GELAS YANG PECAH
Derek Lim – Singapura
“Hidup kita seperti sebuah gelas. Sebuah gelas terlihat kokoh dan cantik ketika ditaruh di meja, tetapi bila jatuh dari meja, ia pecah. Serapuh inilah kehidupan kita. Tetapi baru sekarang aku memahami siapa yang mengendalikan gelas ini.”
Saya masih ingat jelas kata-kata almarhum ayah saya ini. Walaupun ketika meninggal dunia dia baru dua setengah tahun percaya Tuhan, Tuhan sudah memberinya pemahaman bahwa Dialah yang mengendalikan hidupnya. Kita sering sekali menghibur orang lain yang sedang mengalami masalah supaya jangan khawatir, karena Tuhan mengendalikan segalanya. Tetapi berapa banyakkah di antara kita yang bersedia mempercayai kata-kata kita sendiri ketika kita sedang menghadapi masalah?
MELANGKAH MASUK KE GERBANG IMAN
Pada bulan November 1995, ketika saya menyelesaikan kuliah saya, dengan berurai air mata ibu saya menyampaikan berita bahwa ayah saya mengidap kanker perut. Saya kaget sekali dan tidak tahu harus berbuat apa. Pada saat itu dia belum percaya Tuhan. Sedangkan ibu saya sudah datang ke gereja kadang-kadang, jadi kami berdua merasa kami harus mengajak ayah saya ke gereja dan memohon pertolongan Tuhan. Saya memutuskan untuk berdoa dan meminta beberapa saudara seiman untuk juga mendoakan masalah ini.
Keesokan harinya, seluruh keluarga saya datang ke gereja bersama-sama. Saya berpikir, alangkah indahnya apabila Tuhan menyelamatkan seisi rumah saya. Nanti kami bisa datang ke gereja bersama-sama sebagai satu keluarga di dalam Kristus. Inilah pertama kalinya ayah saya memasuki sebuah gereja. Seumur hidupnya ia adalah seorang atheis sejati. Bahkan kunjungan pertama ini pun diiyakan oleh ayah saya dengan sangat enggan, setelah banyak bujukan.
Tetapi yang paling luar biasa, Tuhan bekerja pada pengalaman pertama ayah saya di gereja. Roh Kudus menjamahnya ketika khotbah disampaikan, dan ia mulai tergetar. Saat pujian akhir dan doa, air matanya mengalir. Rasanya seperti seorang anak hilang yang kembali kepada bapanya.
Selesai kebaktian, ayah saya mengutarakan bahwa ia seharusnya datang mengenal Tuhan lebih awal dan berharap kepulangannya sekarang ini masih belum terlambat. Kemudian pendeta menghibur bahwa apa yang baru saja ia alami menunjukkan kasih Tuhan yang luar biasa dan bahwa tidak pernah ada kata terlambat untuk kembali pada Tuhan untuk memperoleh keselamatan.
PERLINDUNGAN DAMAI SEJAHTERA
Bersyukur pada Tuhan karena setelah kunjungan pertamanya ke gereja, ayah saya merasakan damai sejahtera Tuhan di tengah-tengah ketidakpastian dan kesusahan karena penyakitnya. Damai sejahtera serupa ini digambarkan oleh Yesus sebagai yang bukan diberikan oleh dunia melainkan oleh Dia (Yoh. 14:27).
Ayah saya tetap bisa tidur dan sanggup percaya bahwa Tuhan mengatur segalanya. Ia menjalani operasi dengan selamat, merasakan kehadiran Tuhan bersamanya. Setelah operasi dia berkomentar, “Kalau aku belum percaya Tuhan, suara-suara yang ditimbulkan oleh alat-alat operasi pasti sudah membuatku takut setengah mati.” Ajaibnya, ia cepat sekali pulih dari operasi.
Pada kebaktian kebangunan rohani bulan Desember 1995, keluarga saya dibaptis. Saya hanya dapat bersyukur kepada Tuhan atas kasih karunia yang begitu menakjubkan ini dan memuji-Nya atas karya keselamatan-Nya bagi keluarga saya dalam jangka waktu dua bulan yang singkat ini. Saya mengerti bahwa kehendak-Nya yang luar biasalah yang ada di balik setiap perkara yang Ia izinkan terjadi dalam kehidupan kita. Penyakit ayah saya membuka jalan keselamatan bagi keluarga saya.
Bersyukur pada Tuhan karena setelah dibaptis iman ayah saya bertumbuh. Dia menghadiri semua kebaktian malam dan kebaktian Sabat serta berdoa setiap hari. Keluarga kami juga merasakan sukacitanya pergi ke gereja untuk menyembah Tuhan bersama-sama. Saya merasa sangat bahagia dan diberkati.
DALAM NAUNGAN GEMBALA
Pada bulan Januari 1997, dokter memberitahu kami bahwa kanker ayah saya kambuh. Kali ini sudah menyebar sampai ke hati, dan hidupnya tinggal enam bulan lagi. Kami sangat sedih mendengar berita ini. Enam bulan berikutnya menjadi masa yang penuh pencobaan namun penuh arti bagi iman keluarga saya.
