Hari Sabat Hari Perhentian yang Kudus
Download |
PDF File |
Dasar Kepercayaan Lainnya |
Hari Perhentian
Bayangkan bila Anda bekerja sepanjang waktu , tujuh hari seminggu seumur hidup Anda tanpa pernah beristirahat, hidup akan menjadi monoton, dan juga melelahkan. Kita perlu beristirahat secara teratur. Itulah sebabnya kita tidur pada malam hari, berakhir pekan, dan pergi berlibur.
Bahwa Allahpun berhenti setelah menciptakan alam semesta. “Ketika Allah pada hari ketujuh telah menyelesaikan pekerjaan yang dibuatNya itu, berhentilah Ia pada hari ketujuh dari segala pekerjaaan yang telah dibuat-Nya itu” (Kejadian 2:2).
Allah tidak membutuhkan istirahat seperti manusia karena Ia maha Kuasa dan tidak pernah merasa lelah. Tapi karena kepedulian-Nya pada ciptaan-Nya, Ia berhenti dan menetapkan suatu siklus mingguan, dengan menggunakan tujuh hari penciptaan sebagai model.
Allah telah mengkhususkan hari terakhir setiap mingu bagi kita, untuk berhenti dari rutinitas mingguan kita. Hari perhentian ini disebut hari Sabat. Allah memerintahkan umat manusia untuk memegang hari Sabat sebagai suatu hari perhentian yang istimewa: “Enam hari lamanya engkau akan bekerja dan melakukan segala pekerjaanmu, tetapi hari ketujuh adalah hari Sabat TUHAN, Allahmu; maka jangan melakukan sesuatu pekerjaan, engkau atau anakmu laki-laki, atau anakmu perempuan, atau hambamu laki-laki, atau hambamu perempuan, atau lembumu, atau keledaimu, atau hewanmu yang manapun, atau orang asing yang di kediamanmu, supaya hambamu laki-laki dan hambamu perempuan berhenti seperti engkau juga” (Ulangan 5:13, 14).
Pencipta kita mengasihi kita dan tahu bahwa kita mem- butuhkan istirahat setelah enam hari bekerja keras. Ia tidak ingin melihat seorangpun bekerja secara berlebihan. Tuhan Yesus memberitahukan kita bahwa Allah mengin- gat kita ketika Ia mengkhususkan dan memerintahkan untuk memegang sabat.” Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat” (Markus 2:27. Ia mengadakan sabat bagi kita. Betapa berharganya pemberian dari Pencipta kita itu!
Hari yang Ketujuh
Alkitab memberitahukan kita dengan jelas bahwa sabat adalah hari yang ketujuh dalam satu minggu. Kita menyebut hari itu Sabtu. Sebenarnya, konsep dari siklus mingguan ini berasal dari minggu yang pertama dalam sejarah dunia, yaitu minggu Penciptaan, yang tediri dari tujuh hari, termasuk hari perhentian.Allah mengkhususkan hari terakhir dari setiap minggu sebagai sabat.
Dari masa nenek moyang mereka, bangsa Israel telah mengakui hari Sabtu adalah hari Sabat. Tuhan Yesus memegang sabat pada hari ketujuh; dan kemudian pula dengan murid-murid-Nya.
Allah tidak pernah memerintahkan ibadah hari Minggu. Itu adalah buatan manusia. Kaisar Roma Konstanti- nuslah yang secara resmi telah merubah hari perhentia tersebut dari hari Sabtu menjadi hari Minggu. Sekarang ini, hal tersebut telah menjadi suatu tradisi yang meluas diantara umat Kristen.
Kerena Allah tidak merubah hari Sabtu, kita seharus- nya tetap memegang sabat pada hari Sabtu, hari yang ketujuh dan bukan pada hari Minggu, hari yang pertama. Tuhan kita Yesus Kristus tidak meniadakan pelaksa- naan sabat. Sebagai salah satu dari ke-Sepuluh Hukum Tuhan, sabat tetap merupakan suatu hari yang harus dipegang oleh seluruh umat Kristen. Berbahagialah mereka yang memegang hukum-hukum Allah dengan benar!
Hari yang Dikhususkan
Tidak seperti enam hari lainnya dalam satu minggu, Allah menjadikan hari Sabat sebagai suatu hari yang kudus. “Lalu Allah memberkati hari ketujuh itu dan menguduskannya, karena pada hari itulah Ia berhenti dari segala pekerjaan penciptaan yang telah dibuatNya itu” (Kejadian 2:3). Hal tersebut bagaikan Allah membubuhkan tanda tangan-Nya pada hari itu, dan menyebutnya sebagai hari Tuhan.
Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengingat hari Sabat dan menyebut hari perhentian ini “sabat bagi Tuhan Allahmu.” Pada saat Allah mengadakan sabat bagi manusia, kita juga memiliki suatu kewajiban kepada Allah untuk mengkhususkan hari itu sebagai hari Tuhan. Kita harus berhenti pada hari itu sama seperti Allah. Menghormati hari itu berarti menghormati Allah.
