SAUH BAGI JIWA
Kerinduan Yang Mengalahkan Kesalahan
Bacaan Alkitab Harian –
“Lalu segeralah Yusuf pergi dari situ, sebab hatinya sangat terharu merindukan adiknya itu, dan dicarinyalah tempat untuk menangis; ia masuk ke dalam kamar, lalu menangis di situ” (Kejadian 43:30)
“Lalu segeralah Yusuf pergi dari situ, sebab hatinya sangat terharu merindukan adiknya itu, dan dicarinyalah tempat untuk menangis; ia masuk ke dalam kamar, lalu menangis di situ” (Kejadian 43:30)
Kisah Yusuf adalah sebuah kisah kebencian, kejahatan, dan pengkhianatan yang dilakukan saudara-saudaranya kepadanya–sebuah perbuatan yang tidak dapat dibenarkan dari sisi mana pun. Perbuatan mereka mendatangkan kesulitan bagi diri mereka sendiri, mendatangkan kesedihan bagi ayah mereka, dan tentunya juga mendatangkan penderitaan bagi Yusuf. Karena perbuatan mereka, Yusuf harus menjalani kehidupan yang penuh kesulitan dan penderitaan. Dia dijual sebagai budak, bekerja di rumah Potifar, difitnah sehingga masuk ke dalam penjara, sampai dilupakan oleh juru minuman.
Setelah melalui berbagai kesulitan dan penderitaan itu, akhirnya Tuhan mengangkat Yusuf dengan menempatkan dia di posisi yang sangat tinggi di kerajaan Mesir. Seorang budak yang dipenjara menjadi seorang mangkubumi di Mesir.
Ketika terjadi kelaparan di seluruh negeri, saudara-saudara Yusuf juga tertimpa bencana kelaparan itu, sehingga mereka harus pergi untuk mencari tempat yang masih ada makanan. Saat mereka pergi ke Mesir untuk membeli makanan, Yusuf-lah yang harus mereka temui untuk membeli makanan. Ini merupakan suatu situasi yang sangat ironis. Orang yang pernah berbuat jahat kepada Yusuf membutuhkan pertolongan dari Yusuf. Di posisi ini, sebenarnya Yusuf mempunyai kesempatan untuk membalas perbuatan saudara-saudaranya kepadanya dulu.
Namun, apa yang dilakukan Yusuf dalam kondisi seperti ini? Dituliskan dalam ayat 30 dan 31, bahwa ia segera pergi dan menangis, lalu ia menghidangkan makanan kepada mereka. Kedua ayat ini menunjukkan betapa besar kerinduan Yusuf kepada saudara-saudaranya itu, sehingga ia tidak dapat menahan diri untuk tidak meneteskan air mata. Bukannya menghukum saudara-saudaranya, ia malah menghidangkan makanan bagi mereka. Rasa rindu Yusuf untuk makan bersama dengan saudara-saudaranya dapat mengalahkan kesalahan yang pernah diperbuat saudara-saudaranya kepadanya.
Dalam berinteraksi dengan orang lain, kita mungkin bisa mendapati orang lain melakukan kesalahan kepada kita. Bahkan kesalahan tersebut mungkin benar-benar besar. Dan kesalahan besar ini akhirnya mungkin membuat hubungan kita dengan orang itu menjadi tidak baik. Hal seperti ini bisa terjadi dalam hubungan pertemanan, saudara, keluarga, bahkan dalam hubungan suami-istri. Ketika kita berada di pihak yang dirugikan, sering kali kita akan merasa sangat susah untuk mengampuni kesalahan orang tersebut. Perasaan memiliki hak untuk marah, keengganan untuk mengampuni, atau bahkan rencana untuk membalas perbuatan orang tersebut dapat berkecamuk dalam hati kita.
Namun kiranya kita mempertimbangkan kembali berapa lama kita akan membiarkan perasaan itu merusak hubungan kita dengan orang tersebut. Adakah kita merindukan memiliki hubungan yang baik dengan orang tersebut? Atau apakah kita mau membiarkan hubungan kita tersebut senantiasa rusak?
Karena perasaan rindunya, Yusuf tidak membalaskan perbuatan saudara-saudaranya. Karena perasaan rindunya, Yusuf melakukan inisiatif untuk memperbaiki hubungan itu. Ketika hubungan kita dengan seseorang menjadi rusak karena kesalahan orang itu kepada kita, kiranya kita tidak terlalu lama menyimpan kesalahannya dan membiarkan hubungan itu tetap tidak baik. Rindukanlah masa-masa di mana hubungan itu masih baik dan usahakanlah untuk memperbaiki hubungan itu. Kiranya Tuhan Yesus memampukan kita semua untuk dapat melakukannya.
Sauh Bagi Jiwa Sebelumnya
Gerakan Membaca Alkitab
Pelajari lebih mendalam tentang ayat bacaan hari ini
-
26
Ketika Yusuf telah pulang, mereka membawa persembahan yang ada pada mereka itu kepada Yusuf di dalam rumah, lalu sujud kepadanya sampai ke tanah.
27Sesudah itu ia bertanya kepada mereka apakah mereka selamat; lagi katanya: “Apakah ayahmu yang tua yang kamu sebutkan itu selamat? Masih hidupkah ia?”
28Jawab mereka: “Hambamu, ayah kami, ada selamat; ia masih hidup.” Sesudah itu berlututlah mereka dan sujud.
29Ketika Yusuf memandang kepada mereka, dilihatnyalah Benyamin, adiknya, yang seibu dengan dia, lalu katanya: “Inikah adikmu yang bungsu itu, yang telah kamu sebut-sebut kepadaku?” Lagi katanya: “Allah kiranya memberikan kasih karunia kepadamu, anakku!”
30Lalu segeralah Yusuf pergi dari situ, sebab hatinya sangat terharu merindukan adiknya itu, dan dicarinyalah tempat untuk menangis; ia masuk ke dalam kamar, lalu menangis di situ.
31Sesudah itu dibasuhnyalah mukanya dan ia tampil ke luar. Ia menahan hatinya dan berkata: “Hidangkanlah makanan.”
32Lalu dihidangkanlah makanan, bagi Yusuf tersendiri, bagi saudara-saudaranya tersendiri dan bagi orang-orang Mesir yang bersama-sama makan dengan mereka itu tersendiri; sebab orang Mesir tidak boleh makan bersama-sama dengan orang Ibrani, karena hal itu suatu kekejian bagi orang Mesir.
33Saudara-saudaranya itu duduk di depan Yusuf, dari yang sulung sampai yang bungsu, sehingga mereka berpandang-pandangan dengan heran.
34Lalu disajikan kepada mereka hidangan dari meja Yusuf, tetapi yang diterima Benyamin adalah lima kali lebih banyak dari pada setiap orang yang lain. Lalu minumlah mereka dan bersukaria bersama-sama dengan dia.
Apakah Anda sudah membaca Alkitab hari ini?
