Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
20. Bersedih
“Pada waktu Yesus dan murid-murid-Nya bersama-sama di Galilea, Ia berkata kepada mereka: ‘Anak Manusia akan diserahkan ke dalam tangan manusia…’ Maka hati murid-murid-Nya itupun sedih sekali” (Matius 17:22-23)
Mengapa seseorang dapat bersedih? Umumnya, seseorang mengalami kesedihan ketika ia merasa kehilangan, atau keadaan yang tidak menyenangkan; sesuatu yang tak terduga, atau tidak sesuai dengan pengharapan mereka. Saat seseorang tidak dapat menerima kenyataan itu, perasaan sedih itu muncul.
Demikianlah perasaan yang dialami murid-murid Yesus pada waktu itu, ketika mereka sedang bersama-sama dengan Yesus di Galilea. Murid-murid tidak memahami alasan mengapa Tuhan turun ke dunia. Di pikiran mereka, Tuhan Yesus tidak seharusnya mengalami penderitaan. Bahkan mereka mengharapkan agar Yesus bisa tinggal lebih lama lagi bersama-sama dengan mereka. Mereka juga ingin agar Tuhan dapat lebih banyak lagi menolong orang lain, seperti menyembuhkan mereka yang sakit. Mereka berharap, keadaan menjadi lebih baik dengan adanya Tuhan Yesus.
Tetapi ketika Tuhan memberikan jawaban yang tidak sesuai dengan pengharapan mereka, saat Ia menjawab bahwa diri-Nya harus menderita, mati, dan dibangkitkan, apakah yang terjadi? Hati mereka menjadi sedih. Mereka belum memahami tujuan mulia Tuhan Yesus turun ke dunia. Sesungguhnya Tuhan harus mengorbankan diri-Nya untuk menebus dosa-dosa manusia, agar manusia dapat diselamatkan dan memperoleh pengharapan kekal. Ini lah tujuan utama Tuhan turun ke dunia.
Pada hari ini, apakah kita sudah mengerti tujuan kita percaya kepada Tuhan? Ia datang ke dunia untuk memberikan keselamatan kepada kita; Ia rela mengorbankan nyawa-Nya, menderita untuk kita, memberikan pengharapan kekal bagi kita. Apakah kita dapat menerima cara pengorbanan Tuhan yang demikian? Seringkali tanpa kita sadari, kita menjadi seperti murid-murid Tuhan Yesus, yang belum menyadari alasan mengapa kita percaya. Pada hari ini, ketika kita mengikut Tuhan, dan terjadi keadaan yang tidak sesuai dengan harapan kita, sehingga kita mengalami penderitaan, memikul salib Kristus, apakah kita mau menerima kenyataan tersebut?
Kita percaya kepada Tuhan bukan hanya untuk berbicara soal apa yang baik dan menyenangkan saja. Tetapi kita pun harus memiliki mental yang siap menderita dan memikul salib-Nya. Karena sesungguhnya, pengharapan kita bukanlah di dunia ini, tetapi pengharapan kita adalah kerajaan surga yang Tuhan janjikan bagi kita.
