SAUH BAGI JIWA
Lebih Baik Mendengar Hardikan Orang Bijak
“Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh“ (Pengkhotbah 7:5)
“Mendengar hardikan orang berhikmat lebih baik dari pada mendengar nyanyian orang bodoh“ (Pengkhotbah 7:5)
Di dalam Alkitab, kita dapat banyak menemukan ayat-ayat yang berisi teguran-teguran yang bahkan disampaikan dengan begitu keras, tapi untuk maksud baik. Kita tentu ingat dengan kekerasan hati bangsa Israel yang membuat mereka mendapatkan hardikan Allah dengan istilah bangsa yang tegar tengkuk. Hal itu dikarenakan mereka tidak mau bertobat dari perbuatan-perbuatan yang tidak dikehendaki Allah.
Salomo memberi sebuah persamaan antara tawa orang bodoh dengan bunyi duri terbakar di bawah kuali. Ranting-ranting semak berduri yang dilemparkan ke dalam api menimbulkan banyak suara, namun akan habis terbakar dengan cepat. Demikian juga halnya dengan sanjungan atau pujian dari orang bodoh–terasa indah dan mengesankan, namun hilang dengan cepat. Sebaliknya, hardikan orang berhikmat dapat mengubah hidup seseorang menjadi lebih baik.
Kita perlu bersikap lemah lembut atau mau mendengar terhadap ajaran, teguran, dan nasihat, baik itu dari orang-orang yang lebih tua maupun yang ada di sekeliling kita. Teguran atau nasihat dari orang tua, saudara seiman, pengkhotbah, pasangan hidup, ataupun sahabat diberikan demi kebaikan kita. Apakah kita mau mendengar teguran dan nasihat dari mereka? Jika ya, dan sesuai dengan pengajaran firman Tuhan, Tuhan akan membentuk karakter kita dan membuat kita menjadi orang yang diinginkan-Nya.
Melalui Nabi Natan, Tuhan menegur Raja Daud yang saat itu telah melakukan kesalahan besar, yaitu berzinah dengan Batsyeba dan membunuh suaminya, Uria. Sikap Daud saat menerima teguran tersebut adalah ia mengakui akan dosanya, lalu bertobat. Allah pun mengampuni dosanya. Akan tetapi hukuman atas perbuatan dosa Daud tetap Allah tegakkan (2 Sam 12:13-14).
Secara jasmani, terkadang hal yang tidak bisa kita hindari adalah berbuat salah. Dan ketika ditegur, biasanya kesombongan dapat menjadi dasar dari sikap penolakkan kita terhadap teguran itu. Andai hal itu terjadi dalam hidup kita, maka kita selamanya tidak akan dapat menjadi pribadi yang lebih baik. Penulis Amsal mencatatkan secara tersirat dalam Amsal 12:1 bahwa kita semua memerlukan teguran dan perbaikan dalam kehidupan kita. Orang sombong tidak senang dikoreksi, tapi seorang yang rendah hati akan dengan tulus menerima kritikan, serta menarik manfaat daripadanya (Ams 10:17).
Ketika kita sadar bahwa justru dengan teguran itulah kita bisa mengevaluasi hidup kita, mari kita renungkan bagaimana sikap kita selama ini jika mendapatkan teguran? Apakah kita menolaknya mentah-mentah dan menganggap diri sudah benar? Atau apakah kita menerimanya dan menjadikannya sebagai bahan evaluasi diri? Mari kita rendahkan hati kita dan kiranya kita dapat memperbaiki diri kita dari hari ke hari agar dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tuhan Yesus menyertai kita semua.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 16-17 November 2024
- Bacalah renungan “LEBIH BAIK MENDENGAR HARDIKAN ORANG BIJAK”
- Bagaimanakah seharusnya sikap kita ketika menerima teguran? Setiap anggota keluarga boleh berbagi pendapat dan pengalamannya.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Roh Kudus membantu agar kita dapat dengan rendah hati menerima teguran, sehingga dapat menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.