Bagian 5. Harapan dan Doa Musa yang Kelima – Mazmur 90:15
3. Diubah Untuk Dipakai
“Dan bukan hanya itu saja. Kita malah bermegah juga dalam kesengsaraan kita, karena kita tahu, bahwa kesengsaraan itu menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan”
—Roma 5:3-4
Dalam suratnya kepada jemaat di Roma, rasul Paulus menegaskan bahwa kesengsaraan dapat menimbulkan ketekunan; dan ketekunan menimbulkan tahan uji—atau karakter, di dalam versi Alkitab bahasa Inggris; dan tahan uji menimbulkan pengharapan.
Karakter adalah sifat-sifat dan perilaku kita sehari-hari yang mencerminkan siapa diri kita sesungguhnya.
Terkadang, kita sebagai orang yang sudah percaya Yesus begitu lama—bahkan puluhan tahun lamanya—kita masih tetap dengan karakter manusia lama dan tidak menjadi manusia baru. Kita perlu mengevaluasi diri agar kita dapat berubah menjadi manusia baru.
Itulah alasan mengapa Tuhan mengizinkan kita untuk menderita. Saat kesulitan menimpa, hendaknya kita merenung untuk mencari tahu—apakah yang Tuhan inginkan dari kita melalui penderitaan tersebut.
Mengubah manusia baru bukan hanya sekedar mengubah sifat dan perilaku kita; melainkan mengubah cara pandang kita terhadap kehidupan yang sedang kita jalani.
Renungan:
Saat para jemaat melakukan pelayanan di Gereja, bisa saja terjadi konflik akibat perbedaan sifat dan karakter mereka. Dan akhirnya, mereka mengeluh karena merasa bersusah-hati untuk dapat bekerja sama dengan orang-orang yang memiliki karakter yang berbeda dengan mereka; dan karena masih harus pula melakukan pekerjaan tersebut secara bersama-sama.
Tetapi, saat kita menjalani penderitaan demi penderitaan dalam hidup, maka ketekunan untuk menghadapinya akan menimbulkan tahan uji atau karakter. Dengan demikian, karakter kitalah yang berubah. Dan oleh karena perubahan karakter itulah, akhirnya memungkinkan kita untuk dapat bekerja sama dengan orang lain yang memiliki karakter berbeda.
Sebelumnya, Musa—sebagai pangeran dari Mesir—mencoba untuk menolong orang Israel dengan kekuatannya dan caranya sendiri. Namun, saat ia berusia 80 tahun, sebagai seorang gembala, ia mulai memahami dirinya dan justru bertanya kepada Tuhan, “Siapakah aku ini, maka aku yang akan menghadap Firaun dan membawa orang Israel keluar dari Mesir?” Sungguh, Tuhan telah mengubah karakternya!
Seringkali, seseorang merasa bahwa dirinya memiliki begitu banyak talenta hingga akhirnya mereka menolak untuk mengikuti arahan dari orang lain.
Setelah kita mengevaluasi diri, barulah kita menemukan bahwa segala kemampuan yang kita miliki sungguh tidak berarti dibandingkan dengan kebesaran dan kuasa Tuhan.
Tanpa adanya pimpinan dan karunia dari Tuhan, kita tidak dapat melakukan apapun. Justru saat kita belajar untuk merendahkan hati kita, disitulah kita akan menemukan bahwa betapa mudahnya bekerja sama dengan sesama saudara-saudari seiman.
Musa mendapatkan pelatihan rohani dari Tuhan selama 40 tahun, hingga akhirnya karakternya dapat diubah. Sama halnya, saat kita melakukan pekerjaan Tuhan, kita juga memerlukan waktu agar karakter diri kita dapat diubah oleh-Nya.
Bisa saja kita memiliki talenta dan kemauan untuk membantu pekerjaan kudus. Tetapi saat kita masih mempertahankan karakter manusia lama, tentunya akan sulit untuk dapat bekerja sama dengan orang lain. Tetapi saat kita memberikan diri kita untuk diubah secara karakter, maka pada waktu itulah Gereja dapat mempercayakan pekerjaan kudus-Nya kepada kita. Dengan demikian, kita dapat dilayakkan untuk menjadi alat kemuliaan-Nya.
Sesungguhnya, pekerjaan kudus dalam Gereja tidaklah sulit dilakukan. Yang membuat pekerjaan kudus menjadi sulit tidak lain adalah karakter seseorang, terutama yang menolak untuk berubah.