Dari Tangerang Lanjut Ke Sebrang
Dalam nama Tuhan Yesus bersaksi,
Nama saya Fung Lian, jemaat Gereja Yesus Sejati cabang Cibaduyut, Bandung.
Cita-Cita
Sejak kecil saya ingin menjadi guru. Papa sering bercerita, ketika saya masih kecil, saya sering bermain sekolah-sekolahan. Saya selalu menjadi gurunya, teman lain menjadi muridnya. Tahun 1982 setelah lulus SMP, sempat terpikirkan oleh saya untuk masuk SPG (Sekolah Pendidikan Guru). Namun, karena ada suatu kendala, saya akhirnya masuk SMA swasta. Tahun 1985 saat hampir lulus SMA, saya bingung harus melanjutkan ke mana.
Kendala
Karena kendala biaya, sempat terpikir saya mau di rumah saja membantu mama sambil berjualan. Nanti kalau uang sudah terkumpul, saya baru akan melanjutkan kuliah. Papa sebelumnya bekerja sebagai supir dan sudah mulai tidak bekerja. Mama membuka warung kecil di rumah. Pelanggan pun sangat terbatas, hanya warga sekitar. Pemasukan yang diperoleh mama tidak seberapa. Kakak laki-laki bekerja di toko besi, sambil memulai merintis toko kecil yang dijaga oleh papa. Kakak perempuan bekerja di Jakarta. Biaya hidup di kota besar tentu tinggi, saya tidak berani merepotkan.
Tekad
Keinginan menjadi guru tak pernah padam. Saya berencana, kalau kuliah nanti saya pasti akan ambil ilmu keguruan, tidak mau jurusan lain. Saya sempat berpikir untuk mencoba mendaftar di IKIP Bandung, tetapi saat itu informasi masih kurang dan saya tidak tahu caranya. Akhirnya, kakak perempuan mengajak saya ke Jakarta. Ia berkata bahwa persoalan biaya, ia akan bantu. Dengan bantuan seorang jemaat, saya akhirnya mendaftar dan diterima di FKIP Atmajaya Jakarta.
Domisili
Persoalan berikutnya adalah soal tempat tinggal. Dalam himpitan ekonomi, saya tidak punya dana tambahan untuk membayar biaya kost. Puji Tuhan, pengurus Gereja Cianjur menjelaskan keadaan ini kepada sebuah keluarga jemaat Jakarta dan bersedia menampung saya selama setahun lebih secara cuma-cuma, ditambah dengan makan minum yang gratis. Sungguh, ini karena pengaturan-Nya, kemurahan Tuhan Yesus.
Tawaran Kerja
Tahun 1986, Sekolah Kanaan Tangerang mulai dibuka. Mendiang Ibu Sylvia mengajak saya bekerja di sana. Hati saya sebenarnya ingin masuk Sekolah Kanaan Jakarta, karena tempatnya jauh lebih dekat dari tempat kost dan muridnya sudah banyak. Tetapi akhirnya tetap saya ambil, karena saya memang senang menjadi guru. Dalam kesulitan memenuhi kebutuhan hidup, Tuhan mencukupkan dengan cara-Nya yang ajaib, melalui tangan orang-orang yang dipakai-Nya. Sungguh Tuhan Maha Kasih, Dia tahu kesulitan anak-anak-Nya.
Kanaan Tangerang
Sekolah Kanaan Tangerang saat itu masih sedang dirintis. Ibu Sylvia tidak bisa menetap di Tangerang karena masih bertugas di Jakarta, jadi beliau hanya sewaktu-waktu datang. Berbagai tugas operasional, urusan dinas dan perizinan sekolah dipercayakan pada saya. Di sinilah Tuhan menempa saya menjadi seorang guru yang sebenarnya.
Kanaan Jakarta
Tahun 1990 saya pindah ke Kanaan Jakarta dan ditempatkan di jenjang Taman Kanak-kanak (TK) selama satu tahun. Di sini saya belajar metode pembelajaran anak dengan bimbingan guru-guru yang profesional.
Kanaan Cianjur
“Kapan Lulus? Ayo pulang Cianjur buka sekolah!“ Itu adalah pesan mendiang Diakenis Cia Maria, bila saya pulang ke Cianjur. Tahun 1991, pengurus Gereja Cianjur memberi kesempatan untuk pembukaan sekolah Kanaan Cianjur. Ternyata bekal yang didapat semasa bekerja di Tangerang sangat berguna, semuanya terpakai, saat saya diutus untuk tugas ini.
Kanaan Banjarmasin
Sekolah Kanaan Banjarmasin mulai membuka jenjang TK tahun 1992. Lalu di tahun 1994, keluarga kami pindah ke Banjarmasin, dan membantu pembukaan jenjang Sekolah Dasar (SD). Sama halnya dengan Cianjur, bekal yang didapat semasa di Tangerang sangat berguna, semuanya terpakai, saat saya diutus untuk tugas ini.
Hikmah
Sungguh, semua proses ini karena pengaturan Tuhan Yesus. Kalau di awal saya langsung bekerja di Kanaan Jakarta, bagaimana mungkin saya memiliki kesempatan untuk belajar mengelola operasional sekolah? Bagaimana mungkin saya bisa paham caranya mengurus izin pendirian sekolah? Meskipun sekian tahun pada masa awal terasa sangat sulit, tetapi saat saya bertahan menjalaninya, Tuhan sudah persiapkan untuk melakukan tugas lain yang lebih besar. Semua ini adalah karena kasih dan pengaturan Tuhan Yesus.
“Karena masa depan sungguh ada, dan harapanmu tidak akan hilang” (Amsal 23:18).
Segala kemuliaan dan puji syukur hanya bagi Tuhan Yesus. Haleluya. Amin.