Bagian 5. Harapan dan Doa Musa yang Kelima – Mazmur 90:15
6. Apa Yang Ada Dalam Hatimu
“Ingatlah kepada seluruh perjalanan…di padang gurun selama empat puluh tahun ini dengan maksud merendahkan hatimu…untuk mengetahui apa yang ada dalam hatimu…”
—Ulangan 8:2
Tuhan mengijinkan orang-orang Israel untuk menderita selama 40 tahun di padang gurun, dengan tujuan untuk mengetahui apa yang ada dalam hati mereka.
Di saat kita mengevaluasi diri, kita akan lebih memahami tentang diri kita yang sesungguhnya—siapakah kita sesungguhnya di hadapan Tuhan dan bagaimanakah karakter kita. Saat ini, mungkin kita merasa bahwa kita berpengetahuan dalam hal rohani. Namun, apakah pengetahuan rohani tersebut sudah membawa perubahan nyata dalam karakter dan perilaku sehari-hari kita? Itulah sebabnya kita perlu mengevaluasi diri—untuk mengetahui isi hati kita yang sesungguhnya.
Penulis kitab Ulangan memberitahukan bahwa kesusahan yang dialami oleh bangsa Israel selama 40 tahun justru membuat mereka rendah hati—menyadarkan mereka bahwa sesungguhnya mereka hidup dari kasih karunia Tuhan.
Renungan:
Sama halnya dengan kita pada hari ini, ketika kita menikmati hidup dalam anugrah Tuhan, kita merasa bahwa oleh karena kekuatan diri kita-lah maka kita mendapatkan keberhasilan yang telah kita raih.
Tetapi penulis kitab Ulangan mengingatkan kita, “Janganlah kaukatakan dalam hatimu: Kekuasaanku dan kekuatan tangankulah yang membuat aku memperoleh kekayaan ini. Tetapi haruslah engkau ingat kepada TUHAN, Allahmu, sebab Dialah yang memberikan kepadamu kekuatan untuk memperoleh kekayaan…” (Ul. 8:17-18). Dengan kata lain, apa yang kita raih dan peroleh semata-mata adalah karena kasih kemurahan Tuhan.
Di dalam penderitaan, Tuhan akan memimpin kita untuk merendahkan hati, agar kita dapat memahami kehendak-Nya yang terbaik dalam hidup kita. Di lain sisi, Tuhan juga akan memampukan kita untuk memperoleh kekuatan dan sukacita dari-Nya untuk menghadapi kesusahan tersebut.
Perihal sukacita dalam penderitaan, penulis kitab Kisah Para Rasul pernah menuliskan bagaimana rasul-rasul bergembira—meskipun mereka menderita penghinaan oleh karena nama Yesus (Kis. 5:41).
Padahal para rasul disesah dan dilarang untuk mengajar dalam nama Yesus. Namun, sesudah dilepaskan, mereka justru bersukacita oleh karena nama-Nya. Dengan demikian, nama Yesus-lah yang menjadi sumber sukacita mereka. Ketika kita melakukan pekerjaan pelayanan Tuhan, ada saatnya kita akan merasa lelah dan letih. Namun, kita akan bersukacita saat melihat iman kerohanian jemaat bertumbuh, domba yang tersesat kembali pulang, ataupun ketika Tuhan mencurahkan Roh Kudus-Nya kepada anak-anak kecil maupun orang-orang dewasa.
Dalam suratnya kepada jemaat di Filipi, rasul Paulus selalu menuliskan tentang sukacita. Padahal ia menuliskan surat tersebut saat ia tersiksa di dalam penjara. Bagaimana mungkin ia dapat bersukacita? Karena Tuhan telah memenuhi hatinya. Tuhanlah sumber sukacitanya.
Pada hari ini, jika kita menderita dan mengalami kesusahan demi nama-Nya; maka Tuhan akan memberikan kita penghiburan dan kekuatan. Tuhan, melalui Roh Kudus-nya, akan memenuhi hati kita sehingga Ia menjadi sumber dari sukacita kita di tengah-tengah penderitaan yang kita alami.