LEBIH PEDULI, LEBIH BANYAK BERDOA,
LEBIH BANYAK MELAYANI
Nathanael Kuo – Washington, DC, USA
Dalam nama Yesus Kristus, saya bersaksi tentang kasih karunia Allah dalam persekutuan kampus kami selama tahun terakhir saya di perguruan tinggi.
Persekutuan di UIUC
Saya lahir dan dibesarkan di New Jersey, Amerika Serikat, tetapi pada tahun 2003, saya pindah untuk mengikuti kuliah di Universitas Illinois di Urbana-Champaign (UIUC). UIUC adalah daerah terpencil sekitar dua setengah jam berkendara dari gereja terdekat di Chicago, tapi tempat tersebut memiliki persekutuan kampus Gereja Yesus Sejati (GYS) beranggotakan sekitar sepuluh orang. Setiap hari Sabat kami mengadakan kebaktian, yang terdiri dari pendalaman Alkitab pada hari Jumat malam dan Sabtu sore, dan mendengarkan rekaman khotbah pada Sabtu pagi. Oleh kasih karunia Allah, persekutuan terus berlanjut dari tahun pertama saya (mahasiswa baru) hingga tahun terakhir saya (mahasiswa senior) di perguruan tinggi, walaupun jumlahnya berfluktuasi karena anggotanya datang dan pergi.
Pada tahun ketiga saya, jumlah kami turun menjadi lima anggota. Namun persekutuan itu masih kuat. Saya tinggal dengan dua orang saudara, keduanya rajin melayani Allah. Kami bergiliran memimpin studi Alkitab, dan setiap Rabu malam kami akan berdoa bersama. Selain kami, ada juga dua anggota lain, saudari dari Taiwan yang sedang belajar di sekolah pascasarjana dan seorang saudara yang baru percaya pada Tuhan.
Namun, pada akhir tahun ketiga saya, dua teman sekamar saya lulus dan meninggalkan kami. Saya tiba-tiba menyadari hanya ada tiga dari kami yang tersisa, hampir tidak cukup untuk mengadakan studi Alkitab. Meskipun dua anggota lainnya adalah anggota yang baik, iman mereka belum dalam tahap melayani. Saudari itu hanya menghadiri kebaktian pada hari Jumat malam, karena dia menghabiskan hari Sabtunya untuk belajar. Saudara yang baru percaya, baru saja mulai menghadiri kebaktian secara teratur. Jadi pada tahun terakhir saya di universitas , saya memendam banyak perasaan negatif. Saya takut karena saya pikir saya akan sendirian. Saya berada di bawah tekanan karena saya merasa bahwa saya bertanggung jawab dalam menjaga persekutuan. Saya juga membenci Tuhan karena tidak ada anggota gereja yang baru yang belum lulus sarjana. Saya tahu selama ini bahwa hal itu bisa terjadi, tapi saya selalu berpikir bahwa Tuhan akan menyediakan; namun pada akhirnya, tidak ada yang datang.
Kisah Simpatisan Pertama
Pada bulan Agustus 2006, sejak semester dimulai tiga dari kami berkumpul untuk pertemuan Jumat malam pertama kami. Meskipun kami tahu itu akan sulit dengan hanya tiga anggota, kami bertekad untuk melanjutkan. Namun, karena kami kekurangan orang, kami memutuskan untuk hanya melaksanakan sekali pendalaman alkitab tiap minggu pada hari Jumat malam.
Sekitar waktu yang sama, saya juga mendapatkan nomor kontak dari simpatisan yang aktif. Teman dari teman saya dari Taiwan datang untuk belajar di UIUC, dan saya diminta untuk menghubungi dia karena mungkin dia tertarik untuk belajar lebih banyak tentang Allah. Saya belum pernah mengundang orang asing ke gereja sebelumnya, tapi terima kasih pada Tuhan, dia siap menerima undangan saya untuk menghadiri kebaktian studi Alkitab pada Jumat malam.
