SAUH BAGI JIWA
Saya Bukan Pengemis
“…bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan…” (Roma 16:12)
“…bekerja membanting tulang dalam pelayanan Tuhan…” (Roma 16:12)
Saat kita sedang berjalan di trotoar atau jalanan yang ramai, di situ pula dapat kita jumpai dengan para pengemis. Pengemis adalah seseorang yang meminta bantuan dari orang lain, khususnya dalam bentuk uang atau barang. Motivasi mereka untuk meminta-minta bantuan dapat bermacam-macam, bisa karena kemiskinan, kehilangan pekerjaan, menderita sakit-penyakit atau masalah lainnya.
Terkait hal ini, ada sebuah kisah yang dapat menjadi bahan renungan kita pada hari ini. Ada seorang anak kecil yang ibunya sedang sakit. Biaya pengobatannya cukup besar, sehingga anak kecil ini pun berusaha untuk mencari uang. Dengan gigih, dia menjajakan pisang goreng kepada siapa saja yang berpapasan dengannya. Lalu, ada seorang pemuda yang hendak makan di restoran. Mulai dari saat pemuda itu turun dari mobil di tempat parkir sampai sedang berjalan menuju restoran, si anak kecil penjual pisang goreng itu terus-menerus menawarkan dagangannya kepada pemuda itu. Dia berkata, “Pak, tinggal tiga pak. Satunya 500, jadi semua 1.500.”
Pemuda itu tidak berniat untuk membeli, jadi dia menggelengkan kepalanya dan tetap berjalan. Tapi anak kecil itu tidak pantang menyerah. Dia terus mendekati pemuda itu dan setelah berkali-kali ditawari, akhirnya si pemuda menjadi agak kesal. Pemuda itu mengeluarkan uang 1.500 dan memberikannya kepada anak kecil itu sambil berkata, “Ambil saja uangnya. Saya tidak mau pisangnya.” Si anak kecil menerima uang itu. Namun, dia justru memberikannya kepada pengemis yang duduk di trotoar. Si pemuda menjadi heran dan bertanya, “Mengapa kamu malah memberikan uangnya kepada pengemis itu?” Si anak kecil menjawab, “Ibu saya mengajarkan untuk menerima uang setelah bekerja, bukan untuk menjadi pengemis.”
Sama halnya dengan kita pada hari ini di hadapan Tuhan. Banyak orang datang kepada Tuhan karena hanya ingin menerima, menerima, dan menerima. Banyak orang hanya meminta dan mau mendapatkan sesuatu yang baik dari Tuhan tanpa ingin melakukan sesuatu apapun. Namun, Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Roma justru mengajarkan kepada jemaat tentang pentingnya bekerja keras baik secara jasmani maupun rohani. Dalam Perjanjian Baru, semangat kerja keras–terutama secara rohani–sering dikaitkan dengan kesabaran dalam penderitaan. Dengan kata lain, kebiasaan kerja keras justru dapat membangun mental yang “tahan banting,” sehingga saat kita ditimpa kesusahan ataupun menerima sesuatu yang “buruk” atas kehendak Tuhan, kita tidak menjadi kecewa apalagi bersungut-sungut terhadap Tuhan melainkan dengan kesabaran dan kerendahan-hati kita hadapi dan jalani kesulitan tersebut dengan ketaatan dan pengharapan pada bimbingan-Nya.
Selamat beraktivitas dan Tuhan Yesus memberkati.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.