SAUH BAGI JIWA
Penjual Yang Tekun
Bacaan Alkitab Harian – Kisah Para Rasul 16:11-15
“Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus“ (Kisah Para Rasul 16:14)
“Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus“ (Kisah Para Rasul 16:14)
Suatu kali saya membeli jajanan pasar di pinggir jalan. Di situ saya mendapati sang ibu penjual sedang membaca Alkitab sambil menunggui dagangannya. Saya begitu kagum terhadap imannya. Meskipun sibuk melayani para pelanggannya, ia tetap menyempatkan diri membaca Alkitab di sela-sela pekerjaannya. Peristiwa itu mengingatkan saya pada kisah seorang penjual kain yang sangat tekun di dalam imannya. Siapakah dia?
Rasul Paulus dan rekan kerjanya memberitakan Injil di kota Filipi, yakni kota pertama di Makedonia, yang merupakan kota perantauan bagi orang-orang Roma. Pada hari Sabat mereka menyusuri tepi sungai dan menemukan sebuah tempat sembahyang orang Yahudi. Setelah duduk, Paulus dan rekan-rekannya berbicara dengan perempuan-perempuan yang berkumpul di tempat itu. Di antara perempuan-perempuan yang hadir dalam ibadah tersebut, hanya Lidia yang dapat dimenangkan.
Hal pertama yang bisa kita bisa teladani dari Lidia adalah ketekunannya dalam beribadah kepada Tuhan. Saat itu, Lidia berprofesi sebagai penjual kain ungu. Artinya, ia adalah orang yang sibuk, bukan seorang pengangguran. Namun demikian, ia masih beribadah kepada Tuhan. Marilah kita renungkan: Mengapa di zaman modern ini banyak orang sulit untuk tetap beribadah kepada Tuhan pada hari Sabat? Bukankah hari Sabat merupakan perintah Allah dan disediakan agar manusia bisa beristirahat dan mengingat Sang Pencipta? “Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat” (Ibr 10:25).
Teladan kedua adalah ketekunannya dalam memperhatikan firman Tuhan. Lidia memperhatikan perkataan Paulus. Hal ini nampaknya terdengar begitu sederhana, tetapi sesungguhnya ini tidak mudah untuk dilakukan. Lidia adalah seorang penjual kain ungu yang mahal harganya. Jika dia seorang penjual, artinya ia seorang yang kaya, bahkan berkedudukan atau memiliki status sosial yang tinggi. Namun, Lidia tidak sombong. Ia sungguh-sungguh memperhatikan setiap perkataan firman Tuhan yang disampaikan oleh Paulus, bahkan mau memberikan tumpangan kepada Paulus dan rekan-rekannya.
Saudara-saudari yang terkasih, marilah kita merenung sejenak. Perhatikanlah diri kita dan orang-orang yang ada di dalam gereja. Apakah semuanya mau memperhatikan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh? Jikalau kita jujur, masih banyak di antara kita yang tidak memperhatikan firman Tuhan dengan sungguh-sungguh. Ketika firman Tuhan disampaikan, kita sibuk mengobrol atau dengan percakapan di media sosial, main game di gadgetnya, bahkan ada yang tertidur pulas. Meskipun duduk diam, mereka tidak bisa fokus mendengarkan firman Tuhan karena hati dan pikirannya sedang berada di tempat lain.
Lidia tidaklah demikian. Sekalipun memiliki kehidupan dan status sosial yang tinggi, ia tidak memandang rendah firman Tuhan. Penulis Kitab Amsal mengatakan, “Siapa meremehkan firman, ia akan menanggung akibatnya, tetapi siapa taat kepada perintah, akan menerima balasan” (Ams 13:13).
Teladan ketiga adalah Lidia dibaptis bersama-sama dengan seisi keluarganya setelah menerima kebenaran. Pertanyaannya: Bagaimana sebagai penjual kain ungu bisa percaya dan bahkan memenangkan seisi keluarganya? Tentu saja, Tuhan yang membuka hatinya (Kis 16:14). Namun, di sisi lain, Lidia pun mau berusaha untuk memenangkan keluarganya. Firman yang diterimanya itu telah menggerakkan hatinya untuk mengabarkan kepada seluruh keluarganya sehingga mereka juga dapat diselamatkan.
Alkitab berkata: “Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan setiap orang yang percaya, pertama-tama orang Yahudi, tetapi juga orang Yunani” (Rm 1:16). Firman Tuhan yang kita dengar seharusnya juga bisa menggerakkan hati kita untuk memberitakan Injil kepada anggota keluarga kita sehingga kelak mereka juga dapat diselamatkan dan beroleh hidup kekal. Hendaklah kita bisa belajar dari teladan Lidia ini. Tuhan Yesus memberkati. Amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Kisah Para Rasul 16:11-15
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Kisah Para Rasul 16:11-15
11 Lalu kami bertolak dari Troas dan langsung berlayar ke Samotrake, dan keesokan harinya tibalah kami di Neapolis;
12 dari situ kami ke Filipi, kota pertama di bagian Makedonia ini, suatu kota perantauan orang Roma. Di kota itu kami tinggal beberapa hari.
Paulus di Filipi
13 Pada hari Sabat kami ke luar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembahyang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang ada berkumpul di situ.
14 Seorang dari perempuan-perempuan itu yang bernama Lidia turut mendengarkan. Ia seorang penjual kain ungu dari kota Tiatira, yang beribadah kepada Allah. Tuhan membuka hatinya, sehingga ia memperhatikan apa yang dikatakan oleh Paulus.
15 Sesudah ia dibaptis bersama-sama dengan seisi rumahnya, ia mengajak kami, katanya: ”Jika kamu berpendapat, bahwa aku sungguh-sungguh percaya kepada Tuhan, marilah menumpang di rumahku.” Ia mendesak sampai kami menerimanya.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
