SAUH BAGI JIWA
Satir Menohok
Bacaan Alkitab Harian –
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 23 Jul 2025
“Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan”
“Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan. Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan”
Beberapa kali Tuhan Yesus menyatakan sindiran–atau sering juga disebut satir kepada orang-orang tertentu dengan perumpamaan. Tujuannya tentu untuk menyadarkan para pendengar. Satir biasanya berupa sindiran yang halus namun menusuk atau menohok dan yang pada akhirnya akan membuat pendengar paham dan sadar.
Perumpamaan tentang orang Samaria yang murah hati adalah salah satu satir yang sangat menohok, terutama bagi para petinggi agama pada saat itu. Perumpamaan ini juga masih sangat relevan untuk para kaum religius saat ini. Dalam perumpamaan ini, Tuhan Yesus membandingkan tiga status manusia menurut golongannya saat berhadapan dengan orang lain yang kondisinya sedang buruk dan membutuhkan pertolongan.
Perumpamaan ini dimulai dengan pertanyaan seorang ahli Taurat tentang cara untuk memperoleh hidup yang kekal. Ketika sampai pada pernyataan tentang perlunya untuk mengasihi sesama manusia seperti diri sendiri, maka muncullah pertanyaan tentang siapa sesama manusia itu. Akhirnya, Yesus menjawab dengan sebuah perumpamaan tentang seseorang yang dirampok habis-habisan oleh penyamun serta dipukuli sampai setengah mati.
Kemudian ada lewat beberapa orang. Dimulai dengan seorang imam, tokoh agama yang bertugas di rumah Tuhan–saat ini mungkin sebanding dengan seorang pendeta, penatua, atau diaken. Lalu lewat juga orang Lewi–saat ini mungkin sebanding dengan pengerja, pengurus, aktivis, atau pekerja penuh waktu gereja. Namun sangat disayangkan, bahwa keduanya adalah orang yang mengerti kebenaran dan merupakan rohaniawan, tapi perilakunya tidak mencerminkan hal tersebut. Mereka hanya melewati orang yang membutuhkan pertolongan itu dan tidak menolongnya.
Lalu lewatlah orang Samaria, satu golongan bangsa yang tidak bisa diterima di lingkungan orang-orang Yahudi. Mereka bahkan sering dianggap rendah dan dikucilkan, karena mereka sering disetarakan sebagai orang berdosa. Namun sekalipun orang Samaria digolongkan seperti itu, perbuatan baiknya justru melebihi orang-orang yang dianggap sebagai orang benar. Ia menolong orang yang membutuhkan pertolongan tersebut dengan merawatnya dan membawanya ke tempat penginapan.
Ada orang bertanya, “Lebih baik mana: orang beragama tapi buruk perbuatannya atau orang tidak beragama tapi baik perbuatannya?” Saudaraku, perumpamaan ini bukan sedang mengajarkan untuk tidak perlu menjadi orang yang percaya Tuhan dan yang diperlukan hanyalah perbuatan baik. Dalam perumpamaan ini, Yesus sedang menyindir orang yang tingkat rohaninya tinggi namun perbuatannya tidak sesuai. Orang yang tingkat rohaninya tinggi diharapkan juga mempunyai perbuatan baik yang tinggi.
Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya mati. Maka iman harus bekerja sama dengan perbuatan, dengan begitu iman menjadi sempurna (Yak 2:22, 26). Tuhan Yesus menetapkan nilai tinggi untuk sebuah kebenaran. Kita harus berjuang untuk menjadi sempurna karena Bapa yang di surga adalah sempurna (Mat 5:48). Maka, jangan hanya benar dalam hal pengetahuan teologi saja, tapi kita juga harus benar dalam hal perbuatan. Kiranya Tuhan Yesus selalu menyertai kita.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Orang Samaria yang murah hati
25 Pada suatu kali berdirilah seorang ahli Taurat untuk mencobai Yesus, katanya: ”Guru, apa yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?”
26 Jawab Yesus kepadanya: ”Apa yang tertulis dalam hukum Taurat? Apa yang kaubaca di sana?”
27 Jawab orang itu: ”Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap kekuatanmu dan dengan segenap akal budimu, dan kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.”
28 Kata Yesus kepadanya: ”Jawabmu itu benar; perbuatlah demikian, maka engkau akan hidup.”
29 Tetapi untuk membenarkan dirinya orang itu berkata kepada Yesus: ”Dan siapakah sesamaku manusia?”
30 Jawab Yesus: ”Adalah seorang yang turun dari Yerusalem ke Yerikho; ia jatuh ke tangan penyamun-penyamun yang bukan saja merampoknya habis-habisan, tetapi yang juga memukulnya dan yang sesudah itu pergi meninggalkannya setengah mati.
31 Kebetulan ada seorang imam turun melalui jalan itu; ia melihat orang itu, tetapi ia melewatinya dari seberang jalan.
32 Demikian juga seorang Lewi datang ke tempat itu; ketika ia melihat orang itu, ia melewatinya dari seberang jalan.
33 Lalu datang seorang Samaria, yang sedang dalam perjalanan, ke tempat itu; dan ketika ia melihat orang itu, tergeraklah hatinya oleh belas kasihan.
34 Ia pergi kepadanya lalu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya.
35 Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali.
36 Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?”
37 Jawab orang itu: ”Orang yang telah menunjukkan belas kasihan kepadanya.” Kata Yesus kepadanya: ”Pergilah, dan perbuatlah demikian!”
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
