Bagian 6. Harapan dan Doa Musa yang Keenam – Mazmur 90:16
8. Biarlah Kelihatan Semarakmu
“Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka”
—Mazmur 90:16
Penulis kitab Mazmur memohon kepada Tuhan untuk menunjukkan perbuatan-Nya dan semarak-Nya kepada hamba-hamba Tuhan dan juga kepada anak-anak mereka.
Kitab Mazmur pasal yang ke-90 adalah kumpulan dari doa-doa Musa, sang abdi Allah. Musa adalah hamba Tuhan. Permohonan untuk melihat perbuatan dan semarak Allah juga ia peruntukkan kepada keturunannya.
Dengan demikian, doa Musa adalah doa untuk generasi berikutnya, agar mereka dapat memiliki pengalaman pribadi bersama dengan Tuhan.
Pada hari ini, kita pun berdoa agar anak-anak kita dapat memiliki pengalaman pribadi bersama Tuhan. Kita berdoa agar kiranya Tuhan menunjukkan kemegahan-Nya kepada kita dan anak-anak kita melalui pengalaman yang dilalui bersama dengan Tuhan.
Renungan:
Mengapa anak-anak kita perlu memperhatikan kehidupan rohani mereka bersama Tuhan? Agar mereka dapat memahami bahwa sesungguhnya mereka adalah milik pusaka Tuhan. Pemazmur pernah mencatatkan bahwa “Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN…” (Mzm. 127:3). Di dalam bahasa Ibrani, terjemahan harfiah dari “anak-anak lelaki” adalah anak-anak, mencakup keduanya laki-laki dan perempuan.
Memang, memiliki anak adalah berkat dari Tuhan. Namun, Pemazmur mengingatkan bahwa anak-anak sesungguhnya adalah milik pusaka atau warisan daripada Tuhan. Oleh karena itu, sebagai orangtua, kita memiliki kewajiban untuk meneruskan iman kepercayaan kepada anak-anak—sehingga baik orangtua maupun anak-anak dapat berjalan bersama-sama untuk melihat perbuatan dan semarak Tuhan di dalam kehidupan kerohanian mereka sekeluarga.
Selain anak-anak adalah warisan Tuhan, Pemazmur juga mengingatkan kita bahwa Tuhan sendiri adalah bagian dari warisan kita dan piala kita (Mzm. 16:5). Apakah maksud dari “Tuhan adalah bagian warisan kita”?
Perjanjian Lama mencatatkan bahawa suku Lewi melayani Allah dan Kemah Suci. Setelah bangsa Israel berhasil menaklukkan bangsa Kanaan, barulah mereka menempati tanah warisan. Namun, Firman Tuhan dengan jelas menekankan bahwa suku Lewi tidak menerima warisan tanah; sebab Tuhan-lah yang menjadi warisan mereka.
Pengajaran tersebut terdengar begitu abstrak dan membingungkan. Namun, pengajaran itu penting dan begitu nyata di dalam kehidupan kita sehari-hari sebagai orang yang percaya.
Tanpa adanya pengalaman rohani bersama dengan Tuhan, maka kita maupun anak-anak kita tidak akan pernah tahu betapa berharganya Tuhan bagi kehidupan kita. Jika dibandingkan dengan warisan materi di dunia, Tuhan adalah warisan terindah yang dapat kita nikmati dalam hidup ini maupun hidup yang akan datang. Inilah iman dan pengalaman rohani yang perlu kita jalani dan wariskan kepada keturunan berikutnya—agar mereka, dengan mata mereka sendiri, dapat memandang perbuatan ajaib Tuhan serta semarak-Nya.
Di dalam, hidup kita merasa begitu sukses dan diberkati dengan adanya rumah serta harta yang berlimpah. Dalam kondisi demikian, sulit rasanya untuk memahami pengajaran bahwa “Tuhan adalah warisan kita”-sebab penglihatan kita terkadang dan terbatasi oleh kekayaan materi yang kita miliki.