SAUH BAGI JIWA
Air Mata Di Bawah Matahari
“Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku“ (Pengkhotbah 2:17-18)
“Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku“ (Pengkhotbah 2:17-18)
Umumnya manusia akan menangis ketika mengalami keterpurukan di dalam hidupnya, sebab dengan menangis manusia dapat mengurangi perasaan yang tidak baik, seperti halnya stres, frustasi atau berbagai kesedihan yang mereka alami. Jarang sekali ada cerita atau kesaksian tentang orang yang menyesal dan menangis dengan sedihnya karena kesuksesan, keberhasilan hidupnya. Sebaliknya, ada orang yang berapi-api menceritakan tentang studi, prestasi dan karir dari anaknya, atau seorang anak yang bangga sekali atas kesuksesan dan kekayaan yang diperoleh oleh orang tuanya.
Dalam Kitab Pengkhotbah, penulis berkata: “Oleh sebab itu aku membenci hidup, karena aku menganggap menyusahkan apa yang dilakukan di bawah matahari, sebab segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Aku membenci segala usaha yang kulakukan dengan jerih payah di bawah matahari, sebab aku harus meninggalkannya kepada orang yang datang sesudah aku (Pkh 2:17-18). Ini sesungguhnya menarik untuk direnungkan, sebab umumnya orang percaya bahwa raja Salomo lah yang menulisnya. Dan kita tahu bahwa dia adalah raja yang paling berhikmat dan sangat kaya. Ia banyak berjerih lelah dengan melakukan pekerjaan-pekerjaan besar di bawah matahari, seperti halnya mendirikan rumah-rumah, menanami kebun-kebun anggur, menanam pohon yang dapat menghasilkan buah, bahkan ia juga membuat kolam untuk mengairinya. Itu semua belum termasuk segala budak, ternak beserta emas dan perak yang ia kumpulkan dari raja-raja dan pembesar daerah. Tetapi ironisnya ia malah membenci hidupnya dan apa pun yang pernah dilakukannya, bahkan ia merasa putus asa melakukan segala pekerjaan di bawah matahari.
Mengapa demikian? Karena ia merasa bahwa semua yang dilakukannya di bawah matahari akan menjadi sia-sia, semua yang diperolehnya dengan bersusah payah kelak akan berpindah kepada orang lain bahkan semuanya juga pada akhirnya akan dilupakan oleh orang lain. Salomo mengetahui ada kemalangan yang besar yang ada di dunia ini, dan tanpa disadari banyak orang yang sedang berjalan menuju kepada lobang kemalangan yang besar itu. Mereka sesungguhnya sangat kasihan, sebab hidup mereka itu penuh kesedihan, kesusahan hati serta kegelisahan. Semuanya, pada akhirnya itu hanyalah usaha menjaring angin, sebuah kesia-siaan belaka.
Saudara-saudari yang terkasih, Paulus berkata: “ bahwa kamu tanpa Kristus adalah tanpa pengharapan.” oleh karena itu kita yang belum percaya kepada Yesus seyogianya harus segera percaya kepada Yesus dan dibaptis menjadi anak-anak-Nya supaya beroleh keselamatan (Mrk 16:16), dan apabila kita telah menjadi anak-anak-Nya, janganlah kita hanya menaruh pengharapan pada Kristus di dalam hidup ini saja yakni hanya sibuk mengejar prestasi, studi, gaji, dan jabatan yang tinggi. Jangan sampai kita menjadi orang yang paling malang di dunia, yang menangis di bawah matahari.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
![bible-2167778_1920 bible-2167778_1920](https://tjc.org/id/wp-content/uploads/sites/43/2017/03/bible-2167778_1920.jpg)
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.