SAUH BAGI JIWA
Melawan Keterbatasan
Bacaan Alkitab Harian – Kisah Para Rasul 20:1-12
“Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati“ (Kisah Para Rasul 20:9)
“Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati“ (Kisah Para Rasul 20:9)
Kantuk, atau “mengantuk”, adalah kondisi alami ketika tubuh seseorang membutuhkan istirahat atau tidur. Menurut para pakar, ada banyak faktor yang menyebabkan seseorang mengantuk, mulai dari kurangnya jam tidur, kelelahan, hingga penyakit tertentu.
Di dalam Alkitab, baik di dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, ada banyak catatan menarik tentang orang-orang yang tertidur. Seperti halnya Eutikhus, yang kita kenal sebagai orang muda yang turut datang ketika Rasul Paulus berkumpul untuk memecah-mecahkan roti. Pada saat itu, mereka sedang berkumpul di ruang atas di lantai ketiga, dan Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus hendak berangkat keesokan harinya, ia berbicara sampai tengah malam, hingga membuat Eutikhus tidak dapat lagi menahan kantuknya dan jatuh dari lantai ketiga, sampai membuat dirinya harus kehilangan nyawa.
Dari kisah Eutikhus ini, kita dapat belajar mengenai keterbatasan manusia. Eutikhus pada waktu itu seyogyanya masih muda, masih memiliki kekuatan sebagai perhiasan mudanya. Berbeda dengan orang-orang yang sudah lanjut usianya. Seperti halnya kitab Pengkhotbah memberitahukan kita bahwa pada usia senja, manusia cenderung akan mengalami kemerosotan secara lahiriah.
Walaupun Eutikhus masih muda dan penuh kekuatan, ia tetaplah manusia, yang penuh dengan keterbatasan. Sama halnya dengan diri kita pada hari ini. Jikalau kita mau jujur, kadangkala kita dapat menjumpai jemaat yang mengantuk saat berkebaktian di gereja. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, mereka seolah-olah mudah terlelap saat firman Tuhan disampaikan. Mungkin karena kelelahan, sedang sakit, atau kurang tidur karena istirahat yang tidak mencukupi saat di malam hari sebelumnya.
Tetapi apapun alasannya, hal yang tidak baik ini harus diatasi. Sebab Alkitab juga mencatat peristiwa yang serupa, yakni kisah Nabi Ahia. Uniknya, ia adalah seorang nabi yang sudah tua renta, yang matanya sudah kabur, bahkan tidak dapat melihat lagi. Tetapi sungguh mengherankan bahwa nabi ini tetap dapat mendengarkan firman Allah dengan baik (1 Raj 14:4-5).
Sampai kapan kita akan terus membiarkan diri kita menuruti rasa kantuk hingga tertidur selama mendengarkan firman Allah di gereja? Tentunya kita tidak mau hal ini terus terjadi. Tidak ada cara lain! Kita harus bertekad dan melawan segala keterbatasan yang ada di dalam diri kita. Kiranya Roh Kudus membantu kita. Amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Kisah Para Rasul 20:1-12
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Kisah Para Rasul 20:1-12
Dari Makedonia ke Troas
1 Setelah reda keributan itu, Paulus memanggil murid-murid dan menguatkan hati mereka. Dan sesudah minta diri, ia berangkat ke Makedonia.2 Ia menjelajah daerah itu dan dengan banyak nasihat menguatkan hati saudara-saudara di situ. Lalu tibalah ia di tanah Yunani.3 Sesudah tiga bulan lamanya tinggal di situ ia hendak berlayar ke Siria. Tetapi pada waktu itu orang-orang Yahudi bermaksud membunuh dia. Karena itu ia memutuskan untuk kembali melalui Makedonia.4 Ia disertai oleh Sopater anak Pirus, dari Berea, dan Aristarkhus dan Sekundus, keduanya dari Tesalonika, dan Gayus dari Derbe, dan Timotius dan dua orang dari Asia, yaitu Tikhikus dan Trofimus.5 Mereka itu berangkat lebih dahulu dan menantikan kami di Troas.6 Tetapi sesudah hari raya Roti Tidak Beragi kami berlayar dari Filipi dan empat hari kemudian sampailah kami di Troas dan bertemu dengan mereka. Di situ kami tinggal tujuh hari lamanya.7 Pada hari pertama dalam minggu itu, ketika kami berkumpul untuk memecah-mecahkan roti, Paulus berbicara dengan saudara-saudara di situ, karena ia bermaksud untuk berangkat pada keesokan harinya. Pembicaraan itu berlangsung sampai tengah malam.8 Di ruang atas, di mana kami berkumpul, dinyalakan banyak lampu.9 Seorang muda bernama Eutikhus duduk di jendela. Karena Paulus amat lama berbicara, orang muda itu tidak dapat menahan kantuknya. Akhirnya ia tertidur lelap dan jatuh dari tingkat ketiga ke bawah. Ketika ia diangkat orang, ia sudah mati.10 Tetapi Paulus turun ke bawah. Ia merebahkan diri ke atas orang muda itu, mendekapnya, dan berkata: ”Jangan ribut, sebab ia masih hidup.”11 Setelah kembali di ruang atas, Paulus memecah-mecahkan roti lalu makan; habis makan masih lama lagi ia berbicara, sampai fajar menyingsing. Kemudian ia berangkat.12 Sementara itu mereka mengantarkan orang muda itu hidup ke rumahnya, dan mereka semua merasa sangat terhibur.