Saya ingat suatu kali saya berdoa dengan sungguh-sungguh kepada Tuhan. Selama berdoa, Tuhan menguatkan dan meyakinkan saya bahwa Dia akan memelihara seluruh keluarga saya, dan Dia akan menjadi seorang Gembala yang memimpin kami melalui apa pun yang mungkin terjadi. Saya sangat terhibur dan menaruh percaya sepenuhnya pada Tuhan.
Keluarga saya mulai berdoa bersama-sama setiap malam untuk memohon pimpinan Tuhan dan agar Tuhan mencurahkan Roh Kudus kepada ayah saya. Kami merasakan persekutuan di dalam doa, dan ini membuat keluarga saya semakin dekat. Para pendeta dan saudara seiman sering menjenguk ayah saya selama dia sakit dan mendorongnya untuk percaya pada Tuhan dan untuk berdoa memohon Roh Kudus. Setelah cukup lama berdoa dengan tekun, ayah saya menerima Roh Kudus.
Walaupun sangat menyakitkan bagi kami melihat kondisi fisiknya memburuk setiap hari, hal ini membantu kami memiliki iman untuk yakin pada Tuhan dan percaya pada yang tak kelihatan (2Kor. 4:18). Ibu saya merasakan pertolongan Tuhan sewaktu merawat ayah saya di tahap akhir hidupnya. Kesehatannya sendiri tidak pernah terlalu baik, dan dia pernah menjalani empat kali operasi sebelumnya. Tetapi Tuhan mengaruniainya kekuatan jasmani untuk melayani kebutuhan ayah saya. Ia sendiri bersaksi bahwa kalau melihat kembali ke hari-hari itu, ia tidak dapat membayangkan bagaimana dia dapat melakukannya. Kami hanya dapat mengembalikan segala kemuliaan pada Tuhan.
Ayah saya dipanggil untuk beristirahat dalam Tuhan pada bulan Juni 1997. Ia meninggal dengan tenang di rumah. Tuhan sangat menghibur kami. Ayah saya tidak merasakan sakit di masa-masa paling parah penyakitnya, dan para dokter terheran-heran karena ia sama sekali tidak pernah mengeluh sakit. Sampai sekarang, kami masih menyimpan beberapa kotak obat anti sakit di rumah. Tak ada satu butir pun yang diminum.
MAKSUD TUHAN DALAM SEGALA HAL
Walaupun kami sangat sedih karena kehilangan ayah saya, kami melihat tangan Tuhan yang ajaib menuntun kami melalui saat-saat tersebut. Kepergian ayah saya yang damai juga sangat menghibur kami, dan iman serta keyakinan kami pada Tuhan sangat dikuatkan. Saya mengerti bahwa sukacita rohani yang sejati bukan hanya diperoleh dari hal-hal baik yang terjadi pada kita; apabila kita berserah pada Tuhan dan percaya pada bimbingan-Nya, kita dapat menemukan penghiburan dan sukacita di dalam-Nya dalam segala hal.
Banyak orang mempertanyakan kasih dan kemurahan Tuhan ketika mereka mengalami ujian dan penderitaan. Masalah-masalah mereka kelihatannya tidak dapat diatasi, dan mereka gagal melihat kehendak Tuhan ketika menjalaninya. Tetapi melihat ke belakang, kehendak Tuhan jelas bagi saya sekarang. Tuhan mengizinkan hal-hal tersebut terjadi supaya seisi rumah saya dapat menerima keselamatan. Tuhan ingin agar kita melatih iman kita dengan menaruh percaya sepenuhnya kepada-Nya. Melalui ujian, Dia memberi kita kesempatan untuk semakin mendekatkan diri kepada-Nya.
Selama menjalani masa-masa sulit tersebut, saya bertanya-tanya, apakah Tuhan berkehendak menyembuhkan ayah saya. Itulah keinginan yang saya harap akan dipenuhi oleh Tuhan, dan saya mendoakannya dengan sungguh-sungguh. Tetapi belakangan saya belajar untuk tidak memaksakan kehendak sendiri, tetapi berserah pada kehendak Tuhan dan sepenuhnya mempercayakan segala hal kepada-Nya.
Bagi ayah saya, hidupnya seperti sebuah gelas yang jatuh dari meja dan pecah berkeping-keping. Tetapi saya percaya bahwa Tuhan yang menyelamatkan jiwanya akan menjaganya selamat sampai kami bertemu di dalam Kerajaan Allah. Bagi kita semua yang masih hidup, kita harus menerima nasihat Raja Salomo untuk mengingat Pencipta kita selama masih hidup, menjalankan perintah-Nya, takut akan Dia, dan memahami bahwa Ia pasti menciptakan kita untuk maksud-Nya yang luar biasa.
Ingatlah akan Penciptamu sebelum rantai perak diputuskan
dan pelita emas dipecahkan, sebelum tempayan dihancurkan dekat mata air dan roda timba dirusakkan di atas sumur. (Pkh. 12:6)
Ialah yang empunya kuasa sampai selama-lamanya! Amin. (1Ptr. 5:11).