Berani Melangkah Seri Injil Matius (Bag 5)
Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh pendeta, penginjil, siswa teologi dan jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
9. Kehidupan Yang Berdampak
“Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.” (Matius 15:30)
Apa yang menjadi indikator keberhasilan seseorang? Sebagian orang berkata bahwa indikator keberhasilan adalah memiliki harta yang berlimpah sehingga dapat membeli apa yang diinginkannya. Sebagian lagi berpendapat bahwa indikator keberhasilan adalah popularitas; dengan popularitas, semua pintu keberhasilan akan terbuka. Tetapi apakah dengan memiliki dua hal tadi, kehidupan kita berdampak bagi orang lain? Belum tentu. Yesus terlahir dalam keluarga yang tidak kaya. Kita dapat mengetahui hal ini ketika genap waktu pentahiran, orang tua Yesus mempersembahkan korban sepasang burung tekukur atau dua ekor anak burung merpati, yang merupakan korban persembahan bagi orang-orang miskin. “Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas?” (Mat. 13:55).
Walaupun Yesus yang tidak memiliki kekayaan materi dan popularitas, tetapi kehidupan-Nya berdampak besar bagi orang lain. Penulis Injil Matius menceritakan, “Kemudian orang banyak berbondong-bondong datang kepada-Nya membawa orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak lagi yang lain, lalu meletakkan mereka pada kaki Yesus dan Ia menyembuhkan mereka semuanya.” (Mat. 15:30). Kita dapat melihat bahwa kehadiran Tuhan Yesus sangat ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Ketika kehadiran kita tidak dinantikan orang, kemungkinan besar kehidupan kita belum memberikan dampak di hati orang tersebut.
Penulis kitab Pengkhotbah mengatakan bahwa kehidupan di bawah matahari adalah kehidupan yang melelahkan, yang selalu diwarnai oleh permasalahan hidup. Yesus menyadari bahwa tugas-Nya menjadi manusia adalah untuk memberitakan injil kerajaan Allah dan menjadi penebus dosa manusia di atas kayu salib. Dalam waktu yang singkat, Yesus berlomba untuk melakukan pekerjaan Bapa yang mengutus-Nya. Orang lumpuh, orang timpang, orang buta, orang bisu dan banyak yang lain merasakan jamahan Tuhan, agar mereka bisa percaya akan Yesus sebagai Juruselamat yang akan memberikan hidup yang kekal. “Maka takjublah orang banyak itu melihat orang bisu berkata-kata, orang timpang sembuh, orang lumpuh berjalan, orang buta melihat, dan mereka memuliakan Allah Israel.” (Mat. 15:31). Inilah kehidupan yang berhasil, tentunya adalah kehidupan yang berdampak bagi orang-orang lain.
Di bawah kolong langit ini, apakah kita sudah memberikan dampak bagi orang dain dalam kehidupan kita yang singkat? Ada banyak orang yang membutuhkan uluran tangan pertolongan kita. Sebagai anak-anak Allah, kita dipanggil untuk menjadi garam dan terang dunia. Hal yang dapat kita berikan kepada mereka adalah kebenaran firman Tuhan. Dengan firman-Nya, kabar sukacita ini dapat menyelamatkan manusia dari jurang maut. Banyak orang berbondong-bondong membutuhkan bantuan: mereka yang lumpuh rohaninya, membutuhkan bantuan agar dapat berjalan di dalam kebenaran. Orang yang buta rohaninya, tidak dapat melihat cahaya injil sebagai hal yang bernilai; mereka membutuhkan bantuan agar dapat melihat secara rohani, bahwa keselamatan adalah hal yang terpenting di bandingkan apa pun yang ada di dunia ini. Orang yang bisu rohaninya, membutuhkan bantuan agar dapat memberitakan kebaikan Tuhan dan injil-Nya agar semakin banyak jiwa dimenangkan. Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: ”Allahmu itu Raja!” (Yes 52:7)