Jumat berikutnya, simpatisan tersebut bergabung dengan kami untuk studi Alkitab. Pada awalnya studi alkitab itu terasa sedikit canggung, karena hanya ada empat dari kami dan kami sedang belajar Matius 1, tentang silsilah Yesus Kristus. Tampaknya ini bukan topik awal yang baik untuk pencari kebenaran, tapi terima kasih pada Tuhan, ternyata hasilnya baik, hampir seperti kelas pencari kebenaran, karena kita bisa bertanya padanya nama dari silsilah yang dia kenal dan memperkenalkan kepadanya karakter yang tidak ia ketahui.
Sebelum kami memutuskan untuk berdoa, ia berbagi dengan kami bahwa dia sedang putus asa mencari seseorang yang akan menyewa apartemennya. Dia telah menyewa satu apartemen, tetapi harus pindah karena ia mendapatkan seekor kucing sebagai hadiah, dan hewan peliharaan tidak diperbolehkan di apartemen ini. Dia menyewa apartemen lain, dan ia baru menyadari bahwa ia tidak bisa memutus kontraknya dengan apartemen pertama dan akhirnya harus membayar sewa untuk apartemen kedua apartemen tersebut. UIUC universitas yang seperti kota, sangat sedikit yang pindah ke kota setelah semester dimulai. Kami tidak tahu apa yang harus kami katakan padanya; kami hanya bisa mengatakan bahwa kami akan berdoa baginya. Minggu berikutnya, ketika kami memilih dia untuk memimpin pendalaman Alkitab, kami sangat terkejut mengetahui bahwa ia telah menemukan seseorang yang akan menyewa apartemennya. Saya benar-benar terkejut bahwa Allah menjawab doa kami begitu cepat.
Kisah Simpatisan Kedua
Beberapa bulan kemudian, pada bulan November, kami bersama-sama mengadakan acara makan malam untuk hari pengucapan syukur dan simpatisan tersebut membawa salah satu teman bersamanya. Kami tidak berpikir banyak tentang hal itu pada saat itu, tetapi setelah libur hari Thanksgiving, teman ini juga bergabung dalam kebaktian pendalaman Alkitab kami.
Ketika studi Alkitab berakhir, simpatisan kedua juga berbagi masalah dengan kami. Universitas secara tidak adil telah mengenakan biaya tambahan $ 3.500 padanya untuk biaya kuliah ketika ia memilih keluar dari dua kelas dan mendaftar untuk kelas lain. Meskipun ia telah mengajukan permohonan ke bagian keuangan universitas, tidak ada yang terjadi selama dua bulan tersebut; selain itu, dia dikenakan biaya denda keterlambatan karena tidak membayar biaya sebelumnya. Seperti yang kami lakukan dengan simpatisan pertama, kami hanya bisa mengatakan bahwa kami akan berdoa baginya.
Hari Senin berikutnya, ia pergi ke kantor bagian keuangan dan meminta saya untuk menemaninya. Ketika kami bertemu dengan staf bagian keuangan, mereka menyadari biaya tambahan tersebut sebenarnya karena kesalahan komputer. Oleh karena itu, simpatisan kedua ini tidak bertanggung jawab atas biaya tambahan atau denda keterlambatan tersebut. Sekali lagi, saya kagum bahwa Allah menjawab doa-doa ini dengan segera. Sejak saat itu, simpatisan kedua ini juga mulai bergabung dengan kami secara konsisten pada hari Jumat malam.
Kisah Simpatisan Ketiga
Suatu Jumat malam pada bulan Januari 2007, simpatisan pertama membawa teman lain. Saya kemudian menyadari bahwa persekutuan kami jumlahnya menjadi dua kali lipat! Ketika saya merenungkan hal ini, saya meneteskan air mata. Selama ini, saya hanya berpikir untuk bertahan selama satu tahun ini, tapi Tuhan memberi kami tiga simpatisan. Saya juga sangat tersentuh melihat penyertaan Allah atas kami, sedangkan kami tidak melakukan apa pun yang layak menerima anugerah tersebut.
