalam hati kita. Artinya, dari dalam hati, kita benar-benar bertobat dari perbuatan kita yang jahat, dan berusaha melakukan apa yang benar.

Kemudian, di awal perikop Kejadian 17 ini, Allah juga mengingatkan Abraham untuk hidup dengan tidak bercela. Perintah ini terkait dengan perbuatan Abram di masa lalu, yang mengambil hamba perempuan Sarai. Demikianlah Allah juga menginginkan kita, sebagai umat-Nya, untuk hidup dengan tidak bercela di hadapan-Nya. Hidup tidak bercela bukan sekadar menjaga diri jauh dari kesalahan, tetapi lebih dari itu, kita pun mau secara aktif taat dan melakukan kehendak Allah.

Hari ini, ketika kita mengaku bahwa diri kita adalah umat Tuhan, maka sudah sepatutnyalah kita hidup tunduk dan taat pada ketetapan-ketetapan-Nya. Maka kita akan menjadi umat-Nya dan Dia menjadi Allah kita. Dengan demikian, biarlah janji Tuhan kepada Abraham dan keturunannya, akan digenapi dalam diri kita. Tuhan Yesus menyertai kita semua. Haleluya!