SAUH BAGI JIWA
Salah Siapakah Ini?
“Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Yohanes 9:2)
“Murid-murid-Nya bertanya kepada-Nya: ‘Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?” (Yohanes 9:2)
Saat melihat anak-anak yang memiliki keterbatasan, baik fisik atau mental, apa yang terlintas dalam pikiran kita? Mungkin kita bertanya-tanya, “Salah siapakah ini?” Bahkan kita juga mungkin mulai berimajinasi bahwa orang tuanya telah melakukan ini atau itu.
Hal ini pun pernah ditanyakan oleh para murid. Karena di dalam masyarakat Yahudi, mereka punya pandangan bahwa ada hubungan antara dosa dengan penderitaan. Dalam pikiran mereka, orang ini terlahir buta karena orang tuanya pasti berbuat dosa sehingga mengalami pencobaan yang sulit. Maka dari itu, mereka bertanya kepada Tuhan Yesus, “Rabi, siapakah yang berbuat dosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta?”
Dalam Perjanjian Lama, seorang anak dapat mengalami penderitaan sebagai akibat dosa orang tuanya. Seperti yang dicatatkan dalam Kitab Keluaran 34:7, “Yang meneguhkan kasih setia-Nya kepada beribu-ribu orang, yang mengampuni kesalahan, pelanggaran dan dosa; tetapi tidaklah sekali-kali membebaskan orang yang bersalah dari hukuman, yang membalaskan kesalahan bapa kepada anak-anaknya dan cucunya, kepada keturunan yang ketiga dan keempat.”
Demikian juga hari ini, kita dapat melihat anak-anak yang lahir dari orang tua yang kecanduan narkoba, miras, ataupun terkena AIDS, akan mengalami cacat fisik maupun mental. Selain itu, secara psikologis akan ada dampak yang parah bagi anak-anak yang memiliki orang tua yang kejam, baik dalam perkataan maupun perlakuan.
Tetapi tidaklah selalu demikian. Seperti dalam bacaan hari ini, Yesus mengatakan bahwa orang buta tersebut bukanlah menderita karena dosa pribadinya, ataupun dosa orang tuanya. Seperti juga Ayub. Dia adalah orang yang benar. Tetapi Ayub pun dapat mengalami penderitaan yang berat, meskipun tidak berbuat dosa.
Lantas, mengapa orang ini menjadi buta? Tuhan Yesus pun menjawab, ”karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia.”
Hari ini, kita pun dapat mengalami kondisi seperti yang dialami orang buta ini. Kita mengidap penyakit yang tidak kunjung sembuh. Atau ada bagian tubuh kita yang tidak berfungsi secara optimal. Semua ini bisa terjadi kepada siapapun juga, dari bayi yang baru lahir, sampai mereka yang sudah putih rambutnya.
Allah-lah yang mengizinkannya untuk suatu maksud yang mulia. Karena itu, kita tidak perlu berkecil hati. Jangan kecewa. Tidak perlu bersungut-sungut. Sebaliknya, kita mau bersyukur. Karena di balik ketidaksempurnaan yang kita miliki, banyak hal indah yang Tuhan sediakan. Kita tidak akan lagi mengandalkan kekuatan kita, melainkan semakin bersandar dan berserah kepada Tuhan. Kita tidak akan lagi meninggikan diri melainkan semakin rendah hati. Di dalam kelemahan, kita akan semakin giat berdoa dan semakin mendekat pada Tuhan. Bukankah ini sangat indah?
Seperti Paulus mengatakan, “Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” Biarlah kita pun boleh seperti Paulus. Di dalam kelemahan, kita kuat, karena Kristus-lah yang menopang tangan kita. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.