Ketika kami hendak berdoa untuk menutup kebaktian studi Alkitab, seperti dua kali sebelumnya, simpatisan ketiga juga berbagi masalahnya. Setelah berada di program pascasarjana untuk satu semester, ia mulai mengalami kegelisahan saat berada di kampus. Sekali lagi, situasinya sulit, dan kami tidak tahu apa yang harus dilakukan, tapi kami memutuskan kami akan berdoa tentang hal itu. Pada akhirnya, simpatisan ketiga ini tidak tinggal lama karena jawaban atas doa nya adalah pulang ke Taiwan. Meski begitu, selama dua bulan dia tinggal bersama kami, ia tampaknya memiliki kedamaian setiap kali dia bergabung dengan kami untuk studi Alkitab.
Kisah Saudari
Selain simpatisan, Tuhan juga memberikan banyak kasih karunia kepada dua anggota lainnya dan saya. Suatu malam di bulan Oktober di tahun terakhir saya, saya tidak bisa tidur karena saya teringat dengan seorang saudari dalam persekutuan. Umur beliau sudah cukup tua, hampir seperti umur ibu saya, saya berpikir, jika saya melihat ibu saya sendiri bekerja begitu keras dan tidak mengikuti kebaktian pada hari Sabtu, bukankah saya akan mengatakan sesuatu?
Sementara saya berpikir tentang hal itu, saudari ini menelepon dan bertanya apakah saya bisa datang pada esok hari untuk membantu dia dalam beberapa hal. Keesokan harinya, setelah membantu dia, saya berkata, “Akan sangat baik jika Anda bisa bergabung dengan kami pada hari Sabtu juga.” Meskipun ia merasa tidak enak tentang hal itu, beliau mengatakan bahwa beliau benar-benar memerlukan hari Sabtu untuk belajar. Saya pikir saya telah mencoba yang terbaik, dan saya akan berhenti di situ, karena pada akhirnya, hal ini adalah pilihannya sendiri.
Setelah saya meninggalkan UIUC, pengkhotbah mengunjunginya. Meskipun saya tidak tahu detailnya, sejak hari itu, ia mulai menghadiri kebaktian pagi setiap sabtu. Saudarai ini ingat hari dimana saya berbicara dengannya tentang bergabung dengan kebaktian Sabtu dan bagaimana hal itu merupakan titik balik baginya. Terima kasih Tuhan, iman saudari ini terus bertumbuh ketika ia berada di persekutuan.
Kisah Saudara
Saya juga melihat bagaimana iman saudara lainnya tumbuh dalam persekutuan kami. Dia dibaptis baru dua tahun dan belum aktif melayani. Tapi selama tahun terakhir saya, saudara ini menjadi penghiburan nyata bagi saya dengan tidak hanya menjadi saudara, tetapi juga teman dan rekan kerja. Dia mempersilahkan apartemennya untuk persekutuan kami, mengendarai mobilnya untuk menjemput simpatisan, dan bahkan menawarkan diri untuk memimpin studi Alkitab. Namun, karena ia tidak memiliki Roh Kudus pada waktu itu dan memiliki sedikit pengalaman memimpin pendalaman Alkitab, kami memutuskan bahwa saya akan memimpin studi Alkitab setiap kali saya bisa.
Setelah kelulusan saya pada bulan Mei 2007, saudara ini ditinggalkan dengan saudari dan dua simpatisan. Saya sangat khawatir karena saya bertanya-tanya apa yang akan terjadi dengan persekutuan setelah saya tinggalkan. Musim panas itu, ia memutuskan untuk menghadiri Youth Theological Seminar Nasional (NYTS), dan saya juga menghadiri sebagai seorang penasehat. Kami berdoa dengan sungguh-sungguh supaya ia bisa menerima Roh Kudus, karena kita tahu bahwa ia akan membutuhkan Roh Kudus dalam tahun yang akan datang. Terima kasih Tuhan, doa kami terjawab. Ini adalah waktu yang tepat, karena Allah memberinya Roh Kudus tepat pada waktunya untuk memungkinkan dia untuk memimpin persekutuan kampus. Sejak saat itu, saya merasa lega karena saya tahu bahwa Allah akan mengurus persekutuan melalui saudara ini.
