Berfirmanlah Allah: “Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam. Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, dan sebagai penerang pada cakrawala biarlah benda-benda itu menerangi bumi.” Dan jadilah demikian.
Kejadian 1:14-15
Allah menciptakan matahari, bulan dan bintang-bintang di awal penciptaan, dan sekarang, pada hari ke-empat, Ia menyatakan sebuah tujuan untuk mereka. Terang-terang ini akan menandai musim, hari dan tahun, dan mereka akan berkuasa atas siang dan malam. Saat bulan berputar mengelilingi bumi, dan bumi berputar mengelilingi matahari sembari berputar pada sumbunya, kita mengalami siang dan malam dan juga musim-musim. Dari hubungan bumi dengan matahari kita dapat memperoleh pengukuran waktu. Maka, matahari, bulan dan bintang adalah tanda-tanda ilahi yang menyadarkan kita akan berjalannya waktu. Mereka juga mengajarkan tentang sifat Allah.
Alkitab mengatakan kepada kita, bahwa ciptaan-ciptaan Allah untuk menandai siang dan malam adalah sebuah proklamasi akan kesetiaan-Nya:
“Beginilah firman TUHAN: Jika kamu dapat mengingkari perjanjian-Ku dengan siang dan perjanjian-Ku dengan malam, sehingga siang dan malam tidak datang lagi pada waktunya, maka juga perjanjian-Ku dengan hamba-Ku Daud dapat diingkari, sehingga ia tidak mempunyai anak lagi yang memerintah di atas takhtanya; begitu juga perjanjian-Ku dengan orang-orang Lewi, yakni imam-imam yang menjadi pelayan-Ku.” (Yer. 33:20-21)
Menurut janji Mesias ini, seperti perjanjian Allah dengan siang dan malam tidak dapat berubah, perjanjian Allah akan kasih karunia kepada umat-Nya juga tidak akan pernah dihapus. Terbit dan terbenamnya matahari setiap hari dan pergantian musim setiap tahun, keduanya bersaksi tentang kesetiaan kasih Allah. Apabila segala ciptaan di bumi dapat bergantung pada hukum alam ciptaan Allah yang konsisten, maka sudah barang tentu kita dapat bergantung pada kasih karunia-Nya yang tidak berakhir!
Kita juga dapat belajar dari ciptaan-ciptaan Allah untuk mengukur waktu dan musim, bahwa Ia maha kuasa. Ciptaan-ciptaan-Nya bersaksi:
“Bahkan burung ranggung di udara mengetahui musimnya, burung tekukur, burung layang-layang dan burung bangau berpegang pada waktu kembalinya, tetapi umat-Ku tidak mengetahui hukum TUHAN.” (Yer. 8:7)
Allah menyayangkan kedegilan umat-Nya pada hukum-hukum-Nya. Meskipun burung-burung di udara menyadari dan mengikuti tanda-tanda musim, kita seringkali mengabaikan pengajaran yang ingin Allah ajarkan kepada kita. Kiranya setiap hari yang baru dan setiap musim mengingatkan kita bahwa Allah adalah Tuhan atas kehidupan kita. Mari kita mengikuti kehendak Allah bagi kita dengan mengikuti perintah-Nya dan tunduk pada jalan-Nya dan waktu-Nya.