Dalam dunia yang serba cepat dan sadar akan pentingnya waktu, kesabaran untuk menunggu seringkali hilang dalam kehidupan sehari-hari. Dalam doa singkat kita, secara terburu-buru kita meminta Allah untuk membimbing dan menyelesaikan semua masalah kita, mengharapkan perdamaian dan kesejahteraan dari-Nya. Sayangnya, kita tidak menunggu untuk mendengar jawaban Allah sebelum kita menutup doa dengan ucapan syukur singkat, banyak pernyataan “Tuhan, tolong bimbing saya”, dan kata penutup “Amin”.

 

Seperti Saul, kita percaya pada pemeliharaan Allah tetapi kurang sabar. Jika Saul menunggu lebih lama sedikit, dia tidak akan kehilangan kerajaannya (1 Sam 13:14) dan yang paling penting Saul tidak akan kehilangan bantuan dan bimbingan Allah. Seiring kumpulan orang Filistin berkumpul untuk menyerang dan rakyatnya sendiri mulai terpencar, Saul menjadi putus asa untuk mengharapkan bantuan. Namun Allah adalah Maha Kuasa dan bisa mengendalikan alam semesta hanya dengan satu ucapan. Bahkan jika Samuel tidak pernah datang, orang Filistin tidak akan berdaya menghadapi Saul yang sabar dan taat. Sebab seperti Musa mendorong Israel, Allah menjanjikan “berkat, apabila kamu mendengarkan perintah TUHAN, Allahmu, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini; (Ul 11:27)”

 

Kita tahu betapa pentingnya bimbingan dan perlindungan Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. Namun kita terburu-buru diri untuk bekerja, pergi ke bank, pergi ke toko makanan. Melalui setiap persimpangan dalam hidup, kita berharap Tuhan untuk mengarahkan jalan kita, tetapi kita sering menjadi tidak sabar dalam menghadapi lika-liku kehidupan. Allah telah memetakan setiap rintangan (Job 13:27) -Dia memiliki waktu-Nya sendiri. Kita harus belajar untuk berhenti, bernapas, dan menunggu.

 

Waktu hanya mementingkan diri sendiri dan tidak akan berhenti untuk siapapun. Tapi Tuhan menghibur kita dengan janji bahwa “Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia” (Roma 8:28). Mengasihi Tuhan meliputi mempercayai keputusan-Nya dan mengambil waktu untuk berdoa dengan ketekunan untuk pernyataan dari kehendak ilahi-Nya. Sebagian besar dari kita putus asa setelah seminggu dalam keheningan, meyakinkan diri sendiri bahwa Tuhan tidak ada dalam hidup kita, dan kembali hanyut ke dalam gelombang dunia yang penuh kesibukan.

 

Rasul Paulus menasihati, “Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur.” (Filipi 4: 6). Dengan doa di pihak kita, kita hanya perlu sabar menunggu suara Tuhan dan menantikan balasan-Nya. Kadang-kadang Tuhan mengingatkan kita untuk lebih sabar dan percaya dalam hiruk pikuk kehidupan kita, karena “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya.” (Pengkhotbah 3: 1).