SAUH BAGI JIWA
Pertobatan Sejati
“Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kisah Para Rasul 17:30)
“Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat” (Kisah Para Rasul 17:30)
Dunia ini dikuasai dosa. Ada banyak orang yang melakukan kejahatan dan bahkan mereka mungkin tidak merasa bersalah. Namun, kita perlu ingat bahwa suatu hari kita akan menghadapi penghakiman Tuhan. Kematian jasmani bukanlah yang paling mengerikan. Apabila seseorang meninggal setelah mengidap penyakit tertentu, mungkin saat-saat terakhir akan terasa menyakitkan, tapi setelah napas terakhir diembuskan, semua sudah selesai. Berbeda dengan penghakiman Tuhan. Jika seseorang dinyatakan tidak lolos untuk masuk ke dalam Kerajaan-Nya, maka selamanya orang tersebut tidak akan masuk ke sana dan tinggal dalam neraka selamanya.
Maka dari itu, mari kita segera memperbaiki hubungan kita dengan Tuhan dengan cara mau bertobat dengan bersungguh-sungguh. Jangan sampai kita melakukan pertobatan palsu. Dalam Matius 3:7, dituliskan ada banyak orang Farisi dan orang Saduki yang datang untuk dibaptis. Namun Yohanes berkata, “Hai kamu keturunan ular beludak. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?” Dari mata manusia, perbuatan orang Farisi dan orang Saduki yang hendak dibaptis mungkin terlihat baik. Tapi dengan mata rohani, Yohanes melihat kepalsuan mereka dan mereka tidak bersungguh-sungguh bertobat.
Kalimat Yohanes tersebut menyatakan bahwa mereka tidak berubah sama sekali. Ini sama seperti jika kita meminta maaf dan mengatakan bahwa kita akan berubah, tapi besoknya melakukan hal yang sama lagi. Yohanes juga menyatakan bahwa tidak ada kesedihan atau penyesalan dalam hati mereka. Mereka mencari-cari alasan dari perbuatan mereka. Mereka membenarkan diri sendiri dengan menyalahkan lingkungan. Apakah kita juga berbuat seperti ini, membenarkan perbuatan kita dengan menyalahkan keadaan, lingkungan, atau orang lain?
Pertobatan sejati melibatkan perubahan pola pikir kita yang merubah hati dan tindakan. Terkadang kita berpikir bahwa suara mayoritas sudah pasti benar. Padahal jalan yang dilalui banyak orang belum tentu baik–bisa saja membawa kita kepada kebinasaan. Agar kita dapat merubah pola pikir, kita harus mengakui dosa-dosa kita. Jika kita masih merasa diri kita benar, maka itu berarti kita belum bertobat.
Dalam perumpamaan anak hilang, si anak bungsu meminta warisan dan pergi jauh berfoya-foya. Begitu hartanya habis, dia melarat dan menjadi penjaga babi–ia berada di titik terendah. Ia sadar telah menyakiti ayahnya dan ia bangun dari kesalahannya. Kiranya kita dapat belajar dari perumpamaan ini bahwa penderitaan dapat menjadi pengingat bagi kita untuk bertobat.
Selain itu, kita juga dapat belajar dari perumpamaan tersebut bahwa hati kita perlu diubah untuk mencapai pertobatan sejati. Si bungsu dulu memberikan hati pada teman-temannya, dan setelah bertobat ia memberikan hatinya pada ayahnya. Apakah kita juga memberikan hati pada dunia? Apakah saat karier kita semakin baik, kita menjadi lupa akan Tuhan?
Terakhir, hasilkanlah buah yang sesuai dengan pertobatan. Setelah kita mengetahui kesalahan yang telah kita buat, kita dapat belajar untuk mengakuinya di hadapan Tuhan dan tidak menyangkalnya. Lalu, kita lakukan pertobatan sejati dengan bersungguh-sungguh berusaha untuk memperbaiki kesalahan kita sebelumnya. Kiranya Tuhan membantu kita dalam melakukan pertobatan sejati ini. Haleluya!
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 23-24 Agustus 2025
- Bacalah renungan “MELIHAT DIRI MELALUI PANDANGAN TUHAN”
- Apakah Tuhan inginkan dari kita, sebagai orang-orang percaya, untuk kita raih dalam kehidupan kita? Mengapa hal tersebut berbeda dengan apa yang dikejar oleh kebanyakan orang? Setiap anggota keluarga dapat berbagi pendapatnya.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus membantu agar kita dapat mencari terlebih dahulu Kerajaan Allah dan kebenaran-Nya.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.