SAUH BAGI JIWA
Mengurai Benang Kusut
“Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah“ (Amsal 19:2)
“Tanpa pengetahuan kerajinan pun tidak baik; orang yang tergesa-gesa akan salah langkah“ (Amsal 19:2)
Suatu kali saat bermain layang-layang, ada seorang pemuda yang terlihat sedang kesal, sambil menendang kaleng gulungan benang layangannya. Ternyata, sewaktu pemuda itu dengan terburu-buru menggulung benang, ada helai yang saling tertimpa dan kusut, hingga akhirnya keadaan gulungan benang itu menjadi semakin tidak karuan. Semakin benang itu ditarik, semakin menjadi kusut pula benang itu.
Istilah “benang kusut” seringkali juga digunakan untuk merujuk pada permasalahan yang rumit, dianggap sulit untuk diatasi; sehingga orang yang menghadapinya pun merasa jengkel, kesal bahkan frustrasi–sebab saat kita berusaha untuk mengatasinya, permasalahan baru seakan-akan bermunculan, menambah kerumitan yang ada.
Pada hari ini, hidup kita pun terkadang tidak lepas dari “benang kusut.” Jalan kehidupan tidak selalu mulus, bebas hambatan seperti jalan tol. Pada kenyataannya, berbagai rintangan dan permasalahan bisa berdatangan pada waktu yang tidak disangka-sangka. Di saat-saat demikian, bagaimana menyikapi “benang kusut” tersebut tentu tergantung dari diri kita sendiri. Jika kita menjadi panik, tidak sabar, terburu-buru dan tanpa berpikir panjang; masalah malah menjadi semakin rumit untuk diselesaikan. Tidak jarang, kita ingin mengambil jalan pintas, menghalalkan segala cara–termasuk cara yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan.
Penulis Kitab Amsal mengingatkan kepada kita bahwa orang yang tergesa-gesa akan salah langkah. Kata “tergesa-gesa” ternyata memiliki makna “terburu-buru” atau “terlalu cepat,” sehingga membuat orang tersebut menjadi salah langkah–yang secara harfiah berarti: “berbuat kesalahan atau dosa.”
Sebenarnya, benang yang kusut bisa diuraikan kembali, tergantung dari cara menguraikan dan kesabaran dalam menghadapinya. Seringkali, kita justru ingin permasalahan kita agar dapat segera selesai. Namun, penulis Kitab Amsal mengingatkan bahwa cara yang instan dalam mengatasi masalah justru dapat membuat seseorang salah langkah–bahkan berbuat salah di hadapan Tuhan. Contohnya, meskipun perbuatan menyontek memberikan hasil nilai ujian yang baik tanpa usaha belajar, secara jangka panjang perbuatan tersebut justru mendorong kebiasaan malas dan serba instan dalam segala aspek kehidupan orang tersebut, bukankah demikian?
Lalu, bagaimana caranya agar kita tidak menjadi tergesa-gesa dan salah melangkah dalam mengambil suatu keputusan? Jangan sampai kita tidak “berpengetahuan,” penulis Kitab Amsal menasihati. “Pengetahuan” disini memiliki arti “pemahaman tentang kehendak Allah” atau “pengertian tentang yang baik dan yang buruk.” Dengan kata lain, saat kita mau meluangkan waktu untuk memohon bimbingan Tuhan dan berkomitmen untuk taat pada kehendak-Nya dan kebenaran-Nya, maka pertimbangan-pertimbangan yang demikianlah yang menjadi penuntun bagi kita di dalam mengambil langkah yang bijak untuk menguraikan permasalahan yang kusut. Kiranya kasih karunia Tuhan senantiasa menyertai kita. Amin.
Selamat beraktifitas dan Tuhan Yesus memberkati.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.