SAUH BAGI JIWA
Nasi Sudah Menjadi Bubur
“…Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana…Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya…” (Kejadian 39:20-21)
“…Demikianlah Yusuf dipenjarakan di sana…Tetapi TUHAN menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya…” (Kejadian 39:20-21)
Di Indonesia terdapat banyak jenis bubur dari berbagai bahan dasar seperti beras, beras hitam, kacang hijau, tepung dan banyak lagi. Namun secara umum bubur dikenal sebagai jenis makanan yang terbuat dari beras dengan komposisi air yang jauh lebih banyak daripada berasnya. Menurut beberapa catatan sejarah, bubur dibuat karena keprihatinan akan sulitnya bahan makanan.
Bagi etnis tertentu, bubur dianggap sebagai simbol kemiskinan. Sedangkan orang Jawa memaknainya sebagai simbol pemerataan. Melalui bubur yang lebih merata, bisa lebih banyak orang yang menikmatinya. Cerita tentang kuliner bubur ini ternyata bisa mematahkah peribahasa “nasi sudah menjadi bubur,” yang artinya perbuatan yang sudah terlanjur dan tidak dapat diperbaiki lagi.
Bubur dulu dianggap sebagai simbol kemiskinan, juga sebagai simbol kegagalan. Namun sekarang bubur sudah menjadi salah satu kuliner yang disukai oleh banyak orang. Dari sebuah kegagalan, bangkit berbagai inovasi sehingga memperkaya jenis-jenis bubur. Dengan kata lain, bubur tidak selalu identik dengan kegagalan. Dari sudut pandang yang berbeda, bubur yang diolah sedemikian rupa dapat menjadi santapan kuliner yang bahkan disediakan di hotel bintang lima sekalipun!
Sama halnya dengan Yusuf dalam Kitab Kejadian. Meskipun Firman Tuhan mencatatkan bahwa Yusuf adalah seorang yang “selalu berhasil dalam pekerjaannya” (Kej 39:2a), bukan berarti ia tidak pernah menghadapi berbagai permasalahan. Ketika Yusuf disuruh ayahnya untuk melihat kondisi saudara-saudaranya menggembalakan kambing domba di Sikhem, ia malah ditangkap dan dijual sebagai budak karena kedengkian hati saudara-saudaranya terhadap Yusuf. Dan ketika Yusuf berusaha untuk mempertahankan kekudusannya saat ia menjadi pelayan di rumah tuannya, ia malah difitnah dan dijebloskan ke dalam penjara. Mungkin orang-orang menganggapnya sebagai suatu kegagalan. Nasi sudah menjadi bubur, bagaimana bisa memperbaiki kondisi kehidupan yang sudah terpuruk?
Namun, penulis Kitab Kejadian menegaskan bahwa Tuhan menyertai Yusuf dan melimpahkan kasih setia-Nya kepadanya. Dengan kata lain, dari sudut pandang Tuhan, keterpurukan yang menimpa Yusuf bukanlah suatu kegagalan. Allah tetap menyertainya, sehingga ia dapat bangun dan bangkit dari keterpurukan.
Pada hari ini, mungkin kita tidak selalu berhasil ketika melalui sebuah persoalan atau permasalahan. Namun itu bukan berarti kita adalah orang yang gagal dan tidak akan pernah keluar dari permasalahan tersebut. Bisa jadi itu merupakan sebuah pelatihan yang dapat membentuk diri kita agar dapat menjadi lebih baik lagi.
Nasi mungkin sudah menjadi bubur. Bentuk nasi awal sudah tidak kelihatan karena hancur oleh panas api kompor. Tetapi apabila kita menambahkan cakwe, sayur asin, irisan daging ayam, daun bawang; maka jadilah Bubur Sukabumi yang lezat. Jadikan kegagalan dan permasalahan sebagai batu loncatan untuk bangkit. Setiap kali kita gagal, carilah apa yang bisa kita peroleh dan pelajari dari kegagalan tersebut. Setelah kita mengetahuinya, barulah kita bisa memperbaiki diri agar kita tidak mengulangi kesalahan yang sama dan agar tujuan kita pun dapat tercapai. Selain itu, hendaknya kita senantiasa hidup berkenan di hadapan-Nya dan memohon penyertaan-Nya, agar kiranya kasih setia-Nya dapat menguatkan semangat kita untuk bangkit menghadapi berbagai kesulitan hidup yang menimpa.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.