SAUH BAGI JIWA
Gaya Kepemimpinan yang Diberkati Tuhan
[su_icon icon=”icon: calendar” color=”#d19636″ size=”18″ shape_size=”4″ radius=”36″] Renungan Tanggal: 06 Jul 2025
“…sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja” (Keluaran 18:18b)
“…sebab pekerjaan ini terlalu berat bagimu, takkan sanggup engkau melakukannya seorang diri saja” (Keluaran 18:18b)
Dalam perjalanan bangsa Israel keluar dari Mesir, kita dapat melihat dua gaya kepemimpinan yang sangat kontras. Ada Firaun sebagai pemimpin otoriter, dan di satu sisi lainnya ada Musa yang belajar menjadi pemimpin partisipatif.
Firaun mengandalkan kekuasaan mutlak. Ia tidak mau mendengarkan suara rakyat, bahkan menindas mereka agar tetap berada di bawah kendalinya. Ketika Musa dan Harun menyampaikan pesan Tuhan, Firaun bersikap keras hati. Ia menolak untuk mendengar mereka, bahkan menambah beban kerja orang Israel (Kel 5:6-9). Gaya kepemimpinan semacam ini dapat menimbulkan penderitaan, kekacauan, dan pada akhirnya kehancuran bagi Mesir.
Sebaliknya, Musa, yang awalnya menangani semua perkara sendiri, terbuka terhadap nasihat dari Yitro, mertuanya. Ia bersedia mengubah pendekatannya dengan melibatkan orang-orang yang cakap untuk memimpin kelompok-kelompok yang lebih kecil. Ia tidak mempertahankan kendali penuh, melainkan mendelegasikan tanggung jawab dan memercayakan kepemimpinan kepada orang lain (Kel 18:21-22). Musa mengadopsi gaya manajemen partisipatif dan hasilnya adalah bangsa Israel dapat berjalan lebih tertib, serta Musa juga tidak merasa kelelahan dalam memimpin.
Dari sini kita dapat belajar bahwa kepemimpinan yang bijaksana bukanlah tentang siapa yang paling kuat atau siapa yang paling berhak mengambil keputusan. Pemimpin yang bijaksana adalah pemimpin yang dengan rendah hati mau melibatkan orang lain. Tuhan memberkati pemimpin yang mau mendengar, berbagi tanggung jawab, dan rela mengutamakan kesejahteraan umat di atas kepentingan pribadi.
Apakah pada saat ini kita adalah seorang pemimpin, baik di rumah, di tempat kerja, di sekolah, atau bahkan di gereja dalam bentuk suatu pelayanan? Apakah kita lebih sering memimpin seperti Firaun yang memaksakan kehendaknya? Atau apakah kita seperti Musa yang bersedia mendengar, berbagi tanggung jawab, dan memahami kondisi orang lain?
Baik kita telah mempunyai tugas sebagai seorang pemimpin atau kita baru akan memimpin kelak, marilah kita meneladani Musa. Ketika kita terbuka dan bersedia melibatkan orang lain dan lebih memahami keterbatasan pengetahuan dan keterbatasan waktu mereka, kita memberi ruang bagi Tuhan untuk bekerja melalui tim, bukan hanya melalui diri sendiri.
Kita juga dapat memohon kepada Tuhan untuk mengajarkan kita bagaimana menjadi pemimpin yang rendah hati. Jangan biarkan kita terjebak dalam kesombongan atau keinginan untuk mengontrol segalanya sendiri. Tumbuhkanlah dalam hati kita sikap terbuka dan kasih yang mengutamakan kepentingan sesama. Kiranya Tuhan Yesus selalu menyertai kita. Amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Apakah sudah melakukan Mezbah Keluarga pada minggu ini?

Berikut ini adalah Saran Pertanyaan untuk sharing Mezbah Keluarga
Sharing Mezbah Keluarga
Tanggal: 5-6 Juli 2025
- Bacalah renungan “BERHIKMAT DALAM MENCERNA BERITA”
- Pernahkah Anda mendapatkan informasi yang salah, namun Anda percaya kepada informasi yang salah tersebut? Setiap anggota keluarga bisa berbagi pengalamannya.
- Berdoalah bersama-sama. Mohon Tuhan Yesus memberikan hikmat sehingga kita bisa membedakan mana kehendak Allah, apa yang benar dan apa yang berkenan kepada-Nya.
-
- Durasi 60 menit dan waktu pelaksanaan bebas sesuai kesepakatan keluarga.
- Pembukaan:
- Dalam nama Tuhan Yesus mulai Mezbah Keluarga
- Doa dalam hati & menyanyikan 1 Lagu Kidung Rohani
- Membaca/ mendengarkan SBJ hari Sabtu/ Minggu.
- Sharing & diskusi keluarga:
- Apakah ayat atau bahan bacaan dalam seminggu yang paling berkesan.
- Adakah pengalaman rohani/ kesaksian pribadi yang berkenaan dengan bacaan yang berkesan.
- Adakah bagian bacaan yang tidak dimengerti? Jika diperlukan dapat ditanyakan kepada pendeta/ pembimbing rohani setempat.
- Apakah tantangan yang akan dihadapi dan bagaimana supaya dapat melakukan pengajaran dalam kehidupan sehari-hari.
- Penutup:
- Saling berbagi pokok doa keluarga dan gereja.
- Berlutut berdoa dan memohon kepenuhan Roh Kudus.