Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
27. Dua Menjadi Satu
“Demikianlah mereka bukan lagi dua, melainkan satu. Karena itu, apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” (Matius 19:6)
Ketika menyaksikan seorang gadis dan seorang pemuda memasuki aula gereja untuk melaksanakan pernikahan kudus, hati kita dipenuhi dengan rasa syukur dan sukacita. Kebahagiaan tercermin pada kedua mempelai karena hati mereka diselimuti dengan cinta kasih dan harapan akan hari-hari indah untuk dinikmati bersama. Sepasang mempelai dipersatukan Tuhan menjadi sepasang suami istri dan membentuk sebuah rumah tangga adalah sesuai dengan tujuan Tuhan menciptakan manusia. Seperti Firman-Nya, “Sebab itu laki-laki akan meninggalkan ayah dan ibunya dan bersatu dengan isterinya, sehingga keduanya itu menjadi satu daging.” (Mat. 19:5)
Dua orang yang dipersatukan dalam pernikahan perlu berjuang bersama untuk mempertahankannya. Mereka harus terus mengasah kesatuan hati dengan saling menghargai dan saling mengalah. Seperti sepasang suami istri masing-masing membawa satu buah koper dan mereka harus memindahkannya ke dalam satu koper bersama. Maka mereka masing-masing harus rela membuang barang miliknya yang tidak diperlukan agar bisa dimuat dalam satu koper. Suami istri juga harus membuang ego mereka masing-masing agar bisa menyesuaikan diri dengan pasangannya ketika hidup bersama.
Seorang teman menceritakan kesedihan hatinya ketika melihat teman baiknya baru saja menikah selama enam bulan tapi sekarang sedang mempersiapkan perceraian. Permasalahan yang dihadapi hanya sederhana saja, yaitu cara kebiasaan berbelanja kebutuhan sehari-hari yang berbeda. Mereka berselisih tajam dan sampai melibatkan mertua. Mereka tidak berusaha untuk saling memahami dan saling mengalah sehingga memutuskan untuk bercerai, sesuatu hal yang dibenci Tuhan (Mal. 2:16). Dua orang dengan latar belakang yang berbeda, kepribadian yang bertolak belakang atau kebiasaan-kebiasaan yang berbeda, harus saling menyesuaikan diri sehingga dapat menghindari konflik yang akan terjadi.
Pernikahan menjadi sesuatu yang mengubah kehidupan manusia khususnya bagi dua orang yang terlibat di dalamnya. Karena itu dalam pernikahan harus ada persahabatan, seperti kita menghargai sahabat dan menaruh kasih setiap waktu dan menjadi seorang saudara dalam kesukaran. Demikian harus dijalani setiap harinya bersama dengan pasangan.
Sebagai dua orang yang menjadi satu di dalam Tuhan, kita harus menghadirkan Tuhan dalam rumah tangga kita, berdoa bersama ketika menghadapi peselisihan, saling membangun iman masing-masing dan mendidik anak-anak sesuai dengan petunjuk firman Tuhan sehingga kita mendapatkan keturunan Ilahi. Seperti firman-Nya: “Bukankah Allah yang Esa menjadikan mereka daging dan roh? Dan apakah yang dikehendaki kesatuan itu? Keturunan ilahi! Jadi jagalah dirimu! Dan janganlah orang tidak setia terhadap isteri dari masa mudanya.” (Mal. 2:15) Dengan demikian kita dapat mempertahankan pernikahan sampai ajal menjemput kita. Dengan demikian, kita kehendak-Nya dalam hati kita yaitu: “Apa yang telah dipersatukan Allah, tidak boleh diceraikan manusia.” Mari kita semua bertekad untuk mempertahankan pernikahan yang bahagia di dalam Tuhan, Haleluya, Amin.
