“Tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan” (Daniel 5:27)
Dalam percobaan ilmiah di sekolah, kita menggunakan timbangan untuk menentukan berat dari sebuah benda dengan membandingkannya dengan berat yang telah ditentukan. Tujuan latihan ini adalah untuk menyeimbangkan timbangan dengan mendapatkan berat yang sama dari kedua sisi timbangan. Bila tidak seimbang, salah satu sisi timbangan tentu kekurangan berat.
Pada masa keemasannya, Raja Belsyazar mengadakan pesta besar untuk para pembesar, istri, dan gundiknya. Karena arogansi yang tidak tanggung-tanggung, ia menyajikan minuman anggur dengan menggunakan piala-piala yang diambil dari Bait Allah.
Belsyazar tidak menghormati Tuhan karena kekayaan dan kekuasaannya di bumi. Namun Allah tidak memandang kekayaan Belsyazar sebagai hal yang berbeda. Kekuasaan dan pengaruhnya di bumi tidak dapat melindungi harta maupun nyawanya.
Salah satu kata yang Allah berikan kepada Belsyazar adalah “tekel”, yang berarti “tuanku ditimbang dengan neraca dan didapati terlalu ringan”. Malam itu juga Belsyazar kehilangan nyawanya. Dihadapkan dengan standar Allah, ia ditemukan berkekurangan dan tidak mempunyai berat yang cukup di mata Allah.
Walau mungkin kita tidak menikmati gaya hidup semewah Raja Belsyazar, kita matut menjadi bijak dalam bagaimana kita hidup. Entah sengaja atau tidak, seringkali kita menempatkan rasa aman kita pada harta material dan tidak mengacuhkan Allah. Dengan mudah kita lupa apakah yang sungguh-sungguh berarti karena dikelilingi dengan rumah, mobil dan harta kekayaan kita.
Renungkanlah sejenak. Sudahkah aku “menanamkan modal”ku pada hal yang kekal, atau pada apa yang ada di dunia ini yang akan musnah?
Kekayaan dan kekuasaan di dunia ini akan berlalu. Suatu hari Raja Belsyazar minum-minum dengan piala emas, esoknya ia mati.
Hari ini, marilah kita mengambil tindakan sadar memusatkan perhatian untuk mencapai standar rohani yang dikehendaki Allah, ketimbang mengejar standar dunia. Semakin kita terus memperbarui fokus kita setiap hari, semakin kecil jarak antara kita dan kehendak Allah.
Sampai ketika harinya tiba bagi kita untuk ditimbang dengan standar-Nya, mari kita terus mengevaluasi diri kita dengan bertanya, seberapa timpangnyakah aku dalam timbangan-Nya? Apakah aku akan ditemukan cukup dalam timbangan Allah?
Renungan:
Apakah hal yang membuat sebuah hidup berharga di mata Allah, agar Ia tidak menemukan kita “terlalu ringan”? Di manakah Anda menempatkan harga dan nilai Anda?