Kumpulan Renungan Sauh Bagi Jiwa yang ditulis oleh Para Pendeta dan Jemaat Gereja Yesus Sejati di Indonesia
9. Membangun Atau Tidak?
“‘Segala sesuatu diperbolehkan.’ Benar, tetapi bukan segala sesuatu membangun” (1 Korintus 10:23b)
Apakah Anda percaya bahwa perkataan kita dapat benar-benar mempengaruhi orang lain yang mendengarkannya? Jika perkataan yang kita keluarkan adalah perkataan yang membangun dan berguna, maka pendengarnya pun akan merasa terbangun dan senang mendengarkan perkataan tersebut. Begitu pun sebaliknya. Apabila perkataan kita adalah perkataan yang kotor dan kasar, maka itu tidak akan membangun pendengarnya.
Salah satu jemaat kita ada yang tergerak hatinya dan merasa terbangun karena suatu hal yang sederhana. Ini terjadi sebelum ia menjadi jemaat Gereja Yesus Sejati. Saat itu, ia bekerja sebagai seorang supir taksi. Sore itu, ia mengangkut dua penumpang yang merupakan jemaat Gereja Yesus Sejati. Usai kebaktian Sabat, kedua jemaat tersebut pulang bersama dalam satu taksi meskipun rumah mereka berbeda.
Pertama-tama, sang supir mengantarkan ke rumah salah satu jemaat terlebih dahulu. Saat kedua jemaat ini mengucapkan salam perpisahan, mereka berkata, “Damai sejahtera!” Dalam hati, sang supir taksi merasa penasaran, karena ucapan ini hampir tidak pernah ia dengar. Biasanya kalimat yang selalu diucapkan penumpang adalah, “Selamat tinggal” atau “Good bye.”
Lalu, sang supir bertanya kepada penumpang kedua, “Mengapa Anda mengatakan ‘damai sejahtera’?” Saat inilah jemaat kita bersaksi, “Oh, kami percaya Yesus. Firman Tuhan mengajarkan bahwa dalam Yesus ada damai sejahtera.” Karena kesaksian ini, supir taksi itu merasa terbangun dan kemudian ia mencoba datang beribadah ke Gereja Yesus Sejati. Waktu demi waktu, ia pun sungguh-sungguh dapat merasakan apa itu damai sejahtera dalam Yesus, sehingga ia memutuskan untuk percaya Yesus dan dibaptis.
Hanya dari sebuah kalimat sederhana ‘damai sejahtera’, orang lain dapat merasa terbangun. Hari ini, apakah kita telah menggunakan kata-kata yang membangun kepada orang lain? Atau jangan-jangan kita malah membuat orang lain menjadi “jatuh dan roboh” karena perkataan kita? Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat di Efesus mengingatkan bahwa perkataan kotor atau kasar yang keluar dari mulut kita sesungguhnya bersifat merusak dan tidak membangun orang lain yang mendengarnya.
Tidak hanya perkataan, tetapi setiap perbuatan yang kita lakukan harus diperbuat dengan prinsip: apakah ini membangun orang lain atau tidak? Membangun di sini memiliki makna: menguatkan, memperbaiki kelakuan, memberi pertumbuhan, dan memulihkan. Salah satu contoh perbuatan membangun adalah dengan mendoakan orang lain. Jika didoakan, iman orang yang sedang sakit dapat terbangun dan dikuatkan. Jika didoakan, orang yang sedang berbeban berat karena musibah dapat merasa terhibur.
Maka dari itu, mari kita perhatikan setiap perbuatan yang kita lakukan setiap harinya. Kiranya nama Yesus dapat dipermuliakan melalui perbuatan yang kita lakukan, termasuk melalui perkataan yang keluar dari mulut kita.