SAUH BAGI JIWA
Saya Bukan Siapa-Siapa
“Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel“ (Hakim-hakim 3:31)
“Sesudah dia, bangkitlah Samgar bin Anat; ia menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu, enam ratus orang banyaknya. Demikianlah ia juga menyelamatkan orang Israel“ (Hakim-hakim 3:31)
Kalimat “aku mah apa” pernah menjadi kalimat yang sering digunakan oleh masyarakat Indonesia sebagai ungkapan merendah atau bercanda dalam konteks percakapan sehari-hari, terutama di media sosial dan percakapan santai. Kalimat ini biasanya digunakan untuk menyatakan kerendahan diri dengan nada humor, seolah-olah membandingkan diri dengan orang lain yang dianggap lebih hebat atau lebih berprestasi.
Dalam kehidupan bergereja, kalimat ini juga mungkin terkadang kita dengar atau mungkin kita sendiri yang pakai, ketika merasa tidak layak untuk melakukan pelayanan di gereja. Ada banyak macam pelayanan yang ditawarkan di gereja, tapi mungkin masih ada beberapa orang yang menolak atau tidak mau mengambil pelayanan. Entah karena merasa diri kurang mampu, kurang percaya diri, atau merasa diri sendiri perlu berbenah terlebih dahulu sebelum mengambil tugas pelayanan di gereja.
Hari ini kita akan belajar dari seorang tokoh Alkitab bernama Samgar. Nama “Samgar” hanya disebutkan sebanyak dua kali dalam Alkitab, yaitu dalam penjelasan apa yang diperbuatnya serta dalam nyanyian Debora (Hak 5:6). Penjelasan perbuatan Samgar juga hanya terdiri dari satu ayat—yang menjadi ayat emas kita pada hari ini. Meskipun hanya satu ayat, kita bisa belajar banyak daripadanya.
Samgar adalah hakim ketiga yang menewaskan orang Filistin dengan tongkat penghalau lembu. Dengan alat itu, ia dapat membinasakan enam ratus orang! Bukankah ini luar biasa?
Jika kita perhatikan, mengapa dalam peperangan, Samgar menggunakan alat pertanian yang biasanya digunakan untuk menjaga lembu tetap bergerak ketika membajak? Mungkin karena itulah yang dia punya. Kemungkinan besar, Samgar adalah seorang petani biasa. Walaupun begitu, dia tidak tinggal diam ketika ada peperangan dengan orang Filistin. Dia ambil apa yang dia miliki dan dia maju melawan musuh dengan berani.
Merendahkan hati kita dan tidak menjadi sombong adalah hal yang penting dan baik. Tapi kiranya kita tidak menggunakan alasan “saya bukan siapa-siapa” untuk menghindari pelayanan dalam gereja. Jika Samgar mempunyai tongkat penghalau lembu, sesungguhnya Allah juga telah menyiapkan diri kita untuk bisa melayani-Nya. Semua orang pasti memiliki talenta dan kemampuan, hanya saja tidak semua orang mempunyai keinginan untuk menggunakan talenta dan kemampuan tersebut untuk melayani Tuhan.
Seiring berjalannya waktu dan pengalaman, kita pun dapat belajar bagaimana caranya untuk melayani Tuhan dalam pelayanan tertentu. Misalnya, seseorang tidak pernah memasak, tapi dia ingin mencoba melayani Tuhan dalam pelayanan tim memasak. Ia bisa mencobanya terlebih dahulu dan belajar dari orang yang sudah terbiasa dalam memasak. Jika Tuhan menghendaki agar kita dapat melayani-Nya dalam suatu bidang, kita pasti akan dilengkapi dengan apa yang diperlukan.
Samgar hanya orang biasa, sama seperti kita. Tapi dia mau membela bangsanya dengan apa yang dia miliki dan dengan apa yang dia bisa lakukan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita mau melayani Tuhan dengan apa yang kita miliki? Asalkan kita memiliki hati dan tekad, Tuhan akan membantu kita agar dapat melayani-Nya. Tuhan Yesus menyertai kita semua.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 11-12 Januari 2025
1. Bacalah renungan “SAYA BUKAN SIAPA-SIAPA”
2. Ceritakanlah talenta yang Anda miliki. Apakah Anda telah menggunakan talenta Anda ini untuk melayani Tuhan?
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat mengembangkan setiap talenta yang dititipkan-Nya.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.