SAUH BAGI JIWA
Takut Akan Allah
Bacaan Alkitab Harian –
“Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi'”
“Ia menjawab: ‘Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi'”
Sering kali kita mendengar firman Tuhan berkata bahwa sebagai pengikut Tuhan, kita harus memiliki sifat takut akan Allah. Tentu ini merupakan hal yang baik, karena sejatinya kita sadar siapa identitas Allah kita yang adalah Pencipta kita. Ketakutan itu kita ungkapkan dengan berusaha menjaga diri kita untuk hidup kudus agar tidak jatuh ke dalam cengkeraman si jahat. Kita juga berharap agar kita tidak jatuh ke dalam sebuah dosa yang bisa membuat kita mati secara rohani. Namun, apakah pemahaman kita tentang takut akan Allah sudah tepat sesuai dengan firman Tuhan?
Berkaca dari kisah di Alkitab, ada dicatatkan mengenai kisah hidup dari manusia pertama, Adam dan pasangannya, Hawa. Pada suatu hari, ketika mereka mendengar bunyi langkah Allah, mereka menjadi takut dan bersembunyi. Mengapa manusia itu menjadi takut? Adam tahu karena dirinya dalam kondisi telanjang dan bisa dikatakan memalukan. Lantas apa yang terjadi kemudian? Allah menanyai Adam dua pertanyaan:
”Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang?”
“Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
Adam menjawab Allah dengan menyalahkan istrinya sendiri, ketimbang jujur untuk mengakui kesalahan yang telah diperbuatnya di hadapan Tuhan.
Sebagai manusia, ketika kita melakukan kesalahan kepada sesama, kita juga terkadang menjadi takut dan enggan mengakui kesalahan kita. Seperti Adam dan Hawa, kita memilih untuk melempar kesalahan tersebut kepada orang lain. Sehingga pada akhirnya, kita ‘terbebas’ dari kesalahan tersebut. Jika kita melakukan hal demikian terhadap manusia, apakah hal serupa akan kita lakukan terhadap Allah?
Karena kita ‘takut’ akan Allah, maka dosa yang telah kita perbuat kita lemparkan atau persalahkan kepada orang lain supaya diri kita menjadi ‘benar.’ Ini bukanlah perasaan takut akan Allah yang Allah kehendaki. Sebaliknya, Allah menghendaki manusia untuk memiliki rasa takut akan Allah yang benar.
Dalam Kitab Keluaran 20:20, ada tertulis: “…dengan maksud supaya takut akan Dia ada padamu, agar kamu jangan berbuat dosa.” Inilah yang Allah kehendaki, yaitu takut dengan menghormati kekudusan Tuhan dan dengan menjaga perilaku kita agar tidak melakukan dosa.
Jadi ketika kita melakukan kesalahan dan menjadi berdosa, segera bertobatlah dengan rendah hati, bukan dengan melempar kesalahan kepada siapa pun dan apa pun. Bila kita memahami takut akan Allah dengan benar, kita tidak akan membenarkan diri sendiri. Malah kita akan mengakui kesalahan yang kita perbuat dengan rendah hati dan berusaha menjaga kekudusan diri yang Allah telah anugerahkan pada kita.
Penulis Kitab Amsal 14:27 mencatatkan, “Takut akan Tuhan adalah sumber kehidupan sehingga orang terhindar dari jerat maut.” Mari kita tanamkan rasa takut akan Tuhan yang benar dalam hati kita mulai dari sekarang. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
6
Perempuan itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan dan sedap kelihatannya, lagipula pohon itu menarik hati karena memberi pengertian. Lalu ia mengambil dari buahnya dan dimakannya dan diberikannya juga kepada suaminya yang bersama-sama dengan dia, dan suaminya pun memakannya.
7Maka terbukalah mata mereka berdua dan mereka tahu, bahwa mereka telanjang; lalu mereka menyemat daun pohon ara dan membuat cawat.
8Ketika mereka mendengar bunyi langkah TUHAN Allah, yang berjalan-jalan dalam taman itu pada waktu hari sejuk, bersembunyilah manusia dan isterinya itu terhadap TUHAN Allah di antara pohon-pohonan dalam taman.
9Tetapi TUHAN Allah memanggil manusia itu dan berfirman kepadanya: “Di manakah engkau?”
10Ia menjawab: “Ketika aku mendengar, bahwa Engkau ada dalam taman ini, aku menjadi takut, karena aku telanjang; sebab itu aku bersembunyi.”
11Firman-Nya: “Siapakah yang memberitahukan kepadamu, bahwa engkau telanjang? Apakah engkau makan dari buah pohon, yang Kularang engkau makan itu?”
12Manusia itu menjawab: “Perempuan yang Kautempatkan di sisiku, dialah yang memberi dari buah pohon itu kepadaku, maka kumakan.”
13Kemudian berfirmanlah TUHAN Allah kepada perempuan itu: “Apakah yang telah kauperbuat ini?” Jawab perempuan itu: “Ular itu yang memperdayakan aku, maka kumakan.”