SAUH BAGI JIWA
Nikmatnya Hidup
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 25 Aug 2024
“Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit” (Pengkhotbah 6:1-2)
“Ada suatu kemalangan yang telah kulihat di bawah matahari, yang sangat menekan manusia: orang yang dikaruniai Allah kekayaan, harta benda dan kemuliaan, sehingga ia tak kekurangan suatu pun yang diingininya, tetapi orang itu tidak dikaruniai kuasa oleh Allah untuk menikmatinya, melainkan orang lain yang menikmatinya! Inilah kesia-siaan dan penderitaan yang pahit” (Pengkhotbah 6:1-2)
Ada satu pepatah Jawa yang mengatakan: “Sejatine urip kuwi mung sawang sinawang”. Pepatah ini memiliki arti: “Sesungguhnya, hidup itu hanyalah saling pandang memandang saja”. Memang jika diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia, makna yang terkandung di dalam pepatah tersebut terasa bias, tapi sesungguhnya ada makna lebih dalam yang disampaikan dalam pepatah ini. Secara tersirat, pepatah ini mengandung sebuah pesan bahwa dalam kehidupan manusia di dunia sesungguhnya hanya bisa saling melihat, memandang, dan memperhatikan saja. Kita hanya bisa melihat apa yang nampak, tapi tidak bisa melihat apa yang ada di baliknya.
Tidak jarang kita menemukan seseorang berkomentar kepada orang lain, “Wah, kamu sekarang hidupnya sudah nyaman ya, kerja di perusahan besar. Tidak seperti aku yang masih begini saja.” Atau komentar lainnya, “Enaknya punya usaha sendiri ya kamu, waktu lebih fleksibel dan tidak diatur orang lain.” Atau kita juga berandai-andai, “Kalau aku adalah orang yang berada, pasti enak hidupnya, mau ini mau itu bisa langsung beli” dan mungkin ada masih banyak lagi contoh lainnya. Namun sebenarnya kita tidak pernah tahu kenyataannya seperti apa, karena kita hanya bisa memandangnya dari luar, tanpa tahu apa yang ada di baliknya.
Kitab Pengkhotbah memberitahukan kepada kita bahwa sesungguhnya adalah kesia-siaan belaka ketika hidup dalam kekayaan, dikaruniai harta benda dan kemuliaan, tak kekurangan suatu pun yang diingini, tapi tidak bisa menikmatinya–malahan orang lain yang menikmatinya.
Ada seorang asisten rumah tangga di dalam keluarga yang sangat kaya raya. Dia menceritakan bahwa majikannya selalu berangkat kerja pagi hari sebelum matahari terbit dan pulang ketika matahari sudah terbenam–anak-anaknya pun sudah tertidur. Hanya di hari Minggu dia mempunyai waktu untuk keluarga dan bisa sedikit bersantai di rumah. Itupun kalau tidak ada rapat atau urusan pekerjaan lainnya. Fasilitas di rumah cukup lengkap dan begitu nyaman, tapi yang menikmatinya adalah asistennya. Jika kita melihat dari luar, kita bisa mengatakan kehidupan majikan itu begitu nyaman dan nikmat–pekerjaan yang mapan dan rumah yang nyaman, tapi di balik itu semua, ternyata dia tidak bisa menikmati yang dia miliki.
Nikmatnya hidup bukanlah dari kaya atau miskinnya kita, bukan dari berkelimpahan atau tidaknya kita, bukan juga atas prestasi dan pencapaian-pencapaian yang kita dapatkan, tapi dari bagaimana kita bisa menikmati segala sesuatu yang Tuhan sediakan untuk kita. Entah sedikit atau berkelimpahan, kita benar-benar bisa menikmatinya, itulah nikmat hidup yang sesungguhnya. Kita tidak perlu membandingkan kehidupan kita dengan orang lain. Syukurilah apa yang telah Tuhan karuniakan untuk kita. Ingatlah bahwa apa yang kita lihat nikmat belum tentu adalah sebuah kenikmatan. Mari nikmati dan syukuri apa yang Tuhan telah berikan kepada kita (1Tes 5:18). Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.