Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
12. Miskomunikasi
“Bagaimana mungkin kamu tidak mengerti bahwa bukan roti yang Kumaksudkan. Aku berkata kepadamu: Waspadalah terhadap ragi orang Farisi dan Saduki.” (Matius 16:11)
Y
Pada suatu hari ada seorang anak kecil sedang menemani ayahnya berkendara di dalam mobil. Selama perjalanan si anak sering menyebutkan hal-hal yang dilihatnya kepada sang ayah. Ketika melihat burung, ia berkata, “Ayah ada burung.” Ketika melihat ada bunga pada pohon, ia berkata, “Lihat ayah, ada bunga.” Sepanjang perjalanan sang anak senantiasa menyebutkan hal yang dilihatnya.
Di tengah perjalanan, turunlah hujan lebat. Ayah dan anak ini terus melanjutkan perjalanan mereka di dalam hujan. Dan tiba-tiba sang anak berkata, “Ayah, ada air”. Ayahnya pun menjawab, “Iya nak, ada air hujan.” Namun anak kembali berkata, “Ayah ada air.” Dan ayah pun kembali menjawab, “Iya nak, kan hujan makanya ada air.” Meski sang ayah sudah menjawab, tetapi si anak kembali berkata, “Lihat yah, ada air.” Sang ayah pun mulai kesal dengan perkataan anaknya dan menjawab sambil melihat ke arah anaknya, “Nak, kalau hujan ya pasti ada…” Ayahnya tidak melanjutkan perkataannya ketika melihat baju anaknya sudah basah kuyup terkena air yang masuk ke mobilnya karena atap mobilnya yang bocor. Seketika itu juga si ayah baru memahami maksud perkataan yang disampaikan sang anak berkali-kali kepadanya.
Dalam komunikasi kita dengan orang lain, kadang-kadang terjadi miskomunikasi, atau dengan bahasa yang sederhana, salah paham. Secara lisan saja miskomunikasi ini dapat terjadi, apalagi secara tulisan. Dalam tulisan, tidak ada intonasi bicara, tempo, keras atau lembut suaranya. Semakin besar kemungkinan terjadi salah paham. Akibatnya, pesan sesungguhnya yang ingin disampaikan pun diterima secara keliru. Begitu pun yang dialami murid-murid Yesus ketika mendengar perkataan Tuhan Yesus.
Dalam Matius 16:5-12, Tuhan Yesus menasihati murid-murid-Nya untuk mewaspadai ragi orang Farisi dan orang Saduki. Namun murid-murid-Nya mengira Tuhan berkata demikian karena mereka lupa membawa roti. Mereka salah tanggap pada pesan Tuhan Yesus karena memegang sudut pandang dan kesimpulan mereka sendiri. Mereka tidak meninjau ulang atau bertanya kembali apakah sesungguhnya maksud perkataan Tuhan Yesus.
Pada hari ini, apakah kita juga mengalami ‘miskomunikasi’ dengan pesan yang Tuhan berikan melalui Alkitab? Apakah kita merasa sulit menjalankan firman Tuhan sesuai dengan yang tertulis dalam Alkitab?
Marilah kita tidak hanya menggunakan sudut pandang kita sendiri dan mengambil kesimpulan yang keliru saat melihat pesan yang Tuhan berikan kepada kita. Kiranya kita juga bersedia melihat pesan-Nya dengan sudut pandang-Nya: Mengapa Tuhan memberikan pesan itu kepada kita? Apakah untuk membebani kita? Atau apakah sesungguhnya untuk memerdekakan kita?
Kiranya kita meninjau dan merenungkan kembali pesan yang Tuhan berikan kepada kita agar tidak terjadi miskomunikasi antara kita dengan Tuhan.