Akhir Dari Persekutuan
Setahun setelah saya lulus, saya kembali ke kota tersebut untuk berkunjung dan menghadiri upacara wisuda dari dua simpatisan. Ternyata persekutuan tersebut sampai kepada akhir yang sempurna, karena mereka meninggalkan persekutuan tersebut pada waktu yang sama. Dua simpatisan lulus pada hari yang sama dan saudari itu menyelesaikan gelar pascasarjananya beberapa minggu setelahnya. Saudara yang telah mengikuti persekutuan juga meninggalkan kota pada musim panas itu, memutuskan untuk pindah ke sekolah yang lebih dekat ke gereja.
Meskipun simpatisan belum dibaptis, dan persekutuan kampus telah berakhir, Tuhan telah memberkati setiap anggota persekutuan secara berlimpah. Namun, saya pikir berkat terbesar adalah kita masing-masing bertumbuh pesat secara rohani. Tujuan dari persekutuan itu terpenuhi dari awal sampai akhir karena itu membantu kita untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kisah Saya – Pembelajaran
Bagi saya, saya telah mendapat pengajaran dari persekutuan tahun itu yang akan saya ingat seluruh hidup saya. Salah satunya, sekarang saya mengerti bahwa tidak ada situasi tanpa harapan. Efesus 3:20 memberitahu kita bahwa apa yg Tuhan lakukan dapat melampaui apa yang kita doakan atau pikirkan. Kedua, “di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam nama-Nya, Ia akan hadir tengah-tengah mereka” (Mat. 18:20). Meskipun jumlah kami sedikit, setiap sesi dari studi Alkitab dipenuhi dengan kebenaran, damai sejahtera dan sukacita Tuhan. Ketiga, saya melihat bahwa penginjilan sebenarnya mudah ketika Tuhan sedang bekerja. Kadang-kadang, kita khawatir tentang khotbah yang disampaikan, tapi Tuhanlah yang memanggil umat-Nya, bukan kita. Keempat, mengutip kidung, “Di dalam Yesus Kristus, kita semua keluarga.” Memang, kita harus memperlakukan orang-orang percaya seperti anggota keluarga kita sendiri, karena kita semua terhubung oleh darah Kristus.
Tapi saya pikir pelajaran yang paling penting yang saya pelajari adalah untuk lebih peduli, lebih banyak berdoa, dan lebih melayani. Sepanjang tahun terakhir saya, saya dibebani dengan banyak persoalan untuk diri sendiri, dan juga untuk persekutuan, dan ini membuat saya lebih banyak berdoa. Setiap hari saya berdoa untuk setiap anggota persekutuan, ke titik saya menemukan mudahnya untuk berpuasa dan berdoa. Karena saya berdoa, saya juga menemukan kebijaksanaan dan kekuatan untuk melakukan apa yang saya bisa untuk melayani. Ulangan 6:5 mengatakan, “Kasihilah TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu.” Jadi selama ini, Tuhan mengajar saya untuk peduli, untuk berdoa, dan kemudian untuk melayani, tapi kepedulian yang utama.
Hari ini, setelah bertahun-tahun, saya masih ingat jelas peristiwa selama tahun senior di UIUC dan pelajaran yang telah saya terima. Saya masih tidak sepenuhnya memahami mengapa Tuhan mengijinkan kami untuk mengalami pengalaman dengan Tuhan begitu dalam pada tahun itu, tapi saya berterima kasih kepada Tuhan atas rahmat yang luar biasa dan menakjubkan Nya.
Semoga semua hanya demi kemuliaan nama Tuhan. Amin.