Di zaman sekarang ini, semua orang sibuk. Mudah sekali mencari-cari alasan untuk membolos kebaktian atau melewatkan kesempatan untuk berbuat baik. Kadang-kadang sebenarnya kita ingin menolong, tetapi kita takut mengalami kerugian saat menolong orang lain. Yesus memperingatkan di Matius 24:12, “Dan karena makin bertambahnya kedurhakaan, maka kasih kebanyakan orang akan menjadi dingin”.

Dalam perumpamaan orang Samaria yang baik, orang Samaria tidak mencari-cari alasan untuk menimbun belas kasihannya. Alkitab berkata bahwa ia berbelas kasihan ketika ia melihat orang yang terluka (Luk. 10:33-35). Orang Samaria, yang dibenci orang-orang Yahudi, dapat memperlihatkan kasih. Sebaliknya, imam kepala dan orang Lewi pura-pura tidak tahu saat mereka lewat. Walaupun mempunyai status dan pengetahuan, mereka tidak mempunyai kasih. Mereka tidak mau merepotkan diri mereka untuk menolong orang lain.

“Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya? Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perbuatan dan dalam kebenaran” (1Yoh. 3:17-18).

Mengasihi dengan perbuatan dan kebenaran melibatkan rasa belas kasihan pada jiwa orang lain. Melakukan yang baik tidak semata-mata membantu dalam hal materi, tetapi juga menolong kelaparan jiwa mereka. Saat seseorang mengetahui injil, kita harus menuntun dia kepada kebenaran dan membantunya membangun iman yang benar. Menginjil dan menumbuhkan iman seseorang membutuhkan banyak tenaga. Paulus membahas usaha ini, “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada kesempurnaan dalam Kristus. Itulah yang kuusahakan dan kupergumulkan dengan segala tenaga sesuai dengan kuasa-Nya, yang bekerja dengan kuat di dalam aku” (Kol. 1:28-29). Mari kita tidak mencari-cari alasan dan memendam belas kasihan kita pada orang lain.

Renungan:
Apakah kita telah mengabaikan perbuatan baik karena takut terluka atau merepotkan diri kita sendiri? Apakah ada yang dapat kita lakukan hari ini, atau minggu ini, untuk menunjukkan kasih kita?