SAUH BAGI JIWA
Sampai Akhir Perjalanan
Bacaan Alkitab Harian –
“Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir”
“Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir”
Ketika kita menonton sebuah film, kemungkinan besar kita mengharapkan akan adanya akhir yang bahagia. Demikian pula dalam hidup ini, kita juga tentu menginginkan sebuah akhir yang bahagia dalam kehidupan kita di dunia ini. Ketika kita ditanya oleh guru di sekolah atau di gereja, “Apakah kamu ingin masuk ke surga atau neraka setelah meninggal?” Dengan mudah dan pasti kita akan menjawab, “Surga.”
Alkitab mencatatkan bahwa Yusuf, seorang yang beriman mengalami berbagai tantangan, jatuh dan bangun dalam perjalanan hidupnya. Hal ini merupakan sebuah cerminan bagi kehidupan kita sekarang. Kita hidup di zaman yang memiliki begitu banyak tantangan. Kadang kita merasa tidak dihargai, seperti saat Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya. Kadang kita difitnah padahal tidak bersalah, seperti saat Yusuf dipenjara karena fitnah istri Potifar. Namun di tengah semua itu, Yusuf tetap setia dan percaya kepada Tuhan.
Kesetiaan Yusuf adalah suatu teladan yang nyata bagi kita. Tuhan memang menginginkan kita agar tetap beriman dalam menjalani hidup bersama dengan-Nya ini, sama seperti Yusuf yang masih beriman sampai kematiannya (Ibr 11:22).
Bagi kita, orang-orang yang percaya kepada Tuhan Yesus, sesungguhnya akhir kehidupan Yusuf merupakan sebuah akhir dari perjalanan hidup yang kita idam-idamkan. Hidup bersama Tuhan, mati juga bersama Tuhan.
Yusuf tidak ingin dikuburkan di tanah Mesir, yang bukan merupakan tanah perjanjian untuk nenek moyangnya. Sebuah iman yang sangat baik bahwa Yusuf percaya Tuhan tidak pernah mengingkari janji-Nya kepada Abraham, Ishak, dan Yakub, yaitu bahwa tanah perjanjian pasti didapatkan oleh keturunan-keturunannya.
Tidak berhenti sampai di sana, Yusuf juga ingin tulang-belulangnya dikuburkan di tanah perjanjian, bukan di tanah Mesir yang penuh dengan dosa. Hal ini menggambarkan bahwa Yusuf ingin masuk ke tanah air sorgawi, yaitu surga. Imannya melampaui hal-hal duniawi dan tertuju kepada janji kekal. Bukan secara fisik mendapatkan tanah perjanjian, namun ia berhasil mendapatkan tanah air sorgawi.
Kita juga mempunyai target untuk masuk ke dalam kerajaan surga suatu saat nanti, setelah kita meninggal. Namun untuk mencapainya, ingatlah bahwa kita harus tetap hidup bersama-sama dengan Tuhan meskipun ada tantangan yang menghadang. Hendaklah kita tetap beriman kepada Tuhan sampai akhir karena kerajaan surga merupakan impian dan akhir yang bahagia bagi kita. Marilah kita teladani Yusuf yang tetap percaya meskipun keadaan hidupnya tidak selalu mudah. Segala kemuliaan hanya bagi nama Tuhan, amin.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Kejadian 50:22-26
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
Yusuf meninggal
22 Adapun Yusuf, ia tetap tinggal di Mesir beserta kaum keluarganya; dan Yusuf hidup seratus sepuluh tahun.
23 Jadi Yusuf sempat melihat anak cucu Efraim sampai keturunan yang ketiga; juga anak-anak Makhir, anak Manasye, lahir di pangkuan Yusuf.
24 Berkatalah Yusuf kepada saudara-saudaranya: ”Tidak lama lagi aku akan mati; tentu Allah akan memperhatikan kamu dan membawa kamu keluar dari negeri ini, ke negeri yang telah dijanjikan-Nya dengan sumpah kepada Abraham, Ishak dan Yakub.”
25 Lalu Yusuf menyuruh anak-anak Israel bersumpah, katanya: ”Tentu Allah akan memperhatikan kamu; pada waktu itu kamu harus membawa tulang-tulangku dari sini.”
26 Kemudian matilah Yusuf, berumur seratus sepuluh tahun. Mayatnya dirempah-rempahi, dan ditaruh dalam peti mati di Mesir.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
