SAUH BAGI JIWA
Kasih Bapa
Bacaan Alkitab Harian – Yohanes 4:46-48
Orangtua adalah anugerah terbesar bagi semua orang di dunia. Tanpa orangtua, kita tidak akan ada di dunia ini. Kita juga tak akan bisa bertumbuh besar dan menjadi dewasa tanpa mereka. Sejak kecil kita setiap hari dirawat, dibesarkan, dijaga oleh mereka. Umumnya, peran ibu dalam mengasuh anak-anak lebih jelas terlihat. Sosok ayah biasanya jarang menunjukkan kasih sayang secara terbuka kepada anak-anaknya. Namun demikian, kasih dan kelembutan seorang ayah seringkali ditunjukkan dengan sikap yang melindungi anak-anaknya.
Saya tidak pernah betul-betul mengetahui betapa besar kasih ayah saya. Baru setelah saya dewasa dan berkeluarga, saya bisa merasakan dan mengenang kasihnya yang begitu besar. Ayah saya sangat giat bekerja, mencari nafkah agar anak-anaknya bisa hidup dengan baik. Secara ekonomi keluarga kami tidak berkelimpahan, tetapi kami tidak pernah kekurangan. Setiap hari selama 20 tahun, ayah saya hanya makan siang dengan lauk yang sangat sederhana. Uang makan dan gajinya dihemat untuk membayar uang sekolah dan memenuhi kebutuhan rumah. Bahkan, ketika ia sakit, ayah saya tetap berusaha untuk bekerja.
Di Kapernaum ada seorang ayah yang sangat mengasihi anaknya. Ia bekerja sebagai pegawai istana. Saat anak sakit, orangtua ikut merasa sakit. Hati mereka tidak tenang dan berusaha mencari cara untuk mencari kesembuhan bagi anaknya. Pegawai istana ini mungkin sudah melakukan segala cara agar anaknya bisa sembuh, namun tidak berhasil. Sementara, keadaan sang anak menjadi semakin parah (Yoh 4: 47).
Saat merasa kehilangan harapan, ia mendengar kabar tentang Tuhan Yesus. Ia segera mencari Tuhan Yesus demi kesembuhan anaknya. Saat bertemu dengan Tuhan Yesus, ia justru menerima perkataan yang tidak menyenangkan: “Maka kata Yesus kepadanya: ‘Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya’ ” (Yoh 4:48)
Jika kita berada pada posisi pegawai istana, bagaimana tanggapan kita? Pada umumnya orang akan tersinggung dan meninggalkan Yesus. Namun, pegawai ini tetap menerima perkataan Tuhan Yesus. Ia sangat mengasihi anaknya dan ingin agar anaknya sembuh. Ia tetap memohon agar Yesus mau datang untuk menyembuhkan anaknya: “Tuhan, datanglah sebelum anakku mati” (Yoh 4:49).
Setiap orang memiliki motivasi dan tujuan yg berbeda-beda saat datang kepada Tuhan Yesus. Dari peristiwa di Kapernaum ini selain melihat kasih sayang seorang ayah, kita juga diingatkan tentang tujuan dan motivasi kita datang kepada Tuhan Yesus. Apakah kita mengikut Tuhan hanya untuk mencari berkat? Atau apakah itu didasari oleh hati nurani yang murni sehingga kita mau selalu mengikut Tuhan dalam keadaan apa pun?
Bapa di sorga sangat mengasihi kita. Ia mengutus Anak-Nya yang tunggal turun ke dunia untuk menebus dosa-dosa kita. Sungguh besar kasih Bapa kepada kita. Jika kita ingin senantiasa merasakan kasih Bapa di dalam kehidupan ini, tetaplah setia memegang segala ketetapan dan perintah-Nya. Seperti yg tertulis dalam Yohanes 14:21, “Barangsiapa memegang perintah-Ku dan melakukannya, dialah yang mengasihi Aku. Dan barangsiapa mengasihi Aku, ia akan dikasihi oleh Bapa-Ku dan Aku pun akan mengasihi dia dan akan menyatakan diri-Ku kepadanya.”
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
46
Maka Yesus kembali lagi ke Kana di Galilea, di mana Ia membuat air menjadi anggur. Dan di Kapernaum ada seorang pegawai istana, anaknya sedang sakit.
47Ketika ia mendengar, bahwa Yesus telah datang dari Yudea ke Galilea, pergilah ia kepada-Nya lalu meminta, supaya Ia datang dan menyembuhkan anaknya, sebab anaknya itu hampir mati.
48Maka kata Yesus kepadanya: “Jika kamu tidak melihat tanda dan mujizat, kamu tidak percaya.”