Saluran Berkat
Dalam nama Tuhan Yesus bersaksi,
Nama saya “NN”, seorang jemaat Gereja Yesus Sejati.
Efek Pandemi
Pertengahan tahun 2020, saya mendengar kabar kalau keponakan saya sudah tidak bekerja lagi sejak bulan April 2020 karena pandemi. Lalu dia berusaha berjualan nasi, mie goreng, dan es buah di sekitar rumahnya. Saya pernah membelinya beberapa kali jika dagangannya tidak habis terjual. Sungguh terbeban melihat dia di usia semuda itu sudah harus menjadi tulang punggung keluarga, sejak ayahnya meninggal. Ibunya juga sudah tidak bekerja sejak pandemi merebak.
Tidak Berdaya
Saya sering berpikir, bagaimana caranya saya bisa membantu keponakan dari segi dana. Penghasilan saya dan suami juga pas-pasan. Bahkan sejak pandemi kami tidak bisa menabung dan cenderung defisit karena penghasilan suami turun. Kemudian saya berdoa agar bisa membantu keponakan saya.
Artikel di Facebook
Tidak lama setelah itu, saya melihat sebuah artikel di Facebook tentang puding Lapis Surabaya. Padahal sebelumnya saya jarang sekali melihat Facebook. Bahkan, saya baru tahu ada camilan yang namanya puding Lapis Surabaya.
Tidak Menyerah
Lalu saya mencoba untuk membuatnya sesuai resep. Tetapi berkali-kali saya mengalami kegagalan; terkadang pudingnya terlalu lunak dan mudah hancur; terkadang antara lapisan tidak mau menempel; terkadang kemanisan dari segi rasa, dan sebagainya. Ditambah lagi, proses untuk membuat puding ini memakan waktu cukup lama, yaitu minimal 3,5 jam. Suami berkata, “Untuk apa sih mencoba bikin lagi? Bahannya kan tidak murah, sayang uang terbuang percuma.” Tetapi saya tidak mau menyerah. Setiap kali gagal, besoknya saya mencoba lagi dan terus mencoba.
Rasa Sudah Pas
Setelah hampir sebulan mencoba, akhirnya puding terlihat sudah sesuai. Lalu saya berikan tester kepada beberapa jemaat dan karyawan gereja. Mereka semua memberi tanggapan yang positif. Saya pun sangat termotivasi dan yakin kalau puding ini bisa laku dijual.
Puding Mulai Laku
Saya berdoa dan bertekad, kalau puding ini sungguh bisa laku terjual, hasil keuntungannya akan saya pakai untuk membantu kesulitan ekonomi saudara. Sejak 26 Agustus 2020, saya mulai berjualan. Tentunya para pembeli tidak tahu tujuan saya berjualan puding. Saya tentu tidak mau kalau konsumen membeli karena merasa iba. Namun karena kemurahan Tuhan, banyak konsumen yang suka puding ini dan memesan kembali.
Ingin Menyerah
Karena kelelahan fisik, pikiran saya menjadi negatif. Saya sempat berpikir: “Buat apa saya harus begini lelah, tiap malam begadang, tapi hasilnya buat orang lain?” Terlintas dalam pikiran bahwa saya tidak ingin membuat puding lagi. Namun, karena tekad saya sebelumnya dan Tuhan menyertai pekerjaan yang saya lakukan, saya terus melanjutkannya.
Disalurkan
Setelah mendapatkan cukup uang, saya memberikannya kepada diakoni gereja setempat. Tujuannya adalah agar uang tersebut disalurkan setiap bulannya kepada keponakan saya, sampai dia mendapat pekerjaan. Puji Tuhan, bulan berikutnya keponakan saya sudah mendapat pekerjaan. Keuntungan dari puding ini juga akhirnya bisa membantu dua kakak ipar saya yang telah kehilangan suami mereka di tahun 2016. Selain itu, saya juga bisa membantu keponakan lainnya. Saya sungguh bersukacita karena saya dapat membantu mereka yang sedang membutuhkan.
Kemurahan Tuhan
Saat merenungkan kembali, kalau bukan karena kemurahan Tuhan, bagaimana mungkin ada orang yang mau membeli puding ini? Apalagi di masa pandemi seperti ini, banyak orang yang lebih memilih menghemat uang dibanding menggunakannya untuk camilan. Saya sungguh bersyukur karena Tuhan telah membantu dan menyertai saya untuk bisa menjadi saluran berkat bagi keluarga, ipar dan keponakan yang saya kasihi.
“Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apa pun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur” (Filipi 4:6)
Segala kemuliaan dan puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus. Haleluya. Amin.