SAUH BAGI JIWA
Pencapaian Yang Harus Ditinggalkan
“Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.“ (Pengkhotbah 2:11)
“Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk itu dengan jerih payah, lihatlah, segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang tak ada keuntungan di bawah matahari.“ (Pengkhotbah 2:11)
Pencapaian adalah suatu hal yang diraih oleh seseorang setelah melewati sebuah perjuangan dan kerja keras. Pencapaian dapat memberikan kebanggaan dan kebahagiaan bagi orang yang memperolehnya. Selain itu, kita juga mungkin sering menceritakan tentang pencapaian kepada keluarga, teman, maupun relasi. Pada intinya, pencapaian dapat menjadi bagian dari kisah hidup seseorang.
Menurut teori psikologi dari Maslow, pencapaian masuk dalam kategori kebutuhan hidup seorang manusia. Itu berarti memperoleh sebuah pencapaian menjadi hal yang harus dipenuhi oleh setiap manusia. Hal itu disebabkan oleh ketika seseorang memperoleh suatu pencapaian, hal tersebut memberikan rasa kepuasan, kebanggaan, dan kebahagiaan. Perasaan ini tidak dapat dibeli dengan uang berapa pun. Kita dapat merasakannya hanya ketika kita memperoleh pencapaian yang kita harapkan.
Inilah mengapa kita dapat menemukan orang-orang yang berusaha begitu keras untuk memperoleh pencapaian-pencapaian berikutnya. Meskipun mungkin sudah memiliki banyak pencapaian, namun mungkin ada di antara kita yang belum berhenti untuk mengejar pencapaian lainnya.
Tidak ada yang salah ketika seseorang berjuang demikian keras untuk memperoleh pencapaian demi pencapaian dalam hidupnya. Apalagi kita ketahui bahwa pencapaian dipandang sebagai suatu kebutuhan psikologis dari manusia. Namun, Kitab Pengkhotbah memberikan suatu pengajaran menarik bagi kita.
Penulis kitab ini mencatatkan bahwa betapa banyaknya pencapaian yang ia peroleh dalam hidupnya. Ia telah berjerih payah untuk memperoleh pencapaian yang membanggakan itu. Tapi di kala ia merenungkan semua yang telah ia kerjakan, ia katakan bahwa segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin. Sebuah perkataan yang penuh dengan ironi.
Jika kita renungkan, mengapa penulis Kitab Pengkhotbah berkata demikian? Ini bukan berarti pencapaian adalah hal yang tidak perlu diusahakan. Tapi penulis kitab tersebut menyadari bahwa segala jerih payahnya hanya dapat ia rasakan di dalam kehidupan ini. Semua pencapaiannya di dunia tidak dapat dibawa ke kehidupan selanjutnya.
Sama halnya dengan diri kita pada masa sekarang yang juga sedang berjuang dan berjerih payah untuk memperoleh berbagai pencapaian dalam hidup. Tidak ada yang salah dengan berjuang, namun apakah demi memperoleh pencapaian hidup, maka iman kita dikesampingkan? Apakah karena orang lain tidak mencapai apa yang kita capai, maka kita berhak untuk merendahkan orang lain?
Kiranya kita menyadari dan memahami apa yang diungkapkan oleh penulis Kitab Pengkhotbah, bahwa segala pencapaian kita pada akhirnya adalah kesia-siaan, karena kita harus meninggalkan semuanya. Kebanggaan yang kita raih pada akhirnya seperti menjaring angin–seolah-olah kita menangkapnya, namun sebenarnya kita tidak bisa menangkapnya.
Hendaknya kita senantiasa mengingat bahwa seberapa pun hebat atau banyaknya pencapaian yang kita raih, pada akhirnya itu tidak penting. Tidak ada yang bisa kita simpan dan bawa setelah kita meninggal. Maka, jangan sampai kita mengenyampingkan iman demi pencapaian dunia. Janganlah juga menjadi sombong sehingga kita merendahkan orang lain. Ingatlah bahwa nanti kita semua akan kembali ke posisi yang sama rata, karena kita pulang ke rumah Bapa dengan tidak membawa apa-apa.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.