SAUH BAGI JIWA
Damai Sejahtera Sejati
“Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 4:6)
“Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin” (Pengkhotbah 4:6)
Merupakan hal yang lazim dalam masyarakat saat ini jika seseorang bekerja keras demi mendapatkan kebahagiaan dan kenyamanan hidupnya di kemudian hari. Sejak di bangku sekolah, kita telah didorong untuk giat belajar dan memperoleh nilai terbaik demi menggapai cita-cita. Merasa belum cukup dengan pelajaran di sekolah, kita pun mengambil kursus-kursus untuk memperlengkapi diri kita dengan berbagai keterampilan. Selepas Sekolah Menengah Atas, kita pun berusaha sedemikian rupa untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang terkenal, agar nantinya bisa bekerja di perusahaan yang bagus dan mendapatkan gaji yang tinggi. Dan, akhirnya kita pun berhasil mendapatkan pekerjaan.
Tetapi, kehidupan tidak berhenti sampai di situ. Setelah mendapatkan gaji, kita pun mulai bisa membeli barang-barang. Kita menabung untuk membeli motor. Setelah mendapatkan motor, ingin membeli mobil. Setelah mendapatkan mobil, ingin membeli rumah. Setelah mendapatkan rumah, ingin membeli rumah dua tingkat. Dan merasa tidak cukup dengan penghasilan yang ada, kita pun mulai mencari berbagai penghasilan tambahan. Akhirnya dari subuh sampai larut malam, kita terus-menerus bekerja demi mendapatkan semuanya itu.
Tetapi, apakah kehidupan seperti ini yang Allah inginkan bagi kita sebagai umat Tuhan? Salomo, dengan hikmatnya, dengan kekayaannya, dengan jabatannya sebagai raja, dengan ketenarannya, dia bisa mendapatkan semua hal yang diinginkan hatinya. Tetapi, setelah mendapatkan semuanya itu, dia memahami bahwa semua hal yang ada di bawah matahari, tidak lain adalah kesia-siaan belaka. Karena itu, dalam bacaan hari ini, pengkhotbah mengingatkan, “Segenggam ketenangan lebih baik dari pada dua genggam jerih payah dan usaha menjaring angin.”
Sebagai umat Kristen, tentu saja kita perlu bekerja. Dan ketika kita giat bekerja, Tuhan pun pasti akan memberkati kita. Dengan selalu mengucap syukur atas segala berkat Tuhan, menikmati berapapun yang Tuhan berikan kepada kita, dengan merasa cukup inilah, kita bisa mendapatkan ketenangan dalam hidup. Tetapi, ketika kita selalu merasa tidak puas, selalu merasa ingin lebih dan lebih lagi, segenggam masih tidak cukup membuat kita terus berjerih lelah dari subuh hingga larut malam agar dapat meraih dua genggam, bagaimana kita akan dapat merasakan ketenangan dalam hidup?
Demikianlah Paulus menasihatkan dalam suratnya kepada Timotius, “Memang ibadah itu kalau disertai rasa cukup, memberi keuntungan besar. Sebab kita tidak membawa sesuatu apa ke dalam dunia dan kita pun tidak dapat membawa apa-apa ke luar. Asal ada makanan dan pakaian, cukuplah. Tetapi mereka yang ingin kaya terjatuh ke dalam pencobaan, ke dalam jerat dan ke dalam berbagai-bagai nafsu yang hampa dan yang mencelakakan, yang menenggelamkan manusia ke dalam keruntuhan dan kebinasaan.”
Mengejar kekayaan dan segala hal di dunia ini tidak akan pernah bisa mendatangkan kebahagiaan dan ketenangan yang sejati. Sesungguhnya ketenangan sejati hanya ada di dalam Yesus Kristus. Walaupun bisa memiliki seluruh dunia, tetapi tanpa Tuhan, manusia akan merasakan kehampaan. Jadi, jika kita ingin hidup dalam ketenangan sejati, yang perlu kita cari bukanlah apa yang ada di dalam dunia ini, melainkan Tuhan Yesus. Hanya melalui Yesus, barulah hati kita akan mendapatkan ketenangan sejati. Seperti Tuhan Yesus berkata, “Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.” Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
![bible-2167778_1920 bible-2167778_1920](https://tjc.org/id/wp-content/uploads/sites/43/2017/03/bible-2167778_1920.jpg)
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.