Karena sabat adalah milik Tuhan Allah kita, kita harus memegang hari istimewa bagi-Nya, dan melakukan apa yang dikenakanNya. Allah sendiri mengajarkan kita cara yang benar dalam menjalankan Hari Sabat.” Apabila engkau tidak menginjak-injak hukum Sabat dan tidak melakukan urusanmu pada hari KudusKu;apabila engkau menyebutkan hari Sabat ‘hari kenikmatan ‘, dan hari Kudus TUHAN’ hari yang mulia; apabila engkau menghormatinya dengan tidak menjalankan segala acaramu dan dengan tidak mengurus urusanmu atau berkata omong kosong” (Yesaya 58:13)
Kedengaranya seperti begitu banyak aturan? Sebenarnya tidak. Hari Sabat adalah hari “kenikmatan,” suatu hari yang bahagia. Dengan mentaati perintah Allah, kita dapat membayangkan betapa besar kasih Allah, dan betapa istimewanya kita di mataNya. Kita dapat membuat setiap sabat begitu berarti bagi kita, bila kita belajar untuk mengesampingkan prioritas-pri- oritas kita sendiri dan memperbaharui komitmen kita dengan Bapa Sorgawi kita yang terkasih. Karena itu mengapa kita tidak memandang sabat sebagai peng- gunaan “waktu yang berkualitas” bersama Bapa kita?
Hari Peringatan
Pada hari Sabat, kita diingatkan pada pekerjaan penciptaan Allah yang begitu besar, dan juga bahwa Ia menguduskan hari ketujuh. Karena itu, hari perhentian ini adalah suatu hari bagi kita untuk mengingat asal mula kita. Kita berasal dari Allah, dan Ia membuat kita sama seperti Dia. Dengan mengingat hal ini, kita dapat menjalankan minggu berikutnya dengan ketaatan kita pada firman Allah.
Ketika memerintahkan umat Israel untuk memegang hari Sabat, Allah juga meminta mereka untuk mengin- gat bagaimana Allah telah membawa mereka keluar dari perbudakan di Mesir. “Sebab haruslah kau ingat, bahwa engkaupun dahulu budak di tanah Mesir dan engkau dibawa keluar dari sana oleh TUHAN, Allahmu dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung; itulah sebabnya TUHAN, Alahmu memerin- tahkan engkau merayakan hari sabat” (Ulangan5:15).
Demikian pula, Allah juga telah membawa kita, umat percaya, keluar dari kehidupan yang penuh dosa dibawah tangan iblis ke dalam janji Kerajaan Allah yang kekal.
Melalui sabat, Allah lebih jauh mengingatkan bangsa Israel bahwa mereka adalah kepunyaan Allah. “Hari-hari SabatKu juga Kuberikan kepada mereka menjadi peringatan diantara Aku dan mereka, supaya mereka mengetahui bahwa Akulah TUHAN, yang menguduskan mereka” (Yehezkiel 20:12). Sa- bat adalah cara Allah memberitahukan kita betapa istimewanya diri kita – bahwa kita adalah umat-Nya.
Hari Ibadah
Dalam jadwal kegiatan–kegiatan kita yang sibuk, kita tidak memiliki banyak waktu untuk mengadakan saat teduh bersama Allah. Karena itu sabat adalah suatu waktu yang sempurna untuk datang ke hadapan Allah bersama dengan semua umat Allah. “Enam hari lamanya boleh dilakukan pekerjaan, tetapi pada hari yang ketujuh haruslah ada sabat, hari perhentian penuh, yakni hari pertemuan kudus; janganlah kamu melakukan sesuatu pekerjaan; itulah sabat bagi TUHAN di segala tempat kediamanmu” (Imamat 23:3)
Tuhan kita sendiri memberikan teladan dalam memegang hari Sabat. ”…dan menurut kebiasanNya pada hari Sabat Ia masuk ke rumah ibadat”(Lukas 4:16). Rumah ibadat adalah suatu tempat berkumpul dan berbakti. Adalah kebiasaan Tuhan untuk bergabung dengan umat beribadah setiap hari Sabat.
Murid-murid Tuhan juga menghadiri ibadah Sabat dengan teratur. Paulus salah satunya. “Seperti biasa Paulus masuk kerumah ibadat itu. Tiga hari Sabat berturut-turut ia membicarakan dengan mereka bagian-bagian dari Kitab Suci” (Kisah Para Rasul 17:2).
Kita juga dapat mengadakan persekutuan doa pada hari Sabat. Ketika Paulus dan pemberita Injil lainnya tiba di suatu tempat yang tidak ada rumah ibadatnya, mereka bergabung dalam pertemuan-pertemuan doa. “Pada hari Sabat kami keluar pintu gerbang kota. Kami menyusur tepi sungai dan menemukan tempat sembayang Yahudi, yang sudah kami duga ada di situ; setelah duduk, kami berbicara kepada perempuan-perempuan yang berkumpul disitu” (Kisah Para Rasul 16:13). Doa adalah satu bentuk ibadah dan persekutuan yang membawa kita semakin dekat secara rohani dengan Allah. Karena itu sabtu adalah suatu waktu yang baik untuk berdoa.
Hari Pelayanan
Tuhan Yesus dan juga murid-murid-Nya mengunakan hari Sabat untuk melakukan perbuatan-perbuatan yang baik. Tuhan pernah menyembuhkan seorang yang sakit pada hari Sabat. Pada hari sabat yang lain, Ia juga menyem- buhkan seorang perempuan yang mati sebelah tangannya. Ia ingin memberitahukan umat bahwa Allah dapat memberikan kelegaan dari sakit penyakit dan penderita- an. Karena itu Ia memberikan semangat kepada umat- Nya, “Boleh berbuat baik pada hari Sabat” (Matius12:12).
Murid-murid Kristus juga berbuat baik pada hari Sabat. Mereka megabarkan kabar baik tentang penyelamatan Kristus. Banyak orang pada hari ini, masih belum mengenal kabar heran tentang kebebasan yang diberikan Allah dari dosa. Karena itu kita harus mengajak kerabat dan teman-teman kita untuk datang ke gereja untuk mendengarkan Injil.
Pada saat kita berkumpul beribadah, kita dapat saling berbagi firman Tuhan dengan yang lainnya. Ini adalah suatu cara yang baik sekali untuk melaku- kan kebajikan. Kita dapat memperoleh kekuatan dan tutunan dalam kehidupan, melalui kita saling membangun dengan menggunakan firman Tuhan.
Kita juga dapat berdoa bagi orang yang sakit dan bagi orang-orang yang masih berada di bawah ika- tan dosa, agar Tuhan membebaskan mereka dan menyelamatkan mereka. Seperti halnya Tuhan berkenan untuk menyembuhkan orang pada hari Sabat, kitapun tentu akan berkenan pada-Nya, bila berdoa bagi kesembuhan jasmani dan rohani orang lain.
Hari yang Diberkati
“Allah memberkati hari ketujuh itu” (Kejadian 2:3). Sabat adalah suatu hari yang dibekati. Kita dapat menerima berkat setiap minggu pada saat kita memegang hari Sabat. Ketika bangsa Israel sedang tinggal di padang belantara, Allah memberikan mereka makanan dari sorga, dua kali lipat banyaknya setiap hari keenam, sehingga mereka tidak perlu mengumpulkan makanan pada hari Sabat.
Hari ini, banyak orang yang meninggalkan pekerjaannya untuk memegang sabat, bersaksi bahwa Allah sungguh telah memberkati mereka mendapat lebih banyak lagi sebagai hasilnya. Ketika kita memegang sabat dengan iman, Allah akan mencukupi kebutuhan kita. Beristirahat pada hari Sabat, adalah seperti menikmati suatu liburan mendapat upah, dan bahkan lebih baik.
Dan lagi, kita akan menerima berkat-berkat rohani Tuhan, yang jauh lebih berharga daripada pembe- rian-pemberian yang berupa materi. Tuhan berjanji kepada orang-orang yang menghormati Sabat, “maka engkau akan bersenang-senang kepada TUHAN, dan Aku akan membuat engkau melintasi puncak bukit-bukit di bumi dengan kendaraan kemenangan; Aku akan memberi makan engkau dari milik pusaka Yakub, bapa leluhurmu”(Yesaya 58:14). Allah sendiri, bersama dengan kasih, damai sejahtera, sukacita, penghiburan, kekuatan dan kerajaanNya yang mulia, akan menjadi milik kita untuk selamanya.
Hari Pengharapan
Perhentian Sabat sekarang ini memperlihatkan ke- pada kita, perhentian yang akan kita terima suatu hari nanti. “jadi masih tersedia suatu hari perhentian, hari ketujuh, bagi umat Allah. Sebab barang siapa telah masuk tempat perhentian-Nya, ia sendiri telah berhenti dari segala perkerjaannya, sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan-Nya” (Ibrani4:9, 10)
Sama seperti Allah berhenti dari pekerjaan penciptaan, dan sama seperti kita beristirahat dari pekerjaan-peker- jaan mingguan kita, pada suatu hari umat percaya milik Allah juga akan beristirahat dalam pelukan-Nya. Pada saat kita tiba dirumah itu, kita akan beristirahat dari segala jerih payah dan kesusahan dalam hidup ini dan menikmati perhentian yang sejati selamanya.
Pada hari ini, ini kita telah menemukan perhentian itu dalam Yesus Kristus. Oleh pengorbanan-Nya, Ia telah membuka pintu sorga, melalui kuasaNya, kita dapat hidup sebagai warga negara Sorgawi; dengan jaminan-Nya, kita memperoleh damai sejahtera ditengah kesusahan. Ia akan menuntun kita di sepanjang jalan menuju tempat perhentian kekal itu, bila kita selalu percaya dan taat pada-Nya.
Karena itu setiap sabat adalah suatu hari dimana kita dapat bersyukur pada Juruselamat kita dan menaruh pengharapan kita pada rumah kita yang kekal. Marilah kita menantikan hari perhentian di sorga itu selagi kita memegang hari perhentian di dunia.