SAUH BAGI JIWA
Diselamatkan Bukan Dengan Pedang Dan Lembing
“Dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami” ( 1 Samuel 17:47)
“Dan supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa Tuhan menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing. Sebab di tangan Tuhanlah pertempuran dan Ia pun menyerahkan kamu ke dalam tangan kami” (
Pada masa penjajahan, Indonesia juga memiliki bambu runcing sebagai senjata khusus dan simbol perlawanan. Walau hanya digunakan untuk membela diri ketika sedang terjadi perang, setelah peristiwa kemerdekaan, senjata tersebut menjadi suatu simbol untuk mengenang kejadian besar dalam sejarah.
Peristiwa mengenai Daud melawan Goliat, seorang raksasa ahli perang dari negeri Filistin mungkin merupakan kisah dari Alkitab yang sering kita dengar. Pada saat itu, Daud memiliki tubuh yang jauh lebih kecil daripada Goliat. Namun, ternyata ia dapat mengalahkannya dan Israel memenangkan pertempuran melawan Filistin. Karena tubuhnya yang kecil, Daud tidak dapat mengenakan baju zirah karena baju tersebut terlalu berat baginya. Ia juga tidak membawa peralatan perang, kecuali lima batu licin serta umban yang sering digunakannya ketika menggembalakan domba-domba. Jika kita renungkan, bagaimana bisa Daud yang tidak memiliki kemampuan perang apa pun dan memiliki postur tubuh yang kecil dapat memiliki keberanian untuk menghadapi Goliat?
Itu karena Daud percaya bahwa kemenangan atas peperangan itu ada di dalam tangan Tuhan. Dia juga yakin bahwa Tuhan akan membuat Israel menang atas Filistin. Jadi kemenangan tercipta bukan karena seberapa canggihnya senjata atau seberapa kuatnya kekuatan yang dimiliki, melainkan terjadi atas campur tangan Tuhan.
Manusia sering menghadapi masalah, entah masalah besar maupun kecil, semuanya tetap dapat membuat kita mengalami rasa takut, sedih, dan lelah. Sebisa mungkin kita ingin cepat-cepat menyelesaikannya agar masalah di dalam pikiran kita cepat hilang. Tanpa kita sadari, terkadang kita juga langsung mengambil tindakan berdasarkan pemikiran kita dan berdasarkan apa yang menurut kita normal saja untuk dilakukan. Pasukan Israel masih takut menghadapi orang Filistin walaupun mereka mempunyai baju zirah, pedang, dan lainnya. Kita pun sering merasa seperti ini ketika menghadapi masalah yang tinggi menjulang, meskipun kita mempunyai kepandaian, pengalaman, kemampuan, dan yang lainnya. Masalah akan silih berganti dan kita dapat merasa lelah jika menghadapinya sendirian.
Lantas apa yang harus kita lakukan? Berdoalah. Dalam Yohanes 14:13-14 tertulis bahwa ketika kita meminta dalam nama Tuhan Yesus, Ia akan melakukannya. Doa adalah sarana pribadi kita untuk berkomunikasi dengan Tuhan, tempat kita meminta pertolongan, berharap, dan mendapat kekuatan. Masalah mungkin tetap sama, tapi yang berbeda adalah adanya kekuatan dan keberanian untuk menghadapinya ketika nama Tuhan diikutsertakan.
Maka, janganlah mengandalkan pedang atau lembing, kemampuan atau pengalaman yang kita miliki ketika menghadapi suatu masalah. Umumnya, hal ini justru dapat membuat kita bermegah diri atas pencapaian setelah kita berhasil melewatinya. Namun, bawalah nama Tuhan dalam doa, lengkapi diri kita dengan memakai senjata dan perlengkapan perang secara rohani untuk menghadapinya.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
![bible-2167778_1920 bible-2167778_1920](https://tjc.org/id/wp-content/uploads/sites/43/2017/03/bible-2167778_1920.jpg)
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.