SAUH BAGI JIWA
Menjaga Hati Dan Mulut Kita
“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit”
“Janganlah terburu-buru dengan mulutmu, dan janganlah hatimu lekas-lekas mengeluarkan perkataan di hadapan Allah, karena Allah ada di sorga dan engkau di bumi; oleh sebab itu, biarlah perkataanmu sedikit”
Di sini Salomo mengingatkan kita untuk berhati-hati dengan perkataan kita, terutama perkataan kita terhadap Tuhan. Sebelum berkata-kata, sebaiknya kita mempertimbangkannya terlebih dahulu agar kita tidak bersalah kepada Tuhan. Kadangkala, ketika terjadi suatu hal yang tidak mengenakkan dalam hidup, kita dengan cepat bersungut-sungut dan menuduh Tuhan tidak peduli, tidak berbelas kasih, atau bersikap tidak adil terhadap kita.
Hati-hatilah! Jangan sampai dalam situasi seperti itu, kita bersikap seperti orang Israel yang disebutkan dalam Bilangan 21:5, “Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’” Tanpa berpikir, mereka menuduh Allah sengaja membuat mereka menderita di padang gurun. Kekebalan membuat mereka tidak mengerti rancangan Allah yang baik atas mereka, sehingga setiap kali kesusahan menimpa, mereka segera bersungut-sungut kepada Allah.
Jangan pula kita bersikap seperti orang fasik yang mulutnya penuh dengan sumpah serapah, tipu, dan penindasan. Perkataan Sanherib, raja Asyur yang sombong dan menista Tuhan telah membangkitkan murka-Nya dan mendatangkan hukuman bagi dirinya sendiri (2Raj 19:28). Sesungguhnya, siapakah kita, sehingga kita berani mengeluarkan perkataan-perkataan yang mengutuk kepada Tuhan? Kita hanyalah ciptaan-Nya. Kita hanyalah hamba-hamba-Nya. Sebagai seorang ciptaan dan hamba, seharusnya kita tunduk kepada Pencipta dan Tuan kita. Sadarilah kedudukan kita yang rendah dan bahwa tanpa kasih karunia Tuhan, kita semua tidak berarti apa-apa. Oleh karena kita akan binasa, kita seharusnya mengucap syukur dan memiliki rasa takut serta hormat kepada Tuhan.
Ketahuilah bahwa kelak kita harus mempertanggungjawabkan setiap perkataan kita, apalagi perkataan kita kepada Tuhan. Maka, Rasul Paulus menasihatkan kita untuk tidak mengucapkan perkataan yang kotor, kosong, atau sembrono, melainkan kita harus mengucap syukur.
Selain mengingatkan kita untuk menjaga mulut, Salomo juga mengingatkan kita agar menjaga hati. Sebab Lukas 6:45 berkata, “Orang yang baik mengeluarkan barang yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik dan orang yang jahat mengeluarkan barang yang jahat dari perbendaharaannya yang jahat. Karena yang diucapkan mulutnya, meluap dari hatinya.”
Tuhan Maha Tahu. Bahkan sebelum kita berkata-kata, Tuhan sudah tahu apa yang ada di dalam hati kita. Maka, kita harus menjaga hati dengan segala kewaspadaan, agar mulut dan lidah kita tidak mengeluarkan perkataan yang kotor, kosong, atau sembrono–seperti yang dinasihatkan Rasul Paulus.
Kiranya kita dapat belajar dari Daud yang senantiasa menjaga hati dan mulutnya, sehingga kita pun dapat dengan berani mengucapkan perkataan yang sama di hadapan Tuhan, “Bila Engkau menguji hatiku, memeriksanya pada waktu malam, dan menyelidiki aku, maka Engkau tidak akan menemui sesuatu kejahatan; mulutku tidak terlanjur” (Mzm 17:3).
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.