SAUH BAGI JIWA
Dalam Masa Lajang
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu” (Mazmur 119:9)
“Dengan apakah seorang muda mempertahankan kelakuannya bersih? Dengan menjaganya sesuai dengan firman-Mu” (Mazmur 119:9)
Pernikahan adalah salah satu hal yang sangat dihargai dan dianggap sakral dalam banyak budaya dan agama, termasuk dalam ajaran Kristen. Sering kali orang beranggapan bahwa orang harus segera menikah karena pernikahan dianggap sebagai tanda kedewasaan, kebahagiaan, dan pemenuhan hidup. Tekanan ini dapat datang dari keluarga, masyarakat, bahkan lingkungan gereja, sehingga banyak yang merasa bahwa menikah adalah suatu keharusan atau tolok ukur kesuksesan hidup. Namun, perspektif ini dapat mengaburkan pandangan tentang tujuan hidup yang lebih besar dalam iman Kristen, yaitu untuk bertumbuh dan melayani Tuhan.
Oleh karena itu, kita perlu menyesuaikan kembali sikap kita terhadap hubungan pria dan wanita demi kebaikan semua pihak dan akhirnya demi kemuliaan Tuhan. Salah satu poin penting yang perlu kita renungkan adalah mengenai sikap kita dalam menghargai waktu.
Efesus 5:16 menuliskan, “Dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat.” Tuhan tidak menoleransi waktu yang terbuang. Kita harus menggunakan karunia-Nya ini dengan bijaksana.
Pada saat hamba Abraham mencarikan pasangan bagi Ishak, ia bertemu dengan Ribka yang selanjutnya memberi minum unta-unta. Sama seperti Ribka, kita semua memiliki unta yang harus diurus–hubungan saat ini dengan teman dan keluarga, pekerjaan, tugas sekolah, pelayanan di gereja, dan lain-lain. Sama halnya, di saat kita menjalani dengan benar dan penuh kesungguhan tugas-tugas dan tanggung jawab kita sehari-hari semasa lajang dalam keluarga, sekolah, kuliah, pekerjaan, bermasyarakat dan bergereja; hal ini justru dapat menjadi batu loncatan yang mendukung kita untuk menjadi pribadi yang mandiri, bertanggung jawab dan tidak pantang menyerah di saat kita mencari pasangan hidup yang sesuai dengan bimbingan Tuhan.
Jika kita memilih untuk tidak menjalani hubungan saat ini, orang-orang mungkin akan bertanya-tanya mengapa kita tidak melakukannya. Kita tidak perlu membela diri atau pun membenarkan diri melalui argumen-argumen kita dari orang-orang yang mempertanyakan kelajangan kita. Prinsip bahwa masa lajang adalah masa bagi kita untuk mempersiapkan diri menuju kemandirian jasmani, mental dan rohani; cukup kita simpan di dalam hati dan bagikan jika perlu kepada mereka yang memang sungguh-sungguh peduli menanyakan kondisi yang sedang kita jalani.
Namun ketika pernikahan benar-benar terjadi dalam kehidupan kita, ingatlah bahwa itu bukan tahapan terakhir dalam kehidupan kita. Kita masih berada dalam proses pemurnian. Konflik mungkin terjadi, tapi Tuhan menggunakan api pernikahan tersebut untuk memperbaiki kita dan membuat kita menjadi semakin menyerupai Kristus.
Persiapan untuk pernikahan adalah hasil tambahan dari pertumbuhan dalam kedewasaan dan keserupaan dengan Kristus. Waktu kita sebagai seorang lajang bukanlah masa menunggu dengan sia-sia; melainkan kesempatan bagi kita untuk melayani-Nya, untuk bertumbuh dalam iman dan karakter. Jadi sementara itu, kita tidak perlu mengkhawatirkan masa lajang kita, tapi lakukanlah sesuatu dalam masa lajang ini.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?
Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 8-9 November 2025
1. Bacalah renungan “PENCEMAR HATI”
2. Pikirkanlah contoh dalam kehidupan sehari-hari, bagaimanakah seseorang yang hatinya dicemarkan oleh hawa nafsu duniawi? Setiap anggota keluarga boleh berbagi.
3. Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu kita untuk dapat menjaga hati kita dengan segala kewaspadaan.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.