“Kamu  harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala, dari darah, dan daging binatang yang mati dicekik dan dari percabulan. Jikalau kamu memelihara diri dari hal-hal ini, kamu berbuat baik. Sekianlah, selamat” (Kisah Para Rasul 15:29)

Saya dibesarkan dalam keluarga yang rutin mempersembahkan makanan kepada dewa-dewa setiap hari. Bahkan, untuk tanggal-tanggal tertentu akan ada jamuan makan besar untuk dewa-dewa dan leluhur. Layaknya perjamuan di sebuah restoran besar, semua jenis makanan disajikan, mulai dari nasi, kue-kue, buah-buahan, hingga berbagai makanan spesial dipersembahkan kepada dewa-dewa dan para leluhur. Makanan tersebut dihidangkan di atas sebuah meja besar dan ditempatkan di berbagai sudut rumah dari pagi hingga siang hari. Setelah selesai dipersembahkan, semua makanan tersebut bisa disantap langsung atau dibagikan kepada anggota keluarga lain.

Sebelum menjadi Kristen, saya sangat senang setiap kali ada jamuan spesial seperti itu karena saya bisa menyantap berbagai hidangan yang enak dan mahal dengan gratis. Namun, setelah menjadi Kristen, rutinitas keluarga tersebut justru menjadi sebuah tantangan besar yang harus saya hadapi. Mama saya, yang selalu mendapatkan bagian yang cukup banyak setiap ada perjamuan besar untuk para dewa dan leluhur, terkejut saat saya menolak untuk menyantap makanan-makanan tersebut. 

Butuh waktu yang cukup lama bagi orangtua saya untuk bisa menerima keyakinan saya yang berbeda dengan mereka. Paman dan bibi saya juga merasa terkejut dengan keyakinan saya. Tak jarang saya menjadi bahan pembicaraan keluarga besar karena menjadi orang pertama yang berani menolak makanan yang sudah dipersembahkan kepada dewa-dewa dan leluhur.

Bukan hal mudah untuk menjadi orang yang berbeda dari kebanyakan orang. Namun, di dalam Kisah Para Rasul 15:29 tertulis bahwa kita harus menjauhkan diri dari makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Ini merupakan keputusan Roh Kudus dan para rasul. 

Jika kita mengetahui bahwa makanan tersebut sudah dipersembahkan kepada berhala, kita harus berani untuk menolaknya dengan sopan dan tidak menyinggung perasaan orang lain. Mungkin kita terlihat aneh di mata orang lain, tetapi di mata Tuhan, kita sudah melakukan perbuatan baik. Marilah kita senantiasa menjaga diri dari berhala dan makanan yang dipersembahkan kepada berhala. Tetaplah setia di jalan Tuhan.