Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
5. Permohonan Yang Berkenan di Hadapan Allah
“Mereka memohon supaya diperkenankan menjamah jumbai jubah-Nya. Dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.“ (Matius 14:36)
Ketika Yesus mendarat di Genesaret, orang-orang Genesaret mengenal Dia dan mereka sangat antusias memberitakan kepada seluruh daerah itu bahwa Yesus datang ke tempat mereka. Sambutan yang luar biasa ini memperlihatkan kerinduan besar dalam diri penduduk Genesaret akan kehadiran Yesus dan sukacita karena mereka diperhatikan dan dikasihi oleh Yesus. Sukacita mereka meluap karena mereka juga mengetahui bahwa Dia mampu menyembuhkan sakit penyakit.
Bisa jadi, beberapa penduduk Genesaret telah menyaksikan mujizat penyembuhan Yesus, lalu memberitakannya kepada orang banyak. Itu sebabnya, banyak orang sakit dibawa kepada-Nya. Yesus dapat dan mau menyembuhkan. Itulah yang dipercaya oleh orang- orang Genesaret. Iman mereka pun dijawab: Yesus membiarkan mereka menjamah jumbai jubah-Nya, dan semua orang yang menjamah-Nya menjadi sembuh.
Dalam kehidupan kita, ketika kita mengalami sakit-penyakit, kesukaran dan kekuatiran dalam hidup, apakah kita mau untuk memanjatkan “permohonan” kepada Tuhan dengan iman sepenuh hati? Akan tetapi kita harus menyadari juga bahwa kadangkala “permohonan” kita kepada Tuhan akan mendapatkan 3 hal, yaitu:
Dijawab langsung oleh Tuhan, mengapa? Karena doa atau permohonan yang kita minta kepada Tuhan adalah sesuai dengan kehendak yang Allah inginkan (1Yoh. 5:14).
Tidak dijawab sama sekali oleh Tuhan, mengapa? Karena tidak sesuai dengan kehendak Allah, disebabkan lebih berorientasi kepada memuaskan keinginan kita (Yak. 4:3).
Ditunda, mengapa? Agar kita dapat menyadari dan agar Tuhan dapat menyelidiki, menguji dan mengenal setiap apa yang kita pikirkan dan jalankan, apakah sesuai dengan kehendak-Nya (Mzm. 139:23).
Setelah kita dapat memahami tiga hal ini, maka dalam setiap “permohonan” yang kita panjatkan kepada Allah, kita dapat memeriksa diri kita apakah yang menjadi penyebab “permohonan” kita tidak dijawab atau ditunda oleh Allah. Dengan demikian kita tidak menjadi kecewa, akan tetapi semakin berusaha untuk mencapai “perkenanan Allah” dalam setiap “permohonan” yang kita panjatkan.
Inilah yang seharusnya kita lakukan untuk mencapai tahapan pertumbuhan iman kerohanian dalam hal “permohonan yang berkenan dihadapan Allah